youngster.id - Indonesia sudah dikenal dunia sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang paling banyak diminati oleh wisatawan mancanegara. Kekayaan laut inilah yang menarik minat para penggiat wisata bahari, khususnya para penyelam untuk datang ke Indonesia dan menjelajahi alam bawah laut Indonesia.
Sayangnya, seiring semakin banyaknya aktivitas manusia baik di darat maupun di laut sangat berpengaruh kepada kelestarian laut. Aktivitas manusia, termasuk kegiatan pariwisata berpotensi menghasilkan sampah dan tentu saja bisa berdampak buruk bagi kebersihan dan kelestarian lingkungan dan dirasakan pula oleh para penikmat wisata selam, diving.
Reza Cordova, peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memaparkan hasil penelitian lapangan dari program MicroSEAP– program riset kolaborasi untuk mendapatkan data terkait bagaimana mikroplastik memberikan dampak pada perairan, biota laut, serta memberikan rekomendasi terkait kebijakan di Indonesia dalam sudut pandang regional ASEAN. Program ini hasil kolaborasi antara BRIN, Divers Clean Action (DCA), Burung Indonesia dengan University of Portsmouth UK.
Disebutkant Reza, saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima, dari sebelumnya peringkat kedua, penyumbang sampah ke lautan dunia. Di mana diperkirakan, lebih dari 500.000 ton sampah bocor ke laut setiap tahunnya. Namun, tingkat mikroplastik yang ditemukan baik di air, sedimen, dan biota laut semakin meningkat.
“Contohnya, pada sampel kerang hijau di Jakarta, telah meningkat dari 70% mengandung mikroplastik sekarang sudah 100%. Selain itu tidak hanya di air, namun juga di udara Jakarta, mikroplastik sudah ditemukan,” ungkap Reza, dalam acara talkshow “Sambil Menyelam Minum Sampah?” di Pameran Deep and Extreme 2022, Hall A Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (4/9/2022).
Sementara itu, dari sudut pandang kesehatan, plastik ternyata memiliki dampak buruk untuk tubuh manusia. Nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, DCN, MKes. mengatakan, mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan pernafasan.
“Jika mikroplastik sudah masuk ke dalam tubuh, cara menurunkan efek dan risiko seperti menjadi penyebab kanker dan gangguan organ reproduksi, dan atau penyakit lainnya adalah kita dapat meningkatkan barrier tubuh kita agar dapat mengeluarkan mikroplastik yakni: meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan fungsi sel-sel imunitas, dan meningkatkan pengeluaran cairan melalui urin dan keringat,” jelas Rita.
Kembalinya aktivitas pariwisata setelah menurunnya pandemi Covid-19 merupakan hal yang bias dirayakan, tapi perlu diingat bahwa seiring dengan ini adanya potensi peningkatan sampah plastik yang dapat mencemari lautan kita dan biota di dalamnya. Pelestarian lokasi wisata untuk mencegah dampak buruk sampah ke lingkungan dan kesehatan manusia harus dilakukan setiap penyedia jasa wisata, penikmat wisata bahari, dan seluruh masyarakat Indonesia.
HENNI SOELAEMAN
Discussion about this post