youngster.id - Tim mahasiswa Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM) jadi raih ‘Diamond Award’ kategori B2 Higher Institution Student pada kompetisi International Invention and Innovative Competition (InIIC) yang diadakan MNNF Network Malaysia. Mereka mengusung karya bernama 3D Cultural Heritage Information System (CulturIS-3D).
Tim ini terdiri dari Yofita Indah Saputri, Akram Sripandam, Vincent Tandy, Agan Aul Rizki, dan Salsabila Ramadhani Prasetya. Mereka mengembangkan inovasi ini karena menilai pengetahuan generasi milenial terhadap situs warisan budaya mulai pudar.
“CulturIS-3D merupakan platform berbentuk website dan android apps untuk memberikan sudut pandang baru bagi pengguna yaitu menampilkan situs warisan budaya secara tiga dimensi,” kata Yofita selaku ketua tim delegasi CulturIS-3D pada kompetisi InIIC dalam siaran pers Humas UGM, Senin (27/4/2020).
Yofita menerangkan platform ini dilengkapi dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris, sehingga dapat digunakan orang asing.
Kompetisi InIIC sejatinya digelar di Penang, Malaysia pada 17-20 April 2020. Namun, kompetisi kemudian diadakan secara daring imbas pandemi virus korona (covid-19).
Tim UGM mempresentasikan karya mereka secara jarak jauh melalui video. Yofita memaparkan penggunaan model tiga dimensi sebagai informasi utama pada sistem informasi kebudayaan belum pernah dilakukan di Indonesia. Hal ini menjadi alasan mereka berani mengangkat karya itu pada kompetisi tersebut.
“Karya-karya milik tim lain sangat luar biasa, bahkan kami sampai tidak pernah terpikirkan karya semacam itu. Namun, tidaklah membuat pesimis bagi kami untuk memberikan yang terbaik sebagai persembahan kepada masyarakat, Bangsa Indonesia dan almamater Universitas Gadjah Mada,” ungkap Yofita.
Sebelum mengikuti kompetisi di Malaysia, karya ini telah berhasil menyabet juara pertama dalam kompetisi nasional yang diadakan oleh Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, pada November 2019.
Pendiri, engineer, sekaligus web developer pada tim ini, Akram, mengungkapkan pembuatan sistem tersebut tidak mudah, karena tim harus melakukan survei lapangan dan pemotretan pada terik matahari. Ini agar mendapat pencahayaan yang terbaik serta mengurus berbagai perizinan.
Akram berharap proyek ini terus berkembang sehingga dapat menjadi salah satu dorongan bagi kaum muda untuk tidak meninggalkan sejarah milik bangsa. Data yang ada merupakan kolaborasi yang dimiliki sivitas akademika di lingkungan UGM, khususnya Departemen Teknik Geodesi. “Semoga apa yang kami persembahkan, bisa bermanfaat bagi masyarakat,” ungkap Akram.
STEVY WIDIA