youngster.id - Menjadi wirausaha sosial tak hanya butuh modal dan kerja keras, tetapi juga keinginan untuk berbagi inspirasi dengan orang lain. Dengan begitu, akan semakin banyak orang meraih kesejahteraan.
Upaya ini butuh motivasi untuk memberdayakan diri dan lingkungannya, seperti yang dilakukan Dian Aryanti, Founder dan CEO CemilanKunik. Perempuan muda ini memutuskan untuk meninggalkan kemapanan dan beralih jadi pengusaha. Jatuh bangun dia jalani hingga usaha yang diimpikannya berhasil.
Tak hanya itu, Dian melihat sekelilingnya banyak ibu muda yang juga kesulitan dalam berwirausaha. Dia pun mengulurkan tangan berbagi pengalaman, dan membantu mereka untuk bisa mengembangkan usaha.
“Sebenarnya dari bisnis yang aku ciptakan ini tidak diukur dari berapa banyak aku keluar biaya mendirikan usaha ini, ataupun berapa besar jumlah omset yang bisa aku dapat sekarang ini. Melainkan yang aku banggakan di sini, sekiranya orang lain khususnya ibu-ibu bisa terinspirasi dengan apa yang aku lakukan. Ketika mereka di rumah masih tetap bisa berpenghasilan dan sekaligus bisa memperhatikan dan selalu dengan keluarga maupun buah hatinya. Itu inti dari yang ingin aku lakukan saat ini,” ungkap Dian kepada Youngsters.id.
Dian memulai usaha dengan produk Banarolla, kue bananaroll pada tahun 2013. Tak ingin sukses sendiri, perempuan asal Garut ini lalu menghimpun rekan-rekan UKM-nya yang memiliki usaha camilan untuk memasarkan produk secara online. Dia membuat situs Cemilankunik.com yang memasarkan tak hanya produk Banarolla miliknya, tetapi juga produk-produk UKM binaan.
“Saya tidak ingin produk mereka hanya menjangkau konsumen di Garut, tetapi juga di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Menurut Dian, dengan konsep pemasaran online produk mereka pun dapat dinikmati oleh lebih banyak pelanggan. Jika sebelumnya produk camilan mereka hanya dijual di warung-warung atau toko oleh-oleh di Garut saja, dengan berjualan di Cemilankunik pesanan datang mulai dari Aceh hingga Papua.
Pasalnya, Cemilankunik rajin menjaring reseller dari seluruh Indonesia. Dian membangun sebuah komunitas bernama Mompreneur, untuk para ibu yang ingin berwirausaha dengan menjadi reseller. Cemilankunik kini sudah memiliki lebih dari 140 reseller di seluruh Indonesia
Lapangan usaha baru pun terbuka lebih luas bagi masyarakat di sekitar rumah pengusaha UKM binaannya. Sebelumnya, UKM binaannya memproduksi camilan di dapur rumah dengan tenaga sendiri. Dengan semakin masifnya pesanan dan peningkatan omset yang cukup signifikan membuat UKM binaan Dian dapat mempekerjakan pegawai untuk membantu proses produksi.
“Omset kami dari berjualan di Cemilankunik bisa mencapai Rp 140 juta per bulan,” ujar Dian dengan bangga.
Berhenti dan Gagal
Dian awalnya bekerja di salah satu bank swasta di Garut. Namun setelah berumah tangga dia memutuskan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu agar bisa mengurus si buah hati. Namun ternyata dia merasa masih ada waktu luang, yang bisa dimanfaatkan untuk bisnis.
Perempuan kelahiran 21 September 1984 ini mencoba membuat camilan pisang aroma khas Garut. Ternyata gagal, sampai-sampai ibunnya menyarankan agar pisang roll itu tidak lagi disajikan. Namun, penolakan itu tak membuatnya patah arang, ia terus mencoba dan menemukan resep-resep terbaru pembuatan pisang roll.
“Pisang aroma yang gagal itu membuat saya berpikir ulang, ‘Bagaimana, ya agar pisang ini kering?’ Tercetuslah ide untuk mengganti pisang mentah dengan selai pisang. Karena selai ini digulung dengan kulit yang renyah, saya namakan camilan pisang itu Banarolla,” cerita Dian.
Dian awalnya memasarkan produknya satu per satu ke toko oleh-oleh di Garut secara konsinyasi. Akan tetapi, pemasaran itu ternyata tidak efektif karena pembayaran toko-toko itu seringkali tidak tepat waktu, bahkan sampai tidak bayar.
Kegagalan dalam pemasaran ini menjadi pelajaran berharga bagi Dian. Dia pun mulai mencari solusi bagi masalahnya itu. Dia memberanikan diri berkonsultasi dengan pengusaha lain. Demi terus menjaga semangat dan menambah ilmu baru, Dian pun bergabung dalam komunitas UKM dan sering mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai pengembangan kewirausahaan. “Kendala dari segala jenis usaha adalah pemasaran, hal ini yang menjadi fokus saya,” ujarnya.
Dian mengaku dari sanalah dia mulai memahami pentingnya sertifikasi produk pangan industri rumah tanggan BPOM dan label halal MUI. Bahkan, demi memastikan kualitas produknya, Banarolla telah melalui serangkaian pengujian di laboratorium pangan Universitas Padjajaran, Bandung.
Untuk meningkatkan daya jual, Banarolla dikemas menarik, menggunakan karton dengan gambar dan warna yang ceria hingga toples yang berkesan eksklusif. Dalam satu minggu, produksi Banarolla memakan kurang lebih 1-2 kuintal selai pisang untuk memenuhi permintaan pasar. Selain itu, dia memanfaatkan media sosial untuk pemasaran secara online.
Usaha dia pun mulai membuahkan hasil. “Awalnya, Banarolla dipasarkan melalui media sosial pribadi saya. Alhamdulillah karena pemesanan mulai ramai, pada 2013 saya buatkan akun khusus untuk pemasaran Banarolla, Instagram @cemilankunik dan Facebook Banarolla. Kini, Banarolla juga dipasarkan melalui situs web cemilankunik,” ucapnya bersemangat.
Di komunitas UKM Garut, Dian menemukan para pelaku UKM lainnya pun menghadapi hal yang sama. Atas dasar itulah, Dian ingin membantu para pelaku UKM memasarkan produknya secara online.
Serius dan Komitmen
Selanjutnya, Dian membantu usaha kecil itu dengan memperbaiki produk menjadi lebih menarik, mulai dari kemasan, branding produk, foto produk, hingga kualitas rasa.
Pengemasan produk-produk menjadi lebih menarik, membuat Dian semakin serius mendalami profesi “Snack Stylish”.
“Sudah ada 14 UKM yang ikut tergabung dan dibina, dan sudah ada 26 UKM yang diajak dan masih dalam proses pembinaan. Saya menginginkan barang yang dipasarkan melalui online ini bisa memiliki daya tarik orang untuk membeli,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil penjualannya, Dian telah menghasilkan omset sekitar Rp 140 juta lebih setiap bulannya, dan telah mempekerjakan 19 orang karyawan dengan gaji Rp 1,1 juta – Rp 2 juta per bulan. Bahkan, usaha ini telah memiliki 140 reseller di seluruh nusantara, mulai dari daerah Jawa Barat, Lampung, Jakarta, Palembang dan Bali.
Persaingan dalam usaha tak menjadi hambatan baginya. Menurut Dian, justru jika persaingan itu ada, akan membuat dirinya lebih semangat memajukan usahanya itu.
“Cuma memang nggak ada kalau persaingan langsung, walaupun cemilan sudah ada sebelumnya. Tetapi kalau pun ada, aku nggak menganggapnya sebagai sebuah persaingan. Karena apa yang aku lakukan di sini hanya untuk mengisi waktu. Jadi ketika aku berada di rumah, maka untuk mengisi kekosongan waktu itu adalah dengan berwirausaha. Kebetulan, pembeli yang datang lebih banyak datang dari online,” ujarnya.
Penerima Danamon Social Entrepreneur Awards 2016 ini tidak berhenti berusaha untuk melakukan pembinaan UKM. Dian terus mengedukasi UKM untuk memperbaiki kualitas rasa dan bahan-bahan yang digunakan, hingga branding produk camilan mereka. “Sebelumnya mereka hanya mengemas produk dengan sekadarnya saja. Kualitas rasa kurang konsisten,” ujarnya.
Selain itu, Dian juga mengajari bagaimana cara membuat foto produk yang representatif agar produk dibeli konsumen. Edukasi ini dilakukan Dian agar daya saing produk UKM binaannya meningkat.
Melalui usaha yang dikembangkannya tersebut, kini Dian berhasil menciptakan peluang baru dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya. Banyak ibu-ibu rumah tangga dan para pengusaha kecil turut diberdayakan kemampuan berwirausahanya.
Toh, lulusan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia ini merasa belum siap jika dirinya disebut sebagai orang sukses.
“Dalam hidup kendala dan kesulitan pasti pernah ditemui semua orang. Sebagai manusia kita hanya bisa menyukuri hal itu. Jangan takut jika itu terjadi, yang pasti kita harus bisa hadapi. Justru kendala dan kesulitan yang ada selama ini malah menjadi ide baru dan peluang yang bisa menghasilkan. Di kesempatan ini, paling tidak aku ingin mengajak ibu-ibu yang lain untuk kembali ke rumah, supaya mereka tetap bisa fokus dengan merawat dan menjaga orang-orang di sekitarnya yang mereka kasihi, tetapi tetap memiliki penghasilan,” tuntasnya.
=========================================
Dian Aryanti
- Tempat Tanggal Lahir : Garut 21 – 09- 1984
- Pendidikan : S1 Seni Musik, Universitas Pendidikan Indonesia
- Pekerjaan : Founder & CEO CemilanKunik
- Mulai Usaha : 2013
- Modal : Rp. 100 ribu
- Omset : Rp 130 – Rp140 juta
- Jumlah resealer : 140 reseller
- Jumlah Karyawan : 19 orang
Prestasi : Peraih Danamon Socio entrepreneur Award 2016
=========================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post