Upskilling Jadi Kunci Lulusan Vokasi Bersaing di Dunia Kerja

Program Pendidikan Vokasi UI. (Foto: istimewa)

youngster.id - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) menyebutkan bahwa 73,8% lulusan vokasi di bawah naungan Kemenperin pada tahun 2024 sudah terserap ke industri. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan vokasi mampu menghasilkan tenaga terampil yang sesuai kebutuhan perusahaan. Meski demikian, persaingan di era global menuntut upskilling berkelanjutan.

Laporan eksklusif dari Jobstreet by SEEK yang berjudul “Decoding Global Talent 2024: Tren Mobilitas Pekerja” menunjukkan bahwa lulusan vokasi memiliki potensi besar tidak hanya untuk pasar kerja domestik, tetapi juga untuk bersaing di tingkat global. Dengan keterampilan praktis yang sesuai dengan kebutuhan industri, lulusan vokasi berpeluang berkontribusi dalam menjawab permintaan tenaga kerja di berbagai sektor prioritas.

“Jobstreet by SEEK percaya bahwa keberhasilan pelatihan vokasi tidak hanya ditentukan oleh kualitas kurikulum, tetapi juga oleh kemampuan lulusan untuk terhubung langsung dengan dunia kerja,” kata Adham Somantrie, Senior Marketing Manager – PR & Social, Jobstreet by SEEK dikutip Selasa (30/9/2025).

Adham menerangkan, dalam laporan eksklusif dari Jobstreet by SEEK yang berjudul “Hiring, Compensation, and Benefits 2025” juga menunjukkan tren pengembangan karir dan upskilling di Indonesia semakin diutamakan oleh perusahaan. Sebanyak 50% perusahaan sudah menyediakan program pelatihan atau self-learning, diikuti dengan 47% perusahaan yang membuka apprenticeship atau program mentoring.

“Hal ini menegaskan bahwa upskilling bukan lagi sekadar tambahan, melainkan telah menjadi kebutuhan penting agar tenaga kerja termasuk lulusan vokasi dapat terus terserap dan berkembang di berbagai industry,” katanya.

Menariknya, laporan eksklusif dari Jobstreet by SEEK bertajuk “Decoding Global Talent 2024: GenAI Edition” mengungkap bahwa 72% profesional di Indonesia bersedia melakukan pelatihan ulang agar tetap relevan menghadapi revolusi AI, sementara 25% akan mempertimbangkannya hanya jika diperlukan. Persentase ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara dengan kesiapan tinggi untuk beradaptasi melalui reskilling dan upskilling.

“Kami percaya bahwa reskilling dan upskilling menjadi salah satu kunci keberhasilan karir profesional di Indonesia untuk dapat tetap kompetitif di pasar kerja, termasuk untuk para lulusan pendidikan vokasi. Fleksibilitas dan adaptabilitas ini yang menjadi salah satu nilai tambah pekerja Indonesia dibandingkan dengan pekerja di negara lain,” pungkasnya.

 

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version