Untuk Jadi Kekuatan Ekonomi Digital, Indonesia Harus Perkuat Keamanan Infrastruktur Data Center

pusat data

Bitera, Siap Ramaikan Bisnis Data Center di Indonesia (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Indonesia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi digital dalam 10 – 20 tahun mendatang. Hal ini didukung oleh beberapa faktor antara lain masyarakat yang semakin melek digital, bonus demografi tahun 2030, dan pembangunan infrastruktur digital yang terus meningkat salah satunya melalui program Palapa Ring. Selain itu, pengguna Internet di Indonesia saat ini tercatat sudah mencapai 77% dari total populasi dan diperkirakan akan terus meningkat.

Di balik masifnya penetrasi Internet tersebut dibutuhkan kemampuan data center yang juga besar mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yang mencapai 274 juta jiwa. Hal ini membuat pasar data center Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia.

Mordor Intelligence menyatakan pasar data center Indonesia pada 2021 mencapai US$1,67 miliar dan diperkirakan mencapai US$3,43 miiliar pada 2027. Di sisi lain, hal ini juga membuka peluang besarnya serangan siber terhadap data center.

“Saat ini kita berada di era digital dengan arus informasi yang sedemikian besar. Tentu dibutuhhkan dukungan infrastruktur data center yang kuat untuk mengelola aliran data yang besar ini. Kami melihat perlunya kesadaran untuk membangun keamanan data center yang baik yang bisa melindungi masyarakat dari tindak kejahatan siber. Melalui kegiatan ini kami berupaya mencari cara terbaik membangun infrastruktur data center yang aman bersama para pakar di bidangnya,” ujar Noly Hendry, CEO R17 Group, dalam acara diskusi bertajuk “Emphasizing the Security of Infrastructure for Inclusive Indonesia E-Economy” beberapa waktu lalu.

Kebutuhan keamanan data center yang andal juga dirasakan oleh Setiaji, Chief Digital Transformation Office, Kementerian Kesehatan Indonesia.

“Untuk mengoptimalkan layanan kesehatan masyarakat, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan platform SATUSEHAT yang mengintegrasikan berbagai aplikasi kesehatan mulai dari tingkat paling bawah hingga ke pusat. Tentu diperlukan infrastruktur yang mendukung baik secara operasional maupun keamanan,” ujar Setiaji.

Menurutnya salah satu tantangan utama dalam mewujudkan layanan kesehatan terintegrasi adalah bagaimana meyakinkan bahwa aplikasi kesehatan tersebut berikut dengan infrastruktur di dalamnya benar-benar aman dan data yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan hanya digunakan untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat.

Terkait keamanan infrastruktur data center, Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, mengatakan Indonesia masih menjadi salah satu target utama serangan siber. Mengutip data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sepanjang tahun 2021 Indonesia mengalami 1,6 miliar serangan siber.

“Melihat tingginya jumlah serangan siber di Indonesia, kita perlu memastikan bahwa keamanan infrastruktur kita terjamin dan teruji. Salah satunya bisa dengan menerapkan sistem keamanan terpusat pada infrastruktur jaringan, atau Security Operation Center (SOC), yang bisa meningkatkan visibilitas keamanan di semua perangkat,” ujar Edwin.

Menurut Edwin, peningkatan keahlian SDM menjadi kunci agar bisa mengimbangi kemampuan penjahat siber, serta kemampuan infrastruktur yang tepat.

Jadi, infrastruktur data center yang andal dan aman menjadi sebuah keharusan apabila Indonesia ingin mewujudkan target sebagai kekuatan ekonomi digital di Asia, bahkan dunia. Peningkatan kemampuan baik secara SDM maupun infrastruktur perlu menjadi perhatian para pelaku industri. (*AMBS)

 

Exit mobile version