Unilever Dorong Ekonomi Sirkular Lewat Pengumpulan dan Pemrosesan Sampah Plastik

Bank Sampah

Bank Sampah. (Foto: ilustrasi/istimewa)

youngster.id - Tahun ini, Hari Lingkungan Hidup Sedunia mengangkat tema krisis polusi sampah plastik yang sedang dihadapi masyarakat dunia. Isu ini menjadi perhatian karena secara global manusia memproduksi lebih dari 430 juta ton plastik setiap tahunnya.  Di Indonesia, dari 19,45 juta ton timbulan sampah pada 2022, 18,4% diantaranya adalah sampah plastik (3,6 juta ton).

Hal ini mendorong Unilever Indonesia untuk memperkuat kemitraan dengan banyak pihak di rantai persampahan dalam upaya pengumpulan dan pemrosesan kemasan plastik lebih banyak dari yang dijual.

Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Maya Tamimi mengatakan, dalam upaya pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik, kepedulian dan keterlibatan dari seluruh pihak dan semua lapisan masyarakat sangat dibutuhkan agar plastik dapat hidup berdampingan dengan masyarakat sesuai dengan fungsi dan nilai ekonominya.

“Kami percaya bahwa plastik memiliki tempat tersendiri di dalam rantai ekonomi, tetapi tidak di lingkungan kita. Unilever Indonesia memiliki komitmen kuat untuk membangun planet yang lebih lestari, komitmen tersebut kami manifestasikan dalam serangkaian program, salah satunya melalui upaya dan investasi yang signifikan dalam hal pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik,” kata Maya dalam diskusi virtual bertajuk “Dorong Ekonomi Sirkular Lewat Pengumpulan dan Pemrosesan Sampah Plastik,” Senin (5/6/2023) di Jakarta.

Maya mengungkapkan, pada 2022, Unilever Indonesia telah berhasil mengumpulkan dan memproses sebanyak 62.360 ton sampah plastik. “Pencapaian ini sejalan dengan komitmen kami secara global yaitu membantu pengumpulan dan pemrosesan kemasan plastik lebih banyak dari yang dijual,” ujarnya.

Dia menjelaskan, pengumpulan dilakukan melalui lebih dari 4.000 Bank Sampah di 11 provinsi, puluhan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) dan waste collector/aggregator, Unilever Indonesia terus membantu upaya pemberdayaan masyarakat untuk memilah dan mengumpulkan sampah plastik agar memiliki nilai ekonomi.

Selain itu, Unilever juga mendorong jutaan masyarakat bergabung dalam gerakan #GenerasiPilahPlastik untuk menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kemasan yang digunakan, terutama kemasan plastik, dengan cara memilah sampah dari rumah dan menyetorkannya ke Bank Sampah.

Sementara di tahap pemrosesan, Unilever berinvestasi mengatasi masalah sampah kemasan plastik di bagian akhir pemrosesan sampah. Contohnya melalui CreaSolv, teknologi pertama dan satu-satunya di dunia yang mampu mendaur ulang sampah kemasan plastik (pouch dan sachet) menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kemasan baru. Contohnya adalah kemasan flexible pouch hasil daur ulang yang digunakan untuk kemasan Rinso.

Selain itu, Unilever Indonesia membantu meningkatkan kapasitas pengumpulan dan pengelolaan sampah di dua fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) yang didukung oleh KLHK RI, yang turut mendorong pemanfaatan sampah sebagai sumber energi.

“Unilever Indonesia akan terus berupaya membangun kesadaran seluruh pihak akan konsep solusi pengelolaan sampah kemasan yang terintegrasi, meningkatkan kapasitas di bidang pengumpulan dan pengelolaan sampah, serta aktif mengedukasi dan melibatkan publik untuk terus berperan aktif menjadi agen perubahan positif bagi lingkungan. Selain itu, kami terus berupaya mengurangi penggunaan plastik baru, meningkatkan konten plastik daur ulang dalam kemasan kami, juga memastikan 100% dapat di daur ulang dan digunakan kembali,” pungkas Maya.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version