Transformasi Energi Hijau di Indonesia Targetkan Nol Emisi Karbon Pada 2060

Huawei Digital Power

Huawei luncurkan Digital Power. (Foto: istimewa/Huawei)

youngster.id - Isu “energi hijau” semakin gencar digaungkan. Kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan energi terbarukan. Hal ini didorong oleh target nyata pengurangan emisi karbon hingga nol, melimpahnya sumber energi terbarukan yang belum dimanfaatkan, serta prospek pertumbuhan ekonomi yang positif.

Untuk mendorong transformasi energi hijau Indonesia menuju target nol emisi karbon pada 2060 perlu kolaborasi dan kerja sama antara para pemangku kepentingan dalam ekosistem.

Untuk mendorong transformasi energi hijau Indonesia menuju target nol emisi karbon pada 2060 perlu kolaborasi dan kerja sama antara para pemangku kepentingan dalam ekosistem.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM Republik Indonesia, Dadan Kusdiana mengatakan, pemerintah Indonesia telah menetapkan kapasitas tambahan sebesar 361 gigawatt untuk dihasilkan oleh solar PV hingga 2060, khususnya melalui pengembangan PV berskala besar, rooftop PV, dan floating PV.

Berkat potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) yang tersebar di berbagai wilayah di penjuru Nusantara, teknologi smart grid serta super grid dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pemanfaatan serta penetrasi EBT di Indonesia. Saat ini, kami terus berupaya mendorong pelaksanaan skema dan program berskala nasional untuk menggali dan memanfaatkan potensi tersebut. Indonesia punya segala yang dibutuhkan untuk mewujudkan target nol emisi karbon di tahun 2060,” ungkap Dadan dalam konferensi “Green, the New Fashion” yang digelar Huawei Indonesia baru-baru ini di Jakarta.

Menurut data statistik 2020, porsi energi terbarukan dalam keseluruhan kapasitas pembangkitan listrik telah meningkat secara signifikan, didominasi oleh pembangkit listrik tenaga air dan surya yang memberikan kontribusi terbesar untuk pembangkit energi hijau.

CEO Huawei Digital Power Indonesia Andi Liu mengatakan,  Huawei mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan teknologi listrik, untuk memaksimalkan efisiensi daya dan digitalisasi industri daya. Indonesia sangat kaya dalam potensi energi surya, dibandingkan dengan sumber energi angin atau air.

“Dengan memanfaatkan sumber energi surya yang berlimpah ini, kita dapat mendukung transisi energi Indonesia guna menyumbangkan lebih banyak lagi energi hijau, serta mendorong transformasi industri sehingga tercipta lebih banyak peluang kerja dan SDM yang kompeten, guna mewujudkan manfaat yang sangat besar bagi bangsa Indonesia,” katanya.

Andi menegaskan, Huawei berkomitmen untuk berkontribusi bagi ekosistem digital Indonesia. “Kami terbuka untuk kerja sama dengan semua pihak terkait IPP, EPC, konsultan, asosiasi serta SDM lainnya, untuk bersama-sama memberikan kontribusi dalam perjalanan transformasi energi ini,” ujarnya lagi.

Sementara itu Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Kementerian ESDM RI Andriah Feby Misna, mengatakan, salah satu strategi yang telah diimplementasikan Indonesia guna mendorong pengembangan dan adopsi EBT secara masif, khususnya oleh khalayak luas, adalah melalui regulasi dan promosi yang mendukung pemasangan solar PV di atap bangunan. Sektor EBT yang terus bertumbuh pesat ini juga akan diuntungkan dengan kehadiran startup-startup baru yang dapat memprakarsai proyek-proyek EBT, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan laju inovasi.

“Sebagai salah satu perusahaan teknologi terkemuka di dunia, Huawei mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap percepatan dan penerapan inovasi, sehingga kita dapat mewujudkan kemampuan beradaptasi dan daya saing tinggi yang dibutuhkan bidang EBT serta konservasi energi di Indonesia,” ucapnya.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version