youngster.id - Lembaga Riset Telematika asal Bandung, Sharing Vision memprediksi jumlah kasus positif Corona di Indonesia saat ini bisa mencapai lima kali lipat dari angka yang dirilis pemerintah.
Angka confirmed case pemerintah tanggal 22 Maret 2020 sebanyak 514 diprediksi sebenarnya kasus aktual 2.279 kasus, 23 Maret 2020 (579 confirmed/2.706 aktual), 24 Maret 2020 (686 confirmed/3.208 aktual), serta 25 Maret 2020 (790 confirmed/3.799 aktual).
Temuan ini diperoleh setelah dilakukan simulasi model dinamika penyebaran virus dengan persamaan diferensi orde 30, nonlinier dengan umpan balik positif yang telah digunakan dalam memodelkan fenomena wabah Corona di Indonesia.
Simulasi dipimpin Tim Data Scientist Sharing Vision dipimpin Senior Data Scientist, Dr. Budi Sulistyo, bekerjasama salah seorang Dosen STEI ITB Kelompok Keahlian Kendali dan Komputer, Dr. Dimitri Mahayana, mulai pekan pertama isolasi diri nasional, Senin (16/3/2020).
Menurut Budi, salah satu asumsi dalam simulasi model tersebut adalah asumsi delay dalam pengumuman confirmed case. Delay diasumsikan sangat moderat yakni selama rata-rata tiga hari.
“Delay ini adalah jeda waktu sejak saat dilakukannya tes terhadap seseorang, suspect, yang kemudian dinyatakan positif, hingga konfirmasi resmi pemerintah yang memasukkan orang tersebut ke dalam akumulasi total terjangkit. Semakin panjang delay aktual, maka semakin besar gap confirmed case yang diumumkan dengan kondisi actual,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (27/3/2020).
Sekitar 40% – 50% terjangkit aktual ini diduga adalah terjangkit yang hanya menampakkan gejala sangat ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sulit dideteksi. Sebagian lainnya yang terjangkit dan telah masuk daftar ODP dan PDP.
Di luar itu, kata dia, adalah terjangkit yang mengalami gejala ringan hingga menengah yang belum datang untuk berkonsultasi ke rumah sakit.
“Selain itu, deteksi terjangkit positif yang berlanjut isolasi diasumsikan hanya dapat menjaring 40% terjangkit setelah fase inkubasi (fase pertama yakni 7 hari pertama, red). Ini karena dalam masa inkubasi peluang keberhasilan deteksi sangat rendah terhadap seseorang yang aktualnya telah terjangkit,” katanya.
STEVY WIDIA