youngster.id - Minat dan antusiasme generasi muda terhadap kewirausahaan sosial atau yang dikenal dengan sociopreneur rupanya semakkin meningkat. Dengan berbagai ide kreatifnya mereka melakukan banyak perubahan bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar mereka.
Salah satunya yang dilakukan oleh M. Zinedine Alam Ganjar. Siswa kelas X SMA ini mengolah limbah eceng gondok di kawasan Rawa pening, Kabupaten Semarang, menjadi produk kerajinan bernilai jual tinggi. Produk dengan brand Echoes dan Whynotes ini berupa sandal, sepatu dan binder multifungsi. Semua adalah produk kerajinan buatan tangan yagng berbahan dasar eceng gondok.
Rupanya, ide remaja yang akrab disapa Alam itu berangkat dari dari permasalahan lingkungan yang dilihat di sekitar tempat dia tinggal, yaitu populasi tanaman gulma eceng gondok. Hal ini menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem air. Oleh karena itu, Alam lalu menggalang teman-temannya untuk mencari solusi atas masalah tersebut. Mereka tergabung dalam Student Company (SC) Sagasco yang fokus pada sosiopreneurship, sekaligus ecopreneurship.
“Kami mencoba memecahkan maslaah ini dengan mencari cara positif melalui sebuah produk yang memiliki demand yang tinggi dan dibutuhkan banyak orang. Di situ kami melakukan survey, dan akhirnya kami memutuskan untuk membuat sepatu dan sandal dengan bahan dasar eceng gondok yang kami beri nama Echos dan Whynotes,” ungkap Alam saat ditemui youngster.id belum lama ini di Jakarta.
Berkat ide kreatif tersebut President Director Sagasco SC ini berhasil terpilih untuk mewakili Indonesia pada kompetisi Student Company Competition (ISCC) 2018. Dia akan mewakili Indonesia untuk berkompetisi dengan 13 negara dari Asia Pasific pada Maret 2019 mendatang.
Alam mengaku bangga dapat kesempatan mewakili Indonesia di ajang kompetisi bisnis internasional. Apalagi, pada program kompetisi yang digagas Citibank Indonesia yang diikuti oleh 34 SMA dan SMK tingkat nasional ini, dia bersama teman-temannya berhasil menjadi juara.
“Tentunya, pencapaian ini dapat kami raih berkat bimbingan dan dukungan yang dberikan oleh Citibank Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia. Mewakili Sagasco SC, saya berharap, usaha yang kami rintis saat ini dapat terus berkembang dan menebar manfaat, serta mampu menginspirasi teman-teman wirausaha muda untuk berani memulai bisnis sekaligus membantu menyelesaikan permasalahan sosial,” tegas putra dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Siti Atikoh Supriyanti itu.
Membahagiakan Orang Lain
Alam menuturkan keputusan untuk terjun menjadi wirausaha sosial itu terinspirasi dari pernyataan Presiden RI Joko Widodo. “Memilih eceng gondok karena telah lama menjadi masalah. Mengutip pernyataan Presiden RI Joko Widodo, bahwa Rawa Pening jadi prioritas pemberdayaan air di Indonesia. Tetapi karena eceng gondok, Rawa Pening sudah berkembang sangat cepat. Kemudian kami berinisiatif untuk membantu mengatasi masalah lingkungan itu,” ucapnya.
Di sisi lain, pemuda kelahiran Purwokerto 14 Desember 2001 itu mengaku menjatuhkan pilihannya menjadi socipreneur karena dapat turut memberikan kebahagiaan kepada orang lain. “Bagi saya menjadi sociopreneur itu paling mudah di antara yang lain. Kedua, kesuksesan kami adalah berbagi kebahagiaan. Cara paling mudah itu. Jadi, sociopreneur di situ kami dapat profit, tapi kami tidak profit oriented. Karena kami membantu sesama, menyelematkan lingkungan, dan kami berusaha selalu bikin tren dengan mengajak anak muda lain untuk menyelamtkan lingkungan dengan cara bikin produk atau jasa, yang nanti dibutuhkan oleh banyak orang,” ucapnya penuh kebanggaan.
Langkah itu mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. “Keluarga pasti dukung. Itu tinggal bagaimana saya menyampaikan ke orang tua. Minta ijinnya bagaimana karena sering juga pulang sampai malam. Apalagi passion kami di sini. Jadi orang tua pasti dukung,” ujar Alam.
Dalam memproduksi barang yang menggunakan bahan eceng gondok ini, Alam mengklaim sudah mengurangi sebanyak 80 kg eceng gondok yang dikeringkan, dari estimasinya sekitar 300 kg aceng gondok basah dalam waktu 4 bulan.
Semua bahan itu diproduksi menjadi sepatu dan sandal. Alam menjelaskan dalam pembuatannya terbagi dua jenis, yaitu dalam bentuk anyaman dan tenun.
“Dalam prosesnya, pertama kami mengirim desain, dari hasil rapat dengan para anggota dan desainer kami. Akhirnya kami konsultasi dengan para pengrajinnya, dan paling banyak itu pengrajinnya di proses pengiringan dan pemberian bahan kimia dan memang butuh scale yang tinggi. Setelah eceng gondok dikeringkan dan diberi pewarnaan oleh para petaninya, lalu kami kasih ke pengrajin buat di examble jadi produk atau kerajinan itu sendiri. Untuk satu pasang sepatu kalau cuaca bagus bisa diselesaikan dalam waktu 10 hari, tapi 2 sepatu bukan berarti 20 hari. Jadi kami efisiensinya disitu, numpukin satu produksi di satu waktu jadi lebih efektif, “ jelas Alam.
Kegiatan Sagasco SC yang terdiri dari 20 orang ini tentu berkolaborasi dengan 25 orang masyarakat dan pengrajin setempat. Hasilnya produk Echos dan Whynotes ini mendapat sentuhan motif batik khas Semarang.
Alam mengaku awalnya tidak mudah mendapatkan pengrajin yang mau membantu mereka mewujudkan produk ini. Namun dengan pendekatan sosial, mereka berhasil mendapat dukungan dari masyarakat sekitar Rawa Pening. Apalagi kemudian berkat produk ini, perekonomian masyarakat juga terbantu.
“Sebelumnya mereka tidak pernah terpikir untuk memanfaatkan eceng gondong menjadi produk seperti sepatu, sandal atau buku. Memang sebelumnya mereka sudah melakukan tetapi masih terbatas, dengan kehadiran kami menambah kreativitas baru mereka sehingga responnya sangat luar biasa,” kisah Alam.
Nilai Jual
Keterlibatan para pengrajin lokal membuat produk yang dihasilkan itu tidak semata ramah lingkungan juga bernilai sosial karena memiliki nilai budaya dan berdaya jual tinggi.
Sebagai anak muda, Alam jelas menujukan produk dari Sagasco SC bagi anak muda usia 12-45 tahun yagn memiliki gaya hidup yang modern tetapi peduli pada lingkungan.
Alam mengatakan produk dari Sagasco SC ini di banderol seharga Rp 180 ribu untuk yang produk anyaman, dan untuk tenun satu pasangnya sebesar Rp 200 ribu.
“Untuk pemasarannya kami banyak kerja sama dengan pemerintah, terutama di BPSDA yang menangani sumbur daya air, buat masuk ke event-event mereka secara khsusus. Kami kan sebagai reservation bagi program mereka karena menanggulangi eceng gondok, dan kami juga fokus di instagram untuk sosial media nya,” terangnya.
Menariknya, produk ini tidak dipasarkan melalui marketplace atau e-commerce. “Kami nggak fokus disitu, karena kami sudah memiliki plan untuk membuka e-commerce sendiri yaitu e-commerce khusus eceng gondok jadi banyak pengrajin eceng gondok yang kami gaet buat masukin produk di ecommerce itu full tentang produk eceng gondok semua,” ungkap Alam.
Selain itu, untuk mengembangkan wirausaha sosialnya, Alam juga menjalin kerja sama dengan Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia (PJI). “Melalui kerja sama dengan Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia kami mendapatkan modal investasi sehingga produk ini dapat kami luncurkan,” ungkap Alam lagi.
Produk Echoes dan Whynotes ini mulai diluncurkan dan dipasarkan pada Januari 2018. Ternyata produk ini menarik banyak peminat termasuk investor. Sehingga akhirnya Alam memutuskan untuk menjual sebagian saham untuk memperoleh modal. “Untuk besarnya dibatasi sama PJI sebesar 20 ribu untu 75 lembar saham. Total modalnya jadi Rp 1,5 juta, dan kini revenue kami selama 4 bulan berjalan sudah mencapai Rp 21 juta,” katanya bangga.
Alam berharap usaha ini dapat terus berkembang. “Saya beharap usaha yang kami rintis saat ini dapat terus berkembang dan menebar manfaat, serta mampu menginspirasi teman-teman wirausaha muda untuk berani memulai bisnis sekaligus membantu menyelesaikan permasalahan sosial,” pungkasnya.
==================================
M. Zinedine Alam Ganjar
- Tempat Tanggal Lahir : Purwokerto 14 Desember 2001
- Pendidikan : Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Semarang
- Nama Usaha : Sagasco SC
- Mulai Usaha : 11 Januari 2018
- Jabatan : Founder & President Director
- Produk : Sepatu, Sandal, Buku dari Eceng Gondok
- Tim : 20 orang
- Pengrajin : 25 orang
- Modal Awal : Rp 1,5 juta
Prestasi : Indonesia Student Company of the Year 2018 dalam ajang Indonesia Student Company Competition yang digelar Prestasi Junior Indonesia (PJI) 2018.
======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post