youngster.id - Guru adalah pelita di dunia pendidikan. Sayang, di Indonesia masih banyak tempat, terutama di daerah pedalaman yang pelitanya padam karena tidak memiliki guru. Indonesia masih kekurangan guru.
Menurut data yang dilansir Kemendikbud, guru di Indonesia ada sekitar 3 juta orang. Itu masih jauh dari cukup jika dibandingkan dengan jumlah pelajar di Indonesia yang mencapai jumlah 58 juta. Tak heran jika masih banyak anak yang tidak mendapat pendidikan yang berkualitas dan merata.
Ditengah kondisi ini, hadir gerakan 1000guru yang dimotori oleh Jemi Ngadiono. Dia tak mencari siapa yang salah akan kondisi ini. Tetapi bergerak untuk melakukan perbaikan.
“Kami ingin mengajak anak-anak Indonesia yang memiliki kemampuan mengajar sambil jalan-jalan atau traveling sambil mengajar di tempat tujuan wisata. Jadi nggak sekedar jalan-jalan,” ungkap Jemi kepada Youngsters.id.
Program ini telah dirintis sejak tahun 2008 dan kemudian dideklarasikan sejak November 2013. Aktivitas utama gerakan ini adalah mengajak para peserta komunitas untuk open trip (menjelajahi wilayah) terpencil yang berlangsung selama tiga hari (Jumat-Minggu). Para peserta ikut membantu program pendidikan seperti mengajar, memberi makanan bergizi bagi anak-anak, pengobatan gratis dan berbagai kegiatan yang dapat memberi dampak bagi pendidikan di berbagai pelosok Indonesia.
“Ini konsep berwisata sekaligus memberi dampat positif bagi perkembangan pendidikan di pedalaman Indonesia,” ujar pemuda asal Tulang Bawang, Lampung itu.
Di awal program yang disosialisasikan lewat akun twitter @1000guru ini hanya diikuti oleh 9 orang. Namun kini, 1000 Guru sudah ada di 32 provinsi dan 35 kota dan setiap bulan diikuti 1.000 relawan.
Aktivitas dari komunitas 1000 Guru ini pun telah terkonsep utuh dengan menjadikan pengalaman edukasi dan juga backpacker yang menyenangkan. Beberapa cabang komunitas 1000 Guru sendiri, antara lain di Bengkulu, Bandung, Kupang, Makassar dan Samarinda.
Setiap cabang dari komunitas 1000 Guru sendiri sudah bisa mengadakan open trip TnT (Teaching and Traveling) sendiri setiap bulannya ke desa terpencil dengan kegiatan yang sama seperti yang ditetapkan oleh pusat. Kegiatan atau aktivitas para peserta open trip komunitas 1000 Guru sendiri dilakukan pada akhir minggu (weekend) sehingga tidak mengganggu aktivitas peserta yang bekerja di hari biasa.
Â
Panti Asuhan
Kepedulian Jemi pada bidang pendidikan Indonesia bermula dari pengalaman pahit yang dia alami sendiri. Kondisi ekonomi keluarga yang sulit membuat Jemi nyaris putus sekolah di bangsku SMA. “Waktu mau lanjut ke SMA, saya nggak bias melanjutkan sekolah karena orang tua nggak mampu menyekolahkan lagi. Akhirnya saya dititipkan di panti asuhan,” kenang Jemi.
Tekadnya yang kuat membuat pemuda kelahiran 11 Mei 1984 ini berhasil menyelesaikan studi hingga perguruan tinggi. Ketika dia bekerja di sebuah rumah produksi dan mendapat tugas di daerah terpencil dia melihat banyak anak-anak usia sekolah yang tidak terurus. Kondisi itu menyentuh nuraninya.
“Melihat kondisi itu, setiap berkunjung di satu daerah pedalaman, saya selalu menyempatkan diri mengajar. Sehari pun tak masalah. Saya ingin berbagi pada mereka. Intinya, saya ingin menyampaikan pesan kepada anak-anak itu. Tak perlu minder walau hidup di pedalaman. Jika mereka mau, bisa sukses, kok. Mereka punya potensi untuk bersaing dengan anak kota,” ucap pria yang hobi fotografi tersebut.
Foto-foto hasil jepretannya saat melanglangbuana ke daerah pedalaman, diunggah Jemi di akun @1000_guru. Di akun 1000 Guru ini ia menunjukkan situasi dan kondisi pendidikan Indonesia di berbagai pelosok negeri. Â Ia juga menyempatkan diri untuk mengajar di beberapa sekolah yang kekurangan guru dan berdiskusi dengan pihak sekolah.
Ternyata, gerakan yang diinisiasinya mendapat respon yang positif. Hasilnya, dalam setahun saja follower-nya mencapai 30 ribu. Umumnya, mereka bertanya: bagaimana caranya ingin ikut mengajar ke pedalaman. Kini akun Twitter @1000_guru memiliki lebih dari 100 ribu follower.
“Lantas, terbesitlah program teaching and traveling untuk menampung relawan yang ingin mengajar di pedalaman. Bayangkan kalau setiap bulan ada 1000 anak muda yang datang ke pedalaman untuk mengajar. Mungkin dampaknya nggak langsung besar, tapi dari situ, pemuda bisa lebih bersyukur, lebih menghargai perjuangan guru, dan tentunya lebih menghargai pendidikan,” kata Jemi.
Menurut Jemi, target 1000 Guru hanyalah ingin anak muda Indonesia yang punya semangat traveling tidak cuma senang-senang, tapi juga bisa berbagi dengan menjadi guru di pedalaman. “Semua orang bisa bergabung di 100 Guru dan semua orang bisa menjadi guru. Jadi artinya bukan hanya untuk lulusan keguruan tapi bagi siapapun yang ingin berbagi lewat mengajar bisa ikutan di gerakan 1000 Guru. Sehingga jika suatu saat mereka punya anak, ketika anaknya di jewer oleh guru di sekolah itu nggak langsung lapor KPAI. Karena dia tahu menjadi guru itu tidak gampang. Dan saya kepingin anak-anak Indonesia menghargai guru yang ada di pedalaman,” katanya lagi.
Fokus pada kegiatan ini membuat Jemi sempat tidak punya pekerjaan tetap. Belum lagi dia harus melakukan perjalanan ke pedalaman. Bahkan pernah mobil yang ditumpanginya terbalik. “Suka dukanya banyak, tapi bukan hal yang besar. Tiap ada masalah digerakan 1000 Guru akan ada jalan keluar terbaik. Karena niat kami tulus untuk membantu anak-anak di pedalaman Indonesia mendapatkan pendidikan,” ungkapnya sambil tersenyum.
Dia juga tidak mempedulikan cemoohan dari para haters. “Banyak orang yang selalu mengkritik. Kritikannya: ngapain satu hari mengajar, itu pun cuma 1-2 jam. Saya berpikir, lebih baik kami mengajar 2 jam dan selalu memberi motivasi dan memberikan donasi kepada mereka daripada tidak melakukan satu hal sama sekali. Hanya nyinyir di media sosial. Apa yang kami lakukan tentu lebih baik dari mereka, karena mereka tidak melakukannya,” katanya.
Terobosan Ekstrem
Menurut Jemi, selain kegiatan mengajar, komunitas ini juga memberikan makanan bagi sekolah-sekolah yang membutuhkan nutrisi dalam program Smart Center. Kegiatan ini telah dilakukan setiap hari untuk 1.200 anak-anak yang ada di NTT dan Sulawesi Tengah. Selain itu, 1000 Guru juga membuat program pengobatan gratis di daerah pedalaman untuk anak-anak dan orang tua.
Selain membantu pendidikan dan traveling, komunitas 100 Guru juga menghadirkan program beasiswa pada guru pedalaman serta kampanye moral bertajuk Hormati Gurumu. Beasiswa ini sendiri akan diberikan pada para guru pedalaman yang hanya lulus SMA atau sederajat supaya bisa meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Untuk semua itu butuh dana yang tidak sedikit. Seperti untuk memberikan makanan bergizi bagi 1.200 anak di NTT dan Sulawesi Tengah setiap hari selama satu tahun membutuhkan sekitar Rp 300 juta. Dan hingga saat ini dana tersebut diperoleh dari para peserta traveling, piching dan open trip. Jumlahnya bervariasi tergantung tempat dan tujuannya. Mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 4 juta yang dialokasikan untuk transportasi dan donasi.
“Jadi kami tidak meminta-minta melalui proposal dan lain sebagainya. Tapi banyak orang yang nyumbang, sehingga 1000 Guru bisa berdiri sendiri dan bisa melakukan kerjasama beberapa projek dengan biaya ratusan juta rupiah,” ujar Jemi, bangga.
Jemi mengaku masih ingin terus begerak ke target-target dan impian selanjutnya. Dalam hal ini target yang akan ingin segera diwujudkan adalah mendirikan yayasan sebagai payung hukum bagi komunitas 1000 Guru. Lebih jauh impian Jemi sendiri adalah menciptakan pendidikan yang layak bagi anak-anak di daerah pedalamanan dan pelosok serta membantu guru pedalaman menjadi semakin sejahtera.
“Harapan saya pendidikan Indonesia bisa lebih baik. Sama rata dalam hal kualitas, entah itu gedung sekolah atau guru. Jadi anak-anak di Indonesia bisa lebih peduli dengan pendidikan sehingga bisa berbagi dengan anak-anak di pedalaman. Anak-anak Indonesia yang tidak suka ria, pamer travling kemana, pamer foto hanya untuk mendapatkan Like tapi mereka bisa mendapatkan dampak positif untuk orang banyak jika mengikuti progran dan kegiatan di kami ini. Pemerintah juga memperhatikan pendidikan yang ada di pedalaman dan memiliki terobosan ekstrem bagi dunia pendidikan di Indonesia,” ucapnya penuh harap.
====================================
Jemi Ngadiono
Tempat Tanggal Lahir : Tulang Bawang, Lampung, 11 Mei 1984
Pendidikan        : S1 Bina Sarana Informatika, Jurusan Penyiaran
Pekerjaan        : Founder Komunitas 1000 Guru
Kegiatan         : Komunitas 1000 Guru melakukan traveling ke berbagai daerah tujuan wisata di seluruh Indonesia sambil memberikan pengajaran di sekolah dan donasi lain terkait pendidikan di suatu daerah yang jadi tujuan wisata.
Anggota         : Saat ini Komunitas 1000 Guru sudah ada di 32 provinsi dan 35 kota dan setiap bulan diikuti 1.000 relawan.
====================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post