youngster.id - Kesadaran mengolah sampah di masyarakat masih rendah, terbukti dari survei KIC tahun 2019 bahwa hanya 49,20% dari 354 responden yang memiliki kesadaran untuk mengolah sampah. Untuk itu, Universitas Multimedia Nusantara menggelar kampanye membangun kesadaran masyarakat urban untuk mengolah sampah.
Angga Ariestya, Dosen dan Peneliti FIKOM Universitas Multimedia Nusantara mengatakan, persoalan mengolah sampah dapat ditangani secara eksternal dengan kebijakan, institusi, informas, inovasi dan teknologi. Namun, persoalan internal atau mengubah mindset individu membutuhkan penanganan yang berbeda.
“Di sini pendekatan komunikasi lingkungan membantu manusia memahami persoalan lingkungan dan hubungan dengan alam. Untuk itu, pendekatan komunikasi lingkungan harus didukung dengan kesadaran masyarakat akan sebuah nilai yang menghasilkan kebiasaan dalam perilaku,” ungkap Angga dalam keterangan pers Webinar bertajuk “Food Waste Not Wasted Kamis (7/1/2020
Senada dengan Angga, Maria R Nindita Radyati, Wakil Ketua Coorporate Social Responsible (CSR) di KADIN Indonesia mengungkapkan selain individu dan rumah tangga yang memulai usaha untuk mengolah sampah sisa rumah tangga; perusahaan swasta dan komunitas juga memiliki peran penting bagi upaya ini sekaligus mengenai bagaimana pemecahan persoalan dalam Sustainable Development Goals (SDG) yang berfokus pada Food Waste (sisa konsumsi makanan).
“Di sini perusahaan, komunitas, dan individu harus bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi Food Waste yaitu dengan tidak menyisakan makanan dan mendonasikan makanan ke orang lain. Karena itu, perusahaan bersama komunitas dan masyarakat mempunyai andil besar untuk mengkampanyekan pengolahan sampah menjadi energi terbarukan,” ucapnya.
Agung Lenggono, Manager Proyek Yayasan Rumah Energi mengatakan dengan memberikan penjelasan tentang upaya Yayasan Rumah Energi yang diwakilinya yang berkolaborasi dengan Program Biru (Biogas Rumahan). Rumah Energi adalah lembaga nasional terdepan yang bekerja aktif dalam pengembangan dan penyebarluasan penggunaan bentuk energi terbarukan yang modern dan ramah lingkungan.
Program BIRU merupakan pengembangan dari program IDBP (Indonesian Domestic Biogas Program) yang digagas sejak tahun 2009 oleh ESDM, SNV, HIVOS dan RNE. Program ini merupakan upaya nyata dengan tujuan kesetaraan akses energi terbarukan, akses makanan, dan akses air sebagai kebutuhan sehari-hari.
Program ini dilakukan untuk mengolah sampah sisa rumah tangga menjadi energi biogas. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari aktivitas anaerobik dan fermentasi dari bahan organik.
“Energi biogas olahan sisa kotoran hewan dan sampah rumah tangga dapat digunakan untuk gas kebutuhan memasak, penerangan lampu biogas, campuran pakan ternak dan pupuk tumbuhan,” pungkas Agung.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post