youngster.id - Dua gadis remaja ini memang berbeda. Mereka dianugerahi jiwa sosial yang tinggi. Betapa tidak, ketika kebanyakan remaja seusia mereka menghabiskan waktu luang dengan pergi ke mal, bermain gadget atau pelesir ke luar negeri, keduanya malah pergi ke kolong jembatan dan ke lorong-lorong rumah sakit. Lewat uluran tangan mereka banyak anak tertolong dari sakit parah, melanjutkan sekolah dan terputus dari garis kemiskinan.
Mereka adalah Sabrina Bensawan (18) dan Elena Bensawan (15). Kakak beradik terpaut usia tiga tahun ini adalah pendiri SaabShares, sebuah komunitas sosial di Instagram dengan nama ID: @saabshares. Lewat komunitas yang didirikan pada awal tahun 2014 itu mereka telah melakukan banyak sekali program bantuan sosial.
Mulai dari memberikan beasiswa kepada sejumlah siswa dan mahasiswa yang tidak mampu. Kemudian mengadakan pengobatan gratis dan pembagian kaca mata bagi orang di daerah kumuh. Hingga membantu pembiayaan lansia yang sakit dan tidak mampu, serta anak-anak penderita hydrosefalus, dan atresani.
“Kami mencari orang-orang yang paling membutuhkan bantuan, yang belum tertolong dan belum mendapat bantuan dari pemerintah maupun instasi lainnya. Siapa saja yang membutuhkan, dimana saja tanpa melihat suku, agama dan ras,” ungkap Sabrina dan Elena saat ditemui Youngsters.ID di Jakarta.
Mereka juga punya program pemberian sepatu bagi anak-anak SD sampai SMA di Papua. Sabrina dan Elena mengaku sangat bersemangat menjalani semua ini. “Ada kebahagiaan tersendiri ketika menyaksikan orang yang kami bantu tersenyum bahagia. Rasanya hidup jadi lebih berarti,” ucap Sabrina. “Lebih berbahagia saat bisa memberi daripada menerima,” tambah Elena.
Melihat penampilan keduanya memang tidak menyangka bahwa mereka telah melakukan banyak hal bagi sesama. Sabrina, kelahiran Jakarta 5 maret 1998 memulai @SaabShares ketika dia baru berusia 16 tahun. Sedangkan Elena kelahiran Jakarta 30 Juni 2000 saat ini masih duduk di bangku SMP (highschool) di Singapore Internasional School.
“Kami sedari kecil selalu diajarkan orang tua untuk harus saling membantu dengan sesama. Tidak melihat orang itu siapa, kenal atau tidak kenal. Intinya kita harus peduli terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung daripada kita,” tegas kedua putri pasangan Anthony Bensawan dan Elies Etty.
Menurut Sabrina, kedua orang tuanya kerap memberi contoh langsung. Salah satu yang membekas ketika sang ayah membantu menyekolahkan anak mantan supir mereka hingga ke perguruan tinggi. “Apa yang dilakukan papa dan mama itu sangat tertanam hingga kini,” ujar Sabrina.
Ajaran untuk peduli pada sesama membuat mereka tidak segan mencari panti asuhan, panti jompo, orang-orang yang tinggal di kolong jembatan, bantaran rel kereta api, hingga ke kampung-kampung kumuh. Tujuannya hanyalah untuk bisa memberi bantuan langsung kepada yang membutuhkan. “Kami jadi tahu bahwa banyak yang membutuhkan pertolongan. Dan ternyata melihat orang bahagia itu sungguh luar biasa. Jadi, itu yang membuat saya kecanduan bisa membuat orang senang dan bahagia gara-gara kita,” sambung Sabrina.
Dana Pribadi
Yang menarik, upaya social Sabrina dan Elena ini awalnya dilakukan dengan merogoh kantong mereka sendiri. Uang itu mereka peroleh dari hasil e-commerce fashion yang mereka miliki sebelumnya. Sabrina mengaku menyerahkan seluruh uang hasil penjualan clothing online dari @saabcouture yang didirikannya sejak 2013 untuk kegiatan sosial. Demikian juga Elena dengan penghasilan dari @8_couture miliknya.
“Kami awalnya memang tidak mengajak orang untuk mengumpulkan uang. Kami ingin berbuat dulu. Kami ingin memperlihatkan bahwa tidak perlu tunggu dewasa, berhasil atau kaya baru bisa berbuat. Kita mulai dari sekarang, walau baru bisa berbuat sedikit, itu sudah sangat berarti bagi yang membutuhkan,” papar Sabrina.
Aksi sosial pertama Sabrina adalah menyalurkan uang dari kado ulang tahun ke 16 dari teman-temannya ke panti jompo St Anna di Teluk Gong, Jakarta Utara. Dia terkejut mengetahui uang senilai Rp 4,5 juta itu ternyata sangat bermanfaat bagi para lansia di sana. “Bayangkan kalau beli gelang mungkin cuma dapat satu, sesudah itu senangnya sebentar. Tapi ketika dibelikan barang kebutuhan oma dan opa di sana, kemudian melihat mereka senyum, bahagianya teringat terus sampai sekarang,” ungkapnya.
Semenjak itu Sabrina bertekad untuk tidak berhenti sampai di sana. Targetnya tiap tiga bulan bisa menyalurkan dana kepada mereka yang membutuhkan. Untuk itu dia dan adiknya membuat beberapa merchandise seperti set cangkir dan piring bernama Educatea, serta pouch dengan print lukisan yang dilukis sendiri.
Bahkan, Sabrina pernah melelang lukisan karyanya untuk membantu biaya kuliah seorang mahasiswa ITB dan biaya operasi seorang anak yang terkena radang otak. “Saya tidak sampai berdarah-darah kok untuk membantu,” ujarnya sambil tertawa.
Ternyata langkahnya itu mendapat dukungan dari banyak orang. “Hanya tiga bulan kami sudah bisa mendapat dukungan donator. Bahkan semakin lama semakin banyak yang ingin ikut berbagi. Sehingga kegiatan kami berbagi pun makin sering,” ucap Elena yang turut bersama kegiatan sang kakak membuat merchandise untuk menggalang dana.
Lewat Instagram @Saabshares diperkirakan telah terkumpul lebih dari Rp 1 miliar. “Orang yang baik banyak, tapi mereka tidak tahu menyalurkan ke mana. Dan kami menjadi jembatan mereka untuk berbagi secara kongkrit. Semua total uang yang kami dapat 100% disalurkan kepada yang benar-benar membutuhkan,” tegas Sabrina.
Sabrina mengakui, mereka mendapat dukungan dan semangat dari kedua orang tua. “Mereka memberi keyakinan bahwa apa yang kami lakukan sekarang ini nilainya jauh lebih besar daripada yang kami berikan,” tutur Sabrina.
Buka Mata
Selain ke panti jompo dan panti asuhan, dengan dana dari @SaabShares, Sabrina membuat bebagai program. Seperti mendukung kegiatan bimbingan belajar gratis bagi anak di bawah kolong jembatan, program beasiswa prestasi, dan membantu lansia sakit yang tidak mampu, serta anak-anak penderita hydorsefalus, dan atresiani. Bahkan, sekarang bantuan mereka sudah dapat menjangkau hingga ke beberapa daerah di Indonesia seperti Semarang, Kendari, Kalimantan dan Papua.
“Banyak kejadian yang membuka mata kami, dan melihat bahwa banyak yang belum tertolong,” ucap Sabrina sedih.
Orang yang mereka bantu dipilih berdasarkan tingkat kesulitan. “Yang paling urgent yang kami bantu terlebih dahulu,” ujar Sabrina. Menurut dia penilainnya juga objektif dan bukan karena kedekatan. Bahkan, hampir semua yang mendapat dana dari @SaabShares bukan orang yang mereka kenal secara pribadi. “Biasanya kami dikenali lewat orang atau donator, lalu kami survey untuk memastikan kebutuhannya sehingga bantuan kami tepat sasaran” jelas Elena.
Sejauh ini mereka belum pernah salah. “Orang yang iseng-iseng berhadiah dan mau tipu banyak. Tapi seleksi kami ketat,” tambah Sabrina. Untuk program beasiswa juga Sabrina dan Elena melakukan seleksi ketat.
“Program bea siswa ke anak-anak berprestasi yang punya karakter yang baik. Karena kami merasa karakter yang baik sama pentingnya dengan prestasi. Attitude buruk tapi pintar bisa dimanfaatkan untuk hal yang buruk. Kalau dia pintar dan punya etika baik bisa menghasilkan hal yang sangat baik,” ungkapnya. Bahkan beberapa anak asuh mereka kini juga terlibat dalam kegiatan sosial.
“Kami mau anak yang diasuh juga punya hati, jadi nanti mereka punya kemampuan untuk membantu orang lain juga. Seperti cloning kami gitu,” ujar Sabrina.
Ada beberapa peristiwa yang membekas. Seperti ketika bertemu dengan Hakim, seorang anak penderita hidrosefalus dari Cilacap yang menjalani terapi di RSCM. Menurut Sabrina, kondisi Hakim sangat memprihatinkan, karena ia dan ibu Sendy terpaksa tinggal di basemen parkiran rumah sakit karena tidak punya biaya untuk kos atau tinggal di hotel. “Tetapi setelah kami membantu, giliran ibu Sendy yang membawa kami kepada sejumlah pasien lain yang urgent untuk ditolong. Dia bahkan mendahulukan mereka,” kisah Sabrina.
Selain membiayai perawatan dan kebutuhan hidup, Sabrina juga memikirkan kelangsungan hidup dan masa depan mereka yang pernah dibantu. Seperti mengusahakan pendidikan bagi Abby, anak yang mengalami kelainan karena mukanya terkena penyakit langka sehingga tidak berbentuk. Bahkan, kedua kakak-beradik ini sedang mengusahakan untuk membuat sebuah rumah singgah yang dapat menampung anak-anak berpenyakit berat dari daerah yang datang ke RSCM.
Sabrina dan Elena mengaku bahwa semua kegiatan ini menyita perhatian mereka. Padahal mereka masih bersekolah dan dituntut untuk memiliki nilai terbaik. “Kadang sangat stress, merasakan waktu yang kurang. Ternyata berbagi itu lebih susah daripada berdagang loh,” ucap Elena.
Tetapi mereka selalu ingat pesan sang mama. “Don’t stop when you’re tired, stop when you’re done,” ungkap Sabrina. Karena itu dia terus menjalankan @SaabShare dengan harapan bisa lebih lagi membantu banyak orang. “Saya bercita-cita bisa jadi orang bahagia dan berbagi kebahagiaan kepada banyak orang,” imbuhnya.
=======================================
Sabrina Bensawan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Maret 1998
Pendidikan : Raffles Intitute of Higher Education Jakarta
Usaha :
- Founder @saabcouture (2013-sekarang)
- Founder @saabshares (2014-sekarang)
Elena Bensawan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 30 Juni 2000
Pendidikan : Singapore International School
Usaha :
- Founder @8_couture (2014-sekarang)
- Co-founde @saabshares (2014-sekarang)
========================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post