Mohammad Andriza Syarifudin : Tuntaskan Kemiskinan Dengan Pemberdayaan Ekonomi Pulau

Mohammad Andriza Syarifudin, Cofounder & CEO Nusa Berdaya Social Enterprise (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Masalah pendidikan dan kemiskinan di Indonesia masih jelas terlihat. Pemerintah terus bergerak dengan berbagai program untuk menangani kedua masalah ini. Namun hal ini juga perlu didorong peran serta masyarakat luas, termasuk generasi muda.

 

Masalah kemiskinan di negara berkembang seperti Indonesia menjadi pokok persoalan yang harus mendapatkan perhatian lebih. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi akut antara 1997-1999 angka kemiskinan melonjak hingga mencapai 23,4%. Syukurlah, kini angka kemiskinan Indonesia pada September 2018 turun menjadi 9,66%. Berdasarkan data teranyar Badan Pusat Statistik ( BPS), jumlah penduduk miskin RI mencapai 25,67 juta orang pada September 2018.

Meski demikian, kemiskinan tetap menjadi masalah yang harus diselesaikan. Mengapa kemiskinan masih terus berlarut di banyak negara berkembang seperti di Indonesia?

Pasalnya, kemiskinan kini tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorag atau kelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Menurut Jeffrey Sachs, di dalam bukunya The End of Proverty, salah satu mekanisme dalam penuntasan kemiskinan ialah pengembangan sumber daya manusia terutama pendidikan dan kesehatan.

Dengan pendidikan yang baik, setiap orang memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan, mempunyai pilihan untuk mendapat pekerjaan, dan menjadi lebih produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dengan demikian pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan dan menghilangkan eksklusi sosial, untuk kemudian meningkatkan kualitas hidup dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Sadar akan hal ini, Mohammad Andriza Syaarifudin bersama dengan dua temannya: Kadek Agus dan Retno Nuraini, membangun usaha sosial bernama Nusa Berdaya Social Enterprise. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak negeri mendapatkan pendidikan yang layak.

“Kami di Nusa Berdaya bertujuan memperluas akses pendidikan terhadap warga binaan, namun belum terlaksana secara penuh. Sementara ini kami lebih dulu fokus menjalankan bisnis yang berdampak sosial positif, sembari sedikit demi sedikit mengembangkan unsur pengajaran di sela-selanya,” kata Andriza, CEO Nusa berdaya kepada youngster.id.

Menurut Andriza, awalnya mereka terlibat dalam inisiatif pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan di Nusa Penida pada tahu 2013. Tujuan mereka saat itu adalah menyebarkan minat belajar ke berbagai pelosok daerah. 

“Jadi pada tahun 2013 itu, saat kami melakukan aksi sosial tersebut, kami sempat mengajar anak-anak di Nusa Penida. Namun kami mendapatkan protes dari para orang tua karena waktu yang kami gunakan adalah waktunya anak-anak mencari pakan ternak untuk membantu perekonomian keluarga mereka,” cerita Andriza.

Ketika itu, orang tua di Nusa Penida lebih suka anaknya bekerja membantu perekonomian keluarga, dibandingkan memperoleh pendidikan. Misalnya, anak-anak peserta program belajar gratis yang diselenggarakan Andriza dan kawan-kawan sering disuruh pulang orang tuanya untuk bekerja. Melihat keadaan tersebut, mereka berpikir jika masalah perekonomian keluarga masih di bawah garis kemiskinan, maka tidak bisa mencapai tujuan utama untuk ikut mencerdaskan bangsa.

“Dari situ, kami menyadari bahwa menyampaikan pendidikan saja tidak cukup, perlu juga dilakukan dengan bimbingan pelatihan yang relevan dengan lingkungan sekitar,” ujar Andriza.

 

Pemberdayaan dan Terobosan

Merasa perlu mengubah perekonomian masyakat, Nusa Berdaya Social Enterprise memutuskan untuk memberdayakan masyarakat dengan menggarap kekayaan alam yang tersedia di Nusa Penida. Masyarakat pesisir di Pulau Nusa Penida mayoritas berprofesi sebagai petani, buruh, dan pedagang rumput laut. Sayangnya, harga rumput laut di Nusa Penida menurun drastis sehingga berdampak pada kemiskinan.

Dengan membangun Nusa Berdaya Social Enterprise maka Andriza dan kawan-kawan dapat melakukan terobosan bagi masyarakat. Awalnya, mereka membeli rumput laut dari petani dengan harga lebih tinggi dari pasaran. Sebagai contoh, petani setempat rata-rata menjual rumput laut mentah seharga Rp 7.000 per kilogram dalam dua tahun terakhir. Oleh Nusa Berdaya, harga belinya dinaikkan hingga lebih dari dua kali lipat, menjadi maksimal Rp 30.000 per kilogram, tergantung kualitasnya.

Setelah itu, Nusa Berdaya juga bermitra dengan para ibu rumah tangga untuk mengolah rumput laut menjadi sabun organik. Produk pertama mereka, dan menjadi andalan hingga saat ini, adalah sabun natural dari rumput laut dengan merek “Noesa” soap.

“Kami awali dengan mendirikan sebuah usaha sosial berbasis komunitas yang melibatkan petani 

dan ibu-ibu PKK di Pulau Nusa Penida dengan tujuan ingin memutuskan rantai kemiskinan melalui diversifikasi usaha berbasis potensi lokal,” kisah Andriza.

Semua itu dengan tujuan pemberdayaan ekonomi. Bahkan Nusa Berdaya menerapkan skema pembayaran Rp 60.000 per tiga jam produksi. Dengan sistem tersebut, Nusa Berdaya mampu mengantongi omzet rata-rata Rp 6 juta per bulan pada tahun pertama beroperasi, dengan harga jual satuan sabun Rp 35.000 per batang. Sebagian besar produk ini dijual sebagai oleh-oleh khas Nusa Penida, dan sebagian lagi dieskpor melalui jalur kemitraan kolektif ke Singapura, Hong Kong, Jerman, Belanda,dan Arab Saudi.

Meski begitu, sebagai sebuah wirausaha, Nusa Berdaya juga memiliki kendala dalam operasionalnya. Misalnya, mereka sempat terkendala syarat legalitas untuk mendapat sertifikasi keamanan pada kategori kosmetik dari BPOM. Selain itu, Andriza dan rekan-rekannya di Nusa Berdaya juga perlu bekerja keras meyakinkan pasar bahwa produk yang mereka tawarkan memiliki kualitas baik meski berasal dari daerah yang belum familiar di telinga konsumen. 

“Cara kami menyiasatinya adalah bekerja sama dengan reseller lokal yang memiliki visi yang sama dengan kami. Mereka menjadi representatif dalam menyuarakan produk kami ke pasar,” jelas Andriza.

 

Produk andalan Nusa Berdaya Social Enterprise adalah sabun natural dari rumput laut dengan merek “Noesa Soap” (Foto: Istimewa)

 

Berkesinambungan

Andriza mengaku usaha sosial ini terispirasi dari film The Son of God, buku Sirah Babawiyah, dan tokoh social entrepreneur Muhammad Yunus, founder Grameen Bank.

“Jujur beberapa referensi ini seperti memberikan saya semangat untuk tetap melakukan kegiatan ini,” ujar Sarjana Tehnik Industri UGM itu.

Kini, Andriza mulai memetik hasil. Nusa Berdaya Social Enterprise mampu meraup omzet rata-rata Rp 50 juta per bulan, dengan kisaran profit sebesar 30%. Eksistensi Nusa Berdaya pun kian mengemuka sebagai salah satu wirausaha sosial yang meraih pertumbuhan signifikan. Salah satunya mereka berhasil menjadi pemenang lomba kewirausahaan dari Bank Mandiri pada 2018 lalu.

Perusahaan yang dirintis sejak 2016 itu menang untuk kategori wirausaha sosial, karena dinilai mampu menginspirasi warga pedesaan menemukan cara alternatif dalam meningkatkan taraf kehidupannya. Selain itu, Nusa Berdaya juga dinilai konsisten mengenalkan skema industri skala kecil yang berkesinambungan.

“Berangkat dari hal tersebut kami memiliki cita-cita kelak Indonesia mampu mengolah kekayaan alamnya sendiri, dari level produsen yaitu petani,” ujarnya.

Selain di Nusa Penida, pemberdayaan ekonomi serupa juga dilakukan Nusa Berdaya di beberapa wilayah pedesaan lain di Lombok, Kupang, dan Raja Ampat. Bekerja sama dengan kementerian dan lembaga internasional terkait, Andriza dan timnya mengembangkan skema bisnis serupa. Namun, tentunya dengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakter masyarakat di masing-masing daerah.

“Nusa Berdaya adalah social enterprise yang fokus untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di pulau-pulau Indonesia melalui usaha pengolahan produk berkualitas dan inovatif berbasis potensi lokal. Cara dan model bisnis inilah yang kami lakukan selama ini,” jelas Andriza.

Oleh karena itu, Andriza terus berusaha, terutama ditengah persaingan bisnis yang makin ketat. Menurut dia, Nusa Berdaya fokus dengan cara menjual nilai story dan misi besar saat mendirikan bisnis.

“Cara mengatasinya, kami hanya ingin fokus untuk membangun unfair advantage, yaitu menjual nilai story dan misi besar dalam mendirikan bisnis,” ucapnya.

Di luar keberhasilan tersebut, pemuda kelahiran Jakarta ini masih menyimpan mimpi terkait misi utamanya mencerdaskan masyarakat. “Kami di Nusa Berdaya bertujuan memperluas akses pendidikan terhadap warga binaan, namun belum terlaksana secara penuh. Sementara ini kami lebih dulu fokus menjalankan bisnis yang berdampak sosial positif, sembari sedikit demi sedikit mengembangkan unsur pengajaran di sela-selanya,” ujar Andriza.

Saat ini, setelah berhasil memperluas area wirausaha sosial ke pulau-pulau lain yang berkarakter serupa dengan Nusa Penida, Andriza dan timnya berfokus memperluas cakupan pasar, dengan harapan bahwa produk yang diserap semakin besar, sehingga masyarakat yang diberdayakan juga semakin banyak.

Andriza berharap melalui usaha social Nusa Berdaya yang didirikannya akan semakin banyak masayarakat yang terlibat di dalam kegiatan sosial ini.

“Saya berharap ke depannya akan semakin banyak masyarakat yang terlibat. Karena target yang selama ini kami sasar adalah ingin meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat pulau,” pungkasnya.

 

=========================================

Mohammad Andriza Syarifudin 

Prestasi                                   :

============================================

 

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version