Peter Shearer Setiawan : Menjadikan Warung Makan dan Asongan Naik Kelas

Peter Shearer Setiawan, Founder & CEO Wahyoo (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) meski kerap dipandang sebelah mata, tetapi merupakan “pahlawan” ekonomi, karena terbukti mampu bertahan di tengah badai krisis. Tak heran jika kini banyak pihak mulai memperhatikan para pelaku UMKM dan mendorong agar bisa naik kelas.

Kementerian Koperasi dan UKM RI di 2017 lalu melaporkan ada 62.9 juta unit UMKM di Indonesia. Artinya, hampir 99% pelaku usaha di negeri ini merupakan UMKM. Bahkan UMKM Indonesia berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 60,34%.

Oleh karena itu, peran mereka terhadap perekonomian sangatlah penting. Untuk itu, pada 2019, pemerintah melalui kementerian menargetkan angka ini bisa tumbuh menjadi 5% dari total 269 juta penduduk Indonesia. Demi meningkatkan peran ekonomi kerakyatan, pemerintah menargetkan sumbangsih UMKM terhadap PDB menyentuh angka 65% atau sekitar Rp 2.394,5 triliun di tahun ini.

Di antara bisnis UMKM, usaha asongan dan warung makan merupakan pilihan kebanyakan masyarakat di tengah usaha ritel dan rumah makan modern yang sudah terdigitalisasi. Sayangnya, citra warung makan sederhana masih belum terangkat. Kurang higienis dan penampilan yang kurang menarik menjadi persoalan klasik.

Melihat kondisi itu membuat Peter Shearer Setiawan tergerak untuk mendirikan usaha rintisan berbasis sosial bernama Wahyoo. “Wahyoo ini berdiri karena melihat dunia digital sudah masuk ke dalam semua industri. Tapi ada satu yang terlupakan, yaitu warung makan tradisional. Salah satunya warteg (warung tegal). Ini yang kami lihat dari dulu sampai sekarang nggak ada perubahannya. Padahal mereka ini adalah tulang punggung ekonomi juga,” kata Peter, Founder dan CEO Wahyoo kepada youngster.id saat ditemui belum lama ini di Jakarta.

Menurut Peter, warung makan tradisional seperti warteg bukan hal baru. “Semua orang kebanyakan pasti pernah makan di warteg. Perputaran bisnis di sana juga luar biasa. Kami melihat jika yang tradisonal bisa sebesar ini, apalagi kalau kami bantu secara digital sistem. Pasti dampak untuk Indonesia akan jauh lebih besar. Karena itu Wahyoo ini bisa memberikan pesan kebaikan untuk pelaku usaha seperti ini,” kata Peter lagi.

Peter bercerita, insipirasi membangun usaha ini datang dari kegemarannya mencoba berbagai makanan. “Saat itu saya mengamati jalanan Jakarta ini. Ritel-ritel di jalanan sangat berkembang. Banyak sekali rumah makan atau warteg, tetapi perbedaan dengan ritel ini begitu mencolok. Lalu saya berpikir apakah saya bisa membantu dan mengembangkan usaha mereka,” ungkapnya.

Ia lalu melakukan riset, dimulai dengan menggali masalah-masalah apa saja yang dialami sejumlah pelaku usaha warteg. Salah satu keluhannya ialah mereka jenuh karena jam buka warteg berlangsung selama 24 jam.

“Saya melihat berat banget kehidupan mereka. Dan, benar ketika saya tanya para pelaku usaha itu bangunnya jam 02.00 pagi dan bahkan sampai larut malam kerjanya. Belum lagi berangkat belanja ke pasar, dan mengurusi urusan rumah tangga sendiri,” ungkapnya.

Masalah lainnya, pelaku usaha warteg tidak paham mengelola keuangan, pemodalan, dan tidak ada inovasi. Mereka tidak pernah menghitung berapa keuntungan pasti yang didapatkan setiap bulan. Juga berapa piring yang terjual per harinya, dan makanan apa yang paling favorit. “Saya tergugah untuk bisa memberikan solusi dan membantu mengembangkan usaha mereka,” ujarnya.

 

Era Digital

Wahyoo didirikan Juni 2017. Menurut Peter dia memilih nama Wahyoo dengan dua huruf O, supaya lebih update mengikuti era digital. Misalnya, tulisan Facebook pakai O, Yahoo pakai O. “Saya harap Wahyoo ini memberikan pesan kebaikan untuk pelaku usaha. Kenapa namanya kita pakai huruf O? Karena itu, biar lebih mengikuti era digital, lihat Facebook pake O, Yahoo pake O,” ujarnya sambil tertawa.

Aplikasi Wahyoo membantu para pelaku usaha warung makan, mulai standardisasi pelayanan, membantu promosi dan memperhatikan keperluan para pemilik warung. Mulai dari dekorasi, pelatihan, pemodalan, penyediaan barang, hingga pengiriman barang gratis adalah sederet keuntungan yang diberikan Wahyoo.

“Aplikasi Wahyoo ini untuk membantu para pelaku usaha warung makan, mulai standardisasi pelayanan, membantu promosi dan memperhatikan keperluan para pemilik warung, dekorasi. Juga, pelatihan, pemodalan, penyediaan barang, hingga pengiriman barang gratis. Itu semua merupakan keuntungan bagi mereka yang diberikan oleh aplikasi Wahyoo,” ungkap Peter.

Wahyoo berupaya membuat tempat usaha menjadi lebih nyaman untuk pelanggan dengan mendekorasi ulang. “Kita lakukan cat ulang. Kalau ada yang bocor, kita perbaiki, kita berikan celemek,” imbuhnya.

Selain mencolok, warna kuning cerah dipilih karena dianggap memberikan kebahagiaan dan sukacita kepada pemilik warung. Wahyoo juga memberikan bantuan permodalan yang dibutuhkan seperti kulkas hingga penanak nasi, dengan mekanisme kredit.

Tak hanya tampilan warung, Peter juga mengedukasi pemilik warung makan mengenai pentingnya kebersihan. Termasuk menjaga kualitas makanan, cara mengelola keuangan dan cara memanfaatkan teknologi.

Menurut Peter, Wahyoo memberikan P3K yaitu Pembimbingan, Pelatihan, Pendapatan dan Kemudahan. Selain itu, memberikan bantuan permodalan yang dibutuhkan seperti kulkas hingga penanak nasi melalui mekanisme kredit. Juga, edukasi mengenai kebersihan, menjaga kualitas makanan sampai, bagaimana melayani pelanggan. Semua diberikan gratis bagi mereka yang bergabung dengan Wahyoo.

“Setelah mereka belajar itu semua para pemilik warung dapat mengakses lebih cepat dan mudah produk yang mereka butuhkan untuk dijual melalui aplikasi. Dan nggak kalah penting saat mereka bergabung tidak dipungut biaya. Semuanya gratis, karena kami dari Wahyoo ini benar-benar ingin merangkul para pemilik warung makan,” jelas Peter.

Keuntungan lainnya ialah pemilik warung dapat mengakses lebih cepat dan mudah produk yang mereka butuhkan untuk dijual melalui aplikasi. Wahyoo menggandeng penyedia jasa transportasi daring Grab untuk kebutuhan ini. Selain itu, para pemilik warung akan mendapatkan point reward untuk ditukarkan umrah dan haji.

 

Melalui pengembangan aplikasi Wahyo, Peter Shearer Setiawan ingin agar para pelaku usaha warung makan tradisional bisa naik kelas )Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Kolaborasi

Agar berkelanjutan, Peter menetapkan para pemilik warung yang telah bergabung digandeng oleh Wahyoo. Sehingga setiap kebutuhan para pemilik warung tersebut hanya dapat dilakukan diperusahaan berbasis sosial digital ini. Cara dan model bisnis inilah yang diambil Peter agar perusahaannya tetap berkelanjutan.

“Memang kami nggak memungkiri dalam transaksionalnya, mereka hanya cukup membeli bahan-bahan dari kami seperti minyak goreng, gula, beras dan sebagainya. Itupun tujuannya untuk menjaga kebersihan produk-produk yang dibeli karena beberapa vendor yang masuk ke kami di sini dicek dulu bagaimana pabriknya supaya yang dijual itu juga valid. Kami juga takut kalau mereka belanja di tempat yang salah,” jelasnya.

Diklaim Peter, kini setelah hampir 3 tahun perusahaan sosial digital yang didirikannya itu telah menangani ribuan pelaku warung sederhana (warteg) di wilayah Jabodetabek.

“Sekarang kami sudah menangani 10.000 warteg yang telah bergabung dengan aplikasi Wahyoo. Target sampai akhir tahun 2019 ini bisa mencapai angka 13.000 di Jabodetabek. Dan akhir tahun ini, kami akan masuk ke Bogor,” imbuhnya.

Wahyoo juga menggandeng sembilan merek terkemuka untuk kerja sama yang menguntungkan dengan memanfaatkan keramaian konsumen yang datang ke warung, dengan menjual maupun mempromosikan produk mereka.

“Kami akui keuntungan kita dari kerja sama dengan merek-merek ini. Persentasenya itu 60% untuk warung dan 40% untuk Wahyoo. Bagi hasil keuntungan brand ini menjadi penghasilan tambahan pemilik warung,” terangnya.

Wahyoo juga menggandeng penyedia jasa transportasi daring Grab untuk kebutuhan ini. Selain itu, para pemilik warung akan mendapatkan point reward untuk ditukarkan umrah dan haji.

Setelah Grab, Peter mengaku tengah menjajaki berbagai kemitraan untuk bergabung dengan Wahyoo. Peter memiliki ide, jika warung makan yang tergabung dengan Wahyoo bisa menjadi meeting point dan tempat istirahat para pengemudi Grab. “Dibanding mereka panas-panasan, tempat kami bisa menjadi tempat istirahat. Tentunya ada perlakuan spesial untuk mereka, misalnya Grab yang makan di warung Wahyoo akan mendapatkan kupon. Setelah lima kupon terkumpul, itu akan mendapatkan makan gratis,” kata dia.

Bukan itu saja, mitra lain yang akan dirangkul Wahyoo adalah startup yang bergerak di bidang pertanian, yakni 8vilages. Menurut Peter, kerja sama ini penting mengingat Wahyoo ingin mengembangkan sejumlah katalognya untuk menyediakan sayuran berkualitas.

“Kami pastikan ini upaya dalam memangkas rantai pasar dan tengkulak. Yang justru menyengsarakan petani dan konsumen,” tutur Peter.

Tak berhenti di situ, Wahyoo berencana menggalakkan sistem gerakan nontunai di kalangan anggotanya. “Nanti para konsumen akan memiliki user untuk digunakan pembayaran dan isi saldo,” kata dia.

Peter bersyukur mendirikan Wahyoo tanpa mengeluarkan modal sedikitpun. Pasalnya, sejak kemunculannya perusahaan berbasis sosial digital tersebut Wahyo telah terbantu dari seorang investor yang secara langsung mengucurkan dananya sebesar US$ 100.000 atau sekitar Rp 1 miliar. Sayangnya, saat disinggung berapa besar revenue yang diperoleh saat ini, Peter enggan membeberkannya.

“Jujur, dari awal Wahyoo berdiri kami sudah mendapatkan sponsor. Kami bersyukur ada opportunity seperti yang membuat kami nggak harus keluar modal di awal. Investment yang kami dapat nggak besar ya, US$ 100.000, dan itu sebagai modal awal kami. Tetapi kalau revenue kami nggak bisa ungkapkan di sini. Dan, soal revenue itu bukan target kami. Justru bagi kami yang paling penting adalah berapa banyak lagi warung sederhana atau wartge yang akan bergabung dengan kami. Pokoknya selama mereka warung sederhana tentunya akan kami gandeng, supaya mereka bisa upgrade dan naik kelas,” ungkapnya.

Menurut dia, hingga akhir tahun 2019 ini memang belum ada pengembangan terbaru yang dilakukan. Akan tetapi sebanyak 13.000 warung sederhana baru di wialayah Bogor bisa terwujud sesuai yang diharapkannya.

“Pengembangan lainnya memang belum ada, tetapi hingga akhir tahun nanti kami mau capai yang 13.000 itu jumlahnya. Khususnya ada warung sederhana baru yang bisa bergabung dengan Wahyoo,” kata Peter.

Diakui Peter, dengan dukungan 150 tim, namun Wahyoo masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Salah satunya membuat warung tegal menjadi lebih higienis. “Kami berharap akan ada warung makan yang higenis, yang sehat. Ketika orang mau makan mereka nggak perlu khawatir lagi bahan bakunya, cara masaknya seperti apa, kebersihannya seperti apa. Bayangkan kalau semua warteg seperti itu, Indonesia pasti keren banget,” tuntas Peter.

 

==================

Peter Shearer Setiawan

==================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version