youngster.id - Perusahaan media sosial Twitter Inc menyatakan akan melarang para penggunanya menggunakan perangkat lunak yang memungkinkan penggunanya melakukan tindakan lain seperti me-retweet atau menyukai suatu unggahan dari banyak akun.
Menurut perusahaa yang berbasis di San Fransisco, AS langkah ini untuk mencegah peredaran berita palsu. Biasanya, penyebaran berita palsu dan propaganda dilakukan oleh akun otomatis alias ‘bot’.
Reuters, Kamis (22/2/2018) melansir, Twitter tengah berada di dalam tekanan dari para pengguna dan pemerintahan negara-negara Barat yang meminta perusahaan itu membantu menghapuskan peredaran berita palsu serta propaganda asing. Peneliti akademis serta otoritas AS menyatakan ‘bot’ sudah muncul menyebarkan propaganda sebelum Pemilu Presiden AS pada 2016 dan terus berlanjut hingga kini.
Yoel Roth dari divisi kebijakan publik Twitter mengatakan regulasi baru ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas informasi yang disebarkan lewat media tersebut.
“Perubahan-perubahan ini merupakan langkah penting dalam memastikan kami tetap berada di depan aktivitas licik yang menyasar pembicaraan-pembicaraan penting di Twitter, termasuk Pemilu AS dan isu lainnya di seluruh dunia,” ungkapnya.
Dengan mengunggah pesan secara bersamaan dari banyak akun atau me-retweet serta menyukai pesan tertentu menggunakan banyak akun akan membantu mengerek pesan tersebut ke daftar trending Twitter. Hal ini menimbulkan gambaran palsu di para pengguna Twitter bahwa pesan itu memang viral.
Twitter memberi waktu hingga 23 Maret 2018 kepada para pengguna untuk mematuhi kebijakan tersebut sebelum akunnya dinonaktifkan. Namun, ‘bot’ untuk isu-isu yang terkait dengan kehidupan banyak orang, seperti informasi mengenai bencana alam, akan dikecualikan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post