Nabila Ishma : Ingin Anak Indonesia Jadi Generasi Berkualitas

Nabila Ishma Nurhabibah, Founder Milenial Beraksi & Wakil Ketua Forum Anak Nasional (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Anak merupakan aset penting dan harus dilindungi karena merupakan penerus bangsa. Namun masih banyak anak yang tidak mendapat perlindungan, bahkan menjadi korban kekerasan. Kondisi ini menggerakkan sejumlah anak muda untuk terjun menjadi aktivis yang peduli nasib teman sebaya mereka.

Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) yang dirilis Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) pada 2018 mendapati 2 dari 3 anak dan remaja di Indonesia pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya. Apa yang dialami anak itu meliputi kekerasan seksual, kekerasan emosional, dan kekerasan fisik. Sebagian kekerasan, bahkan dilakukan oleh lingkungan terdekat, termasuk keluarga.

Tak cuma menjadi korban, survei juga menemukan anak sebagai pelaku kekerasan. Sebanyak 3 dari 4 anak melaporkan pernah melakukan kekerasan emosional dan fisik terhadap teman sebaya. Data SNPHAR 2018 menunjukkan kekerasan terhadap anak tengah berada dalam posisi kritis.

Kekerasan terhadap anak tak ubahnya fenomena gunung es. Bahwa apa yang muncul di permukaan belum tentu memperlihatkan fakta yang sesungguhnya. Tak menutup kemungkinan jika angka kasus kekerasan terhadap anak melebihi data yang ada.

Indonesia sendiri telah turut meratifikasi Konvensi Hak Anak pada September 1990. Dengan ratifikasi tersebut, Indonesia berkewajiban untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak. Termasuk di antaranya memberikan perlindungan agar anak terhindar dari kekerasan.

Kondisi ini menggerakan Nabila Ishma Nurhabibah untuk terjun menjadi aktivis dibidang anak. Diusianya yang masih terbilang muda, lajang yang akrab disapa Nabila ini sudah aktif menjadi pelopor perlindungan anak dan pendidikan, sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama.

Kini, bersama empat orang temannya Nabila membangun Milenial Beraksi, yaitu sebuah wadah partisipasi remaja Indonesia yang membahas isu sosial yang hangat diperbincangkan di kalangan gererasi milenial dan generasi z.

“Saya aktif dalam kegiatan tentang anak karena saya ingin anak-anak bisa menemukan dirinya sendiri. Kenapa banyak anak-anak yang terjerat kasus narkoba dan kekerasan? Karena mereka tidak kenal dengan diri mereka sendiri dan mereka tidak tahu kelebihan dan kekurangan mereka,” ucap Nabila, pendiri, motivator dan konselor muda untuk Milenial Beraksi kepada youngster.id saat ditemui di Bandung, Jawa Barat belum lama ini.

Menurut Nabila, anak-anak muda sebagai generasi penerus memiliki potensi. Itulah mengapa dia bersikukuh untuk membantu anak-anak yang memiliki masalah hingga bisa menemukan siapa dirinya. Cara edukasi yang kerap dilakukan salah satunya dengan memberikan dukungan awal melalui pendekatan persuasif. Selanjutnya dihubungkan dengan pihak-pihak profesional, orangtua, pemerintah,  dan lainnya.

“Semua itu untuk membantu anak Indonesia supaya mereka menjadi generasi yang berkualitas,” ujarnya.

 

Sebagai wujud kepedulian pada nasib anak-anak remaja, Nabila Ishma dan rekan-rekannya mendirikan Milenial Beraksi (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Cibiran dan Ancaman

Menurut Nabila, awal dirinya terjun menjadi aktivis bermula saat dirinya memutuskan untuk bergabung dengan Forum Anak di bawah naungan Kemenetrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) pada tahun 2012. Ketika itu dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Di organisasi itu banyak kegiatan dan aktifitas yang dia jalani. Pada tahun 2014 dia terpilih jadi ketua Forum Anak Kota Bandung. Kemudian jadi sekretaris di tingkat provinsi dan pada tahun 2016 kembali terpilih menjadi Wakil Ketua Forum Anak Nasional.

“Dalam Forum Anak ini tugasnya bagaimana kita bisa membantu pemerintah untuk memperjuangkan hak-hak anak,” tuturnya. Melalui kegiatan itu, Nabila mewakili Indonesia dalam mengikuti acara Asean Children’s Forum di Brunei Darussalam. “Kami membahas isu-isu krusial apa saja yang kira-kira bisa diselesaikan untuk tingkat internasional,” ujar putri kedua dari 2 bersaudara pasangan Gunandar dan Ekasari ini.

Nabila mengaku, banyak masalah yang ditemui ketika menjalani kegiatan kemanusiaan ini. Apalagi dia banyak fokus pada kasus kekerasan yang menimpa anak-anak. Gerakan yang dilakukan Nabila untuk mengatasi masalah ini adalah dengan Cari tahu, Dekati, Empati Forum (CDEF). Menurut dia, ini semacam tutor untuk membantu anak-anak remaja yang mempunyai masalah.

“Alhamdulillah, aksi ini mendapat apresiasi dari kementerian, dan saya mendapat penghargaan Tunas Muda Pemimpin Indonesi tahun 2016,” ujar gadis manis yang juga sebagai atlet panahan KONI Kota Bandung.

Melalui gerakan ini Nabila banyak membantu anak-anak yang memiliki kasus dan masalah dengan memberikan dukungan di awal, kemudian menghubungkan dengan pihak profesional. “Ada anak yang suka tawuran, terus ada anak yang nggak naik kelas, sekarang mereka sudah kuliah di ITB dan keterima di lima kampus ternama di negeri ini,” ujarnya dengan bangga.

Keberhasilan ini sempat diwarnai dengan cibiran dan ancaman. “Memang dalam perjalanannya nggak semudah yang saya bayangkan sejak awal. Dalam perjalanannya, banyak orang bertanya kepada saya karena mereka mengganggap diri saya sebagai anak kecil. Ngerti apa sih saya tentang anak? Saya harus menyikapinya secara bijak. Sebenarnya kalau mereka yang menegur saya ini sadar bahwa yang paling paham tentang anak adalah anak itu sendiri. Banyak anak seusia saya kena narkoba, termasuk kasus kekerasan yang membuat mereka nggak kenal sama dirinya. Saat saya temui, mereka tidak tahu apa yang mereka mau, kekurangan dan kelebihannya. Mereka juga tidak tahu sarana untuk mengkespresikan diri. Nah, dari situ saya kuatkan diri untuk terus melakukan niat saya yaitu membantu anak-anak seusia saya yang kerap memiliki masalah,” tuturnya.

 

Bagi Nabila Ishma, hidup ini tidak hanya apa yang kita capai, tetapi juga hidup itu apa yang kita bisa berikan untuk orang lain (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Dukungan Orang Tua

Melalui banyak rintangan, termasuk sikap negatif dari orang-orang, tidak membuat Nabila menyerah. Dia mengaku bisa memiliki kekuatan untuk melewati itu karena dukungan dari keluarga, terutama kedua orangtuanya.

“Pesan orang tua saya, orang yang paling baik itu adalah orang yang paling bermanfaat ketika memberikan bantuan kepada orang lain. Belajar dari situ, saya mengerti kalau selama ini hidup tidak hanya apa yang kita capai, tetapi juga hidup itu apa yang kita bisa berikan untuk orang lain. Dan mama saya selalu mendampingi sejak saya kecil, apa yang saya mau silahkan dikejar asalkan jangan setengah-setengah atau mending nggak usah sama sekali,” katanya.

Kini dia semakin aktif berkampanye lewat kegiatan Milenial Beraksi yang dibentuk pada 14 April 2018 di Bandung. Menurut Nabila, Milenial Beraksi ini sekarang sudah memiliki anggota yang tersebar di wilayah Jawa, Bali, Sumatera dan Indonesia Timur.

“Forum kami beranggotakan anak-anak remaja yang secara sukarela bergabung untuk membantu anak-anak lain dalam menyuarakan isi pikiran mereka tentang Indonesia. Kami berdiskusi apa yang menjadi masalah dari anak-anak muda sekarang ini dan bagaimana mencari solusinya,” ungkap perempuan yang bercita-cita jadi Menteri Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan.

Nabila juga menulis buku berjudul “8 Pintu Mewarnai Hidup”. Melalui buku itu dia ingin mengatakannya kalau setiap anak bisa mencapai warna mereka masing-masing. Sebab, siapa pun tidak bisa menyimpulkan anak pintar itu yang pandai matematika. Atau anak hebat itu yang menjuarai olimpiade matematika.

“Karena saya yakin seorang bisa mewujudkan cita-cita mereka. Mereka pasti bisa asal tahu caranya dengan mengenali diri mereka. Saya yakin anak-anak bisa dengan mudah dapat mengenal dirinya dan bisa memiliki empati didalamnya kepada sesame,” tegasnya.

Kini Nabila sedang menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Namun dia tidak meninggalkan dunia sebagai aktivis anak. Bahkan, itu juga yang menjadi alsan dasar bagi Nabila mengambil jurusan hukum saat duduk dibangku kuliah. Ia ingin menjadi ahli hukum anak dan bergerak di kebijakan anak. Sebab saat ini, kebijakan di Indonesia masih tumpang tindih.

“Anak adalah generasi selanjutnya mereka yang akan menjadi pemimpin bangsa, dan mengubah bangsa menjadi lebih baik dan semua ini adalah PR kita bersama. Karena itu, saya tidak akan pernah berhenti melakukakan kegiatan ini. Semua ini telah menjadi tujuan hidup saya,” pungkasnya.

 

==================

Nabila Ishma Nurhabibah

Prestasi    :

==================

 

FAHRUL ANWAR

Editor: Stevy Widia

Exit mobile version