youngster.id - Vivo berambisi menjadi pemain utama di pasar smartphone Indonesia. Untuk itu vendor asal Tiongkok itu berencana akan membangun pusat Riset dan Pengembangan di Tanah Air.
Hal tersebut diutarakan langsung oleh Brand Director Vivo Mobile Indonesia Peter Wang. “Saat ini, kami sudah punya 7 pusat R&D di dunia. 4 di Tiongkok, 2 di Amerika Serikat (AS), dan 1 di Korea. Selanjutnya akan menjadi 8 karena satu lagi menyusul di Indonesia,” ungkap Wang dalam siaran pers baru-baru ini.
Alasan Vivo memilih pusat Riset dan Pengembangan terbaru di Indonesia tak lain karena pasar di sini begitu besar. Maka itu, mereka yakin smartphone Vivo yang diproduksi di dalam negeri juga dapat menarik minat konsumen lebih banyak.Selain membangun pusat Riset dan Pengembangan, Vivo juga mengklaim telah memenuhi aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) perangkat 4G hingga 31 persen dalam komponen hardware dan software. Tak tanggung-tanggung, mereka pun yakin bisa memenuhi 40 persen TKDN pada 2018.
Tidak hanya itu, Wang juga mengungkapkan bahwa Vivo berencana memperluas fasilitas manufakturnya yang berlokasi di Cikupa, Tangerang. Nantinya, pembangunan pabrik kedua itu diprediksi bisa memproduksi 1 juta perangkat per bulannya.
Diketahui, Vivo sudah memiliki pabrik perakitan perangkat sejak mereka memenuhi TKDN 30 persen pada 2016. Pabrik milik Vivo itu didirikan secara mandiri. Semua smartphone diproduksi di sana.
“Dengan penambahan pabrik ini, kami menargetkan untuk dapat memproduksi 1 juta unit ponsel per bulannya. Saat ini pabrik kami baru bisa produksi sebanyak 500 ribu unit per bulannya,” ujar Wang.
Bahkan Vivo juga berencana untuk kembali membangun pabrik ketiga di lokasi yang sama pada akhir tahun ini. Kehadiran pabrik ketiga tersebut ditujukan Vivo untuk meningkatkan kapasitas produksi perangkat hingga lebih dari 1 juta unit per bulan, dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi untuk perangkat yang dipasarkan di wilayah Asia Tenggara.
STEVY WIDIA
Discussion about this post