youngster.id - Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi pasar yang menjanjikan bari para pelaku financial technology (fintech) dalam mendongkrak perekonomian nasional. Langkah ini juga dapat mendorong untuk menaikkan tingkat inklusi keuangan.
Wakil Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan, data dari Kementerian Koperasi dan UKM mencatat ada setidaknya 59,2 juta pelaku UKM di Indonesia. Selain itu, UKM sendiri sudah berkontribusi sampai 60 persen untuk produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun lalu. Bahkan, diprediksi akan naik 5 persen pada tahun ini.
“Fintech berusaha menemukan cara untuk mengambil 40% masyarakat yang tidak memiliki rekening bank. Inilah alasan saya percaya fintech, melalui dukungan dan bimbingan yang tepat dari regulasi, akan dengan cepat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Nurhaida pada gelar Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2019 Selasa (24/9/2019) di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Menurut Nurhaida, dari 59 juta pelaku UKM baru 12 persen yang memilki akses layanan pinjaman, bahkan baru 20% dari pelaku UKM yang dapat dijangkau oleh lembaga keuangan formal. Untuk itulah fintech berperan.
“Pemerintah ingin mendorong inklusi keuangan agar bisa menjangkau peluang bagi para institusi atau pelaku usaha agar mereka bisa mendorong inovasi keuangan digital, khususnya melalui fintech,” katanya.
Saat ini di Indonesia pertumbuhan fintech terbilang signifikan. Dari tahun 2016 yang berjumlah di bawah 100, menjadi lebih dari 200 fintech yang berasal dari luar dan dalam negeri di tahun ini. Dari ratusan fintech tersebut, OJK mencatat sudah ada sekitar 127 perusahaan fintech yang memiliki izin resmi dari OJK.
“Itu (fintech) menjadi kekuatan bagi kami. Bahkan, Indonesia memilki pasar yang potensial bagi perusahaan multinasional atau luar negeri karena faktor demografinya,” katanya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post