youngster.id - Tim mahasiswa Universitas Brawijaya menjadi juara kedua dalam kompetisi pangan dunia berkat penelitian minyak goreng alternatif berbahan larva serangga. Ajang betajuk Thought For Food berlangsung di Zurich, Swiss pada 1-2 April 2016.
Ada empat mahasiswa Teknik Industri Pertanian yang mengikuti kompetisi diantaranya Musyaroh, Mushab, Anik Haryanti dan Mohammad Ifdhol (TIP 2012). Mereka membuat rencana bisnis minyak goreng berbahan larva jenis kumbang mealworm untuk mengatasi masalah pangan pada 2050. Hasil penelitiannya, minyak goreng alternatif ini kaya zat besi, omega 3, dan omega 6. Minyak goreng alternatif pengganti minyak goreng berbahan kelapa sawit itu diberi nama Biteback.
“Berfungsi juga untuk mengatasi anemia atau kekurangan zat besi,” kata Musyaroh dalam siaran pers, Senin 4 April 2016.
Serangga jenis kumbang mealworm dipilih karena memiliki daur hidup yang cepat sekitar 30 hari. Proses budidaya juga tak membutuhkan biaya besar, dan prosesnya mudah.
Selama 30 hari, minyak goreng tak jenuh siap diproduksi. Sebanyak 31 ton larva bisa menghasilkan 21 persen minyak goreng. Sedangkan minyak goreng berbahan kelapa sawit justru menimbulkan banyak masalah seperti polusi udara, kebakaran hutan, dan mahalnya ongkos produksi. Bahkan, juga menyebabkan dampak lingkungan seperti kerusakan hutan.
Thought for Food Challenge merupakan kompetisi rencana bisnis untuk mengahadapi masalah pangan dunia pada 2050. Bermoto “Develop Breakthrough Ideas to feed 9 billion people“, kompetisi diselenggarakan sejak 2011. Kompetisi diikuti mahasiswa dari berbagai negara di dunia.
Mereka menyisihkan 416 tim dari 105 negara. Mereka maju sebagai finalis bersama delapan tim lainnya dari Amerika Serikat, Brazil, India, Uganda, Kenya, Inggris dan Prancis. Sebagai pemenang kedua mereka membawa hadiah uang tunai US $ 5 ribu. Sementara juara TFF 2016 adalah tim dari University of Michigan, Amerika Serikat membawa hadiah utama sebesar US$ 10 ribu.
STEVY WIDIA
Discussion about this post