M. Deni Firdaus : Permudah Masyarakat Mencari dan Berdonor Darah

M. Deni Firdaus, Co-founder & Software Developer GiveBlood (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Darah merupakan bagian penting yang dibutuhkan manusia setiap saat. Bahkan PMI menyebut, setiap delapan detik, ada satu orang yang membutuhkan transfusi darah di Indonesia. Sayangnya, darah tidak dapat diproduksi di luar tubuh manusia. Artinya ketersediaan darah sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat dalam mendonorkan darah.

Menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia sekitar 5,1 juta kantong darah per tahun (2% jumlah penduduk Indonesia). Sedangkan produksi darah dan komponennya saat ini sebanyak 4,1 juta kantong dari 3,4 juta donasi. Dari jumlah darah yang tersedia, 90% di antaranya berasal dari donasi sukarela.

Selain itu, ketersediaan darah juga ditentukan oleh ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana yang dapat menjamin ketersediaan darah dalam jumlah yang cukup, aman dan berkualitas.

Darah yang aman merupakan darah yang berasal dari donor risiko rendah, yang salah satunya bisa didapat dari donor darah sukarela. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat darah juga dapat menjadi media penularan penyakit seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan Sifilis.

Kondisi itu, pun akhirnya mendorong M. Deni Firdaus dan rekannya mengembangkan aplikasi GiveBlood. Aplikasi ini memudahkan pendonor darah untuk melakukan donor darah. Aplikasi ini akan mempercepat pencarian donor darah bagi mereka yang membutuhkan donor darah.

“Umumnya jika ada kebutuhan untuk transfusi darah, orang akan mendatangi ke PMI. Namun terkadang stok darah tidak tersedia, sementara kebutuhan mendesak. Untuk itulah kami menghadirkan aplikasi ini agar dapat memberikan solusi dalam membantu kebutuhan donor yang mendesak,” kata M. Deni Firdaus, Co-founder & Software Developer, GiveBlood kepada youngster.id baru – baru ini.

GiveBlood ini diklaim merupakan aplikasi pertama di Indonesia, bahkan dunia yang dapat memudahkan mereka yang membutuhkan darah untuk mencari pendonor darah. Menurut Deni, spirit dan motivasi utama mereka adalah semangat untuk membantu sesama manusia.

“Kami merasakan keresahan yang sama dengan keluarga pasien di saat kesulitan mencari pendonor darah. Kami ingin membantu semaksimal mungkin dengan produk yang kami bangun untuk menghubungkan keluarga pasien yang mencari pendonor dengan pendonor yang secara sukarela berniat mendonorkan darahnya langsung kepada yang membutuhkan. Sehingga tidak ada lagi keluarga pasien yang menunggu terlalu lama ketika mencari pendonor darah,” ungkap Deni.

 

Kebutuhan Mendesak

Deni menuturkan, aplikasi GiveBlood dikembangkan pada tahun 2017, dan kemudian diluncurkan dan diperkenalkan kepada publik pada bulan Ramadhan di tahun 2018.

“Kebetulan sebagian dari kami merupakan pendonor darah rutin dan setiap kali kami melakukan donor darah secara sukarela datang ke PMI maupun donor darah langsung untuk pasien. Kami sering melihat beberapa masalah yang dialami oleh keluarga pasien yang sedang mencari pendonor darah dan mengalami kesulitan,” tuturnya.

Menurut Deni, para keluarga pasien seringkali melakukan pencarian donor darah lewat media sosial. Hal itu membuat mereka menunggu terlalu lama dan tidak akan mendapatkan kepastian dalam mengharapkan pendonor darah, sedangkan kebutuhannya sangat mendesak.

Sebagai alumni Teknik Informatika Universitas MH Thamrin Jakarta, Deni merasa teknologi dapat memecahkan masalah tersebut. Dari situ lahir ide untuk mengembangkan aplikasi yang dapat menghubungkan antara pencari donor darah dan pendonor secara langsung.

Untuk mematangkan ide dan konsep yang diterapkan pada aplikasi GiveBlood, Deni dan tim melakukan penelitian selama 1 tahun. Bahkan, Deni mesti merogoh kocek untuk mengucurkan modal sekitar Rp 100 juta.

Hasilnya, aplikasi GiveBlood hadir untuk menghubungkan dan mempermudah pasien sebagai pencari relawan donor darah dengan para relawan donor darah secara langsung. Salah satu fitur layanan unggulan di aplikasi GiveBlood, yaitu proses mencari pendonor darah di lokasi terdekat tempat pasien melakukan pencarian, diklaim Deni menjadi salah satu pembeda. Bahkan menjadi keunggulan usaha rintisannya dibanding usaha sejenis.

“Aplikasi GiveBlood akan mempertemukan langsung orang yang bisa mendonorkan darahnya dan para pencari kebutuhan darah. Namun, tetap mendonorkan darahnya dengan bertemu di PMI terdekat,” ujarnya.

Selain itu, aplikasi GiveBlood juga menyediakan fitur layanan bagi pendonor darah yang ingin menolong pasien dengan donor darah bisa membantu langsung di dalam aplikasi. Fitur lainnya seperti Info Kesehatan, yang menyediakan artikel tentang kesehatan dan bisa menjadi edukasi bagi pengguna aplikasi GiveBlood.

Tak hanya itu, aplikasi GiveBlood ini disediakan secara gratis, baik bagi pendonor maupun penerima donor darah. “Kami selalu memberi edukasi kepada setiap pendonor agar mendonorkan darahnya secara sukarela tanpa mengharap imbalan. Namun kami membuka selebar-lebarnya bentuk donasi dari masyarakat atau pun kerjasama CSR dari institusi lain,” ungkapnya.

Deni yakin aplikasi GiveBlood ini selain dapat menyatukan para relawan, juga dapat menjadi media bertemunya mereka dengan orang-orang yang sedang membutuhkan darah secara langsung melalui sebuah platform yang sama.

“Kami yakin di dunia ini, khususnya di Indonesia, ribuan bahkan jutaan masyarakat sudah terbiasa dengan aktifitas donor darah dengan berbagai manfaatnya bagi kesehatan tubuh kita,” ujarnya.

 

Saat ini GiveBlood telah digunakan oleh sekitar 3.500 pengguna yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Deni berharap dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dibantu dalam memperoleh donor darah. (Foto: Dok. GiveBlood)

 

Spirit Kemanusiaan

Deni menegaskan, aplikasi GiveBlood dibangun dengan spirit kemanusiaan sehingga belum mencari profit. “Saat ini kami berusaha untuk mengoptimalkan aplikasi ini agar dapat bekerja maksimal untuk mempertemukan pencari donor darah dengan relawan donor sesuai golongan darah yang dibutuhkan,” katanya.

Lebih dari itu, ia mengungkapkan keinginan mendirikan usaha rintisan ini selain untuk mempermudah keluarga pasien dalam mencari pendonor darah sesuai kebutuhannya, juga memudahkan pendonor darah agar dapat mendonorkan darahnya secara langsung kepada pasien yang membutuhkan. Hal ini menjadi misi sejak aplikasi inimereka kembangkan.

Pria kelahiran Kuningan, 11 Juni 1994 ini mengatakan, keuntungan dalam bentuk material bukanlah menjadi tujuan utama mereka. “Untuk omset saat ini belum ada. Karena ketika aplikasi kami bisa menolong masyarakat dalam mencari pendonor darah pun itu merupakan kepuasan batin untuk kami, dan bisa memicu kami untuk lebih baik lagi dalam mengembangkan aplikasi ini,” ucapnya.

Diakui Deni, dalam proses mengembangkan usaha rintisan sosial ini tak selalu berjalan mulus. Menjelang 3 tahun usaha rintisan sosialnya ini berdiri, sejumlah kendala kerap ditemuinya. Mulai dari pencarian resource yang ingin mengembangkan produk ini dengan status relawan, hingga masalah edukasi ke masyarakat akan pentingnya donor darah. Hal ini menjadi tantangan tersendiri.

“Sebagian masyarakat masih ketakutan dengan donor darah. Terlebih dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Namun kami terus berusaha memberikan informasi dan sosialisasi kepada masyarakat memanfaatkan media sosial yang ada dan mengadakan beberapa webinar online untuk memperkenalkan aplikasi GiveBlood dan memberikan edukasi tentang donor darah,” papar Deni.

Kendala lainnya. terutama dalam tim pengembang GiveBlood. Pengorbanan waktu dan tenaga harus mereka lakukan. Untunglah hal itu hingga saat ini masih bisa diatasi. “Kami tetap fokus dan komitmen untuk mengembangkan produk yang kami bangun, dan terus berinovasi menyediakan fitur yang bisa mempermudah para pengguna produk kami. Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan beberapa komunitas donor darah yang lain bilamana ada kebutuhan darah yang tidak terpenuhi, karena kami yakin kita semua memiliki spirit yang sama, yaitu membantu sesama,” tutur Deni.

Untuk itu GiveBlood pun melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Misalnya, di tahun 2020, GiveBlood berpartner dengan Humanity First Indonesia, salah satu organisasi kemanusiaan dan kebencanaan. “Karena kami mempunyai misi yang sama, yaitu untuk melayani kemanusiaan,” tegas Deni.

Dalam waktu dekat GiveBlood berencana terus melakukan pengembangan. “Karena kami selalu berupaya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna produk kami. Produk kami berbasis mobile application, dan saat ini masih berfokus untuk pengguna Android. Nanti kami akan membangun aplikasi Giveblood untuk pengguna iOS, agar jangkauannya bisa lebih luas lagi,” katanya optimis.

Selain itu, mereka terus meperkenalkan aplikasi GiveBlood ke masyarakat lebih luas terutama bagi kalangan milenial. Termasuk mengadakan webinar online, ataupun diskusi untuk memberikan edukasi tentang donor darah langsung untuk pasien.

“Kami bersyukur, usaha itu membuahkan hasil. Terutama pada saat pandemi, kami mengalami kenaikan aktifitas mencari pendonor darah di aplikasi yang cukup signifikan. Di sisi lain kami juga mengalami kesulitan karena banyak permintaan yang belum bisa terpenuhi disebabkan ketakutan pendonor terhadap kondisi pandemi sehingga membuat para pendonor enggan menolong pasien,” ungkap Deni menambahkan.

Menurut Deni, saat ini GiveBlood telah digunakan oleh sekitar 3.500 pengguna yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Deni berharap dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dibantu dalam memperoleh donor darah.

“Bagi kami ketika berbicara tentang donor darah artinya kita sedang membicarakan tentang keselamatan nyawa manusia, Harapan kami, dengan aplikasi yang kami bangun ini tidak ada lagi keluarga pasien yang menunggu terlalu lama ketika mencari pendonor darah,” pungkasnya.

 

====================

M Deni Firdaus

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version