youngster.id - Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Dengan demikian, pembangunan pertanian mempunyai peran yang strategis dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang didominasi oleh petani.
BPS melansir data di tahun 2018, pekerja di sektor pertanian tercatat 35,7 juta orang atau 28,79% dari jumlah penduduk bekerja 124,01 juta jiwa. Sementara menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian RI pada September 2015, jumlah penduduk miskin di pedesaan sebanyak 17,89 juta jiwa atau 14,09%. Dan, pada September 2016 turun menjadi 17,28 juta jiwa atau 13,96%, dan pada September 2017 turun lagi menjadi 16,31 juta jiwa atau 13,47%.
Meski menunjukkan indikasi membaik, masih banyak dari petani yang belum mencapai tahap sejahtera. Mereka mesti menghadapi berbagai macam persoalan, seperti kesulitan mencari perlengkapan tani atau pupuk, memahami sistem pengolahan sawah yang benar, hingga kebutuhan pinjaman dana untuk membeli bibit.
Menengok persoalan yang membelit para petani tersebut, dua anak muda bernama Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan terinspirasi mengembangkan startup Eragano agar dapat mempermudah para petani. Eragano merupakan startup pertanian berbasis mobile apps yang mulai aktif sejak 22 Juli 2016 lalu.
Dijelaskan Stephanie, CEO dan co-founder Eragano, startup besutannya itu merupakan solusi terintegrasi mulai dari pembiayaan, pendampingan budidaya bertani, hingga membantu penjualan hasil panen dari petani yang ada. Teknologi Eragano juga berperan untuk membantu petani dengan memfasilitasi pinjaman kredit, penyediaan sarana produksi tani, dan akses pasar dengan harga yang lebih baik. “Aplikasi Eragano dikembangkan khusus untuk meningkatkan produktifitas petani dalam melakukan budidaya dan penghasilan petani itu sendiri,” kata Stephanie kepada youngster.id beberapa waktu lalu.
Nama Eragano sendiri merupakan kombinasi dari kata ‘Era’ yang artinya zaman dan Oregano yang berarti tumbuhan basil yang segar, yang dengan sentuhannya makanan yang dihidangkan bisa jauh lebih nikmat.
“Jadi, Eragano berarti zaman baru yang segar, dan dengan sentuhan aplikasi ini dapat memberikan manfaat yang lebih baik lagi bagi petani Indonesia,” jelas Stephanie.
Eragano menyediakan beragam pelayanan pertanian, seperti penjualan alat-alat tani, pupuk, hasil panen, hingga edukasi tentang sistem pengolahan sawah. Lebih dari itu, aplikasi ini juga siap memberikan pinjaman kepada para petani. Menurut Stephanie, fungsi-fungsi tersebut dibuat karena permasalahan tani di Indonesia cukup kompleks sehingga tak dapat dirampungkan hanya dengan satu produk.
“Eragano merupakan salah satu aplikasi pintar yang terintegrasi dengan platform marketplace dan solusi pembiayaan untuk petani kecil. Dalam hal ini, melalui platform tersebut Eragano ingin memberikan solusi praktis dan tepat terhadap permasalahan dan kebutuhan petani kecil,” ucap Stephanie.
Hulu ke Hilir
Dilaim Stephanie, aplikasi Eragano merupakan solusi pertanian dari hulu ke hilir secara online yang pertama dan satu-satunya bagi petani rumah tangga atau plasma. “Eragano ditujukan untuk petani kecil yang jumlahnya lebih dari 15% dari populasi penduduk Indonesia,” katanya.
Menariknya, dua orang founder Eragano ini bukanlah orang baru di dunia startup. Stephanie sebelumnya pernah menjabat sebagai Business Intelligence Specialist di Zalora Indonesia. Sedangkan Aris sempat bekerja di dua startup berbeda, yaitu Antar.id dan Wifimu.
Namun melihat kondisi petani yang memprihatinkan, keduanya memutuskan untuk membangun startup agrotech. “Kami melihat belum banyak pihak yang membantu nasib petani secara berkesinambungan, baik dari permodalam maupun teknik budidaya yang efektif. Kami ingin memberikan solusi dari hulu ke hilir peminjaman budidaya, sampai penjualan panen dengan menggunakan teknologi Android untuk petani dan dashboard untuk steakholders. Jadi kayak lander dan lain-lain,” papar Stephanie.
Singkatnya, lanjut Stephanie, Eragano mencoba mengimplementasikan teknologi cerdas bagi kesejahteraan petani Indonesia. Eragano mengembangkan aplikasi mobile (Android) yang menjadi solusi dari hulu ke hilir bagi para petani.
Oleh karena itu, Stephanie menegaskan, Eragano bukan hanya bertindak sebagai penyedia aplikasi, namun juga menjalin kemitraan dengan beberapa petani dengan komitmen memasarkan hasil panen petani. “Kami menjadikan petani binaan sebagai mitra, sekaligus concern kami dalam jaminan pembelian hasil panen. Kami melakukan kerja sama yang ditandatangani oleh pihak petani dan Eragano yang durasi kerjasamanya dalam waktu satu tahun,” jelasnya.
Solusi yang ditawarkan Eragano meliputi pengadaan sarana produksi pertanian, jadwal bertani sampai penjualan hasil panen. Eragano juga membantu pembiayaan dan jaminan finansial melalui kredit mikro dan asuransi pertanian bagi para petani.
“Kami menggunakan teknologi aplikasi Android dengan bertindak sebagai platform yang menghubungkan beberapa pihak seperti distributor benih dan pupuk, bank, asuransi, hotel sampai restoran dan kafe,” tambahnya.
Bagaimana sistem layanan Eragano bekerja membantu masalah yang dihadapi petani? Sederhananya, Stephanie menerangkan, petani dapat input di aplikasi Eragano melalui menu yang ada. Misalnya, untuk membeli kebutuhan bertani, dapat dilakukan lewat aplikasi MCommerce dengan cara mengklik pada aplikasi.
Selanjutnya, pilih produk dan pilih beli. Eragano akan membantu petani mendapatkan produk tersebut dari distributor. “Kami sudah bekerjasama dengan dealer, sistemnya commission based per transaksi,” ungkap Stephanie.
Untuk pinjaman dan asuransi, petani dapat mengisi formulir pada aplikasi Eragano. Proses berikutnya, Eragano akan memfasilitasi petani untuk mengurus perjanjian secara
offline. Saat ini, sudah ada petani yang menikmati layanan ini dengan dukungan pendanaan dari perbankan.
Begitu pula dengan fitur menjual hasil panen, petani bisa mengisi nama produk, jumlah, dan harga plus melampirkan foto produk pertanian yang akan dijual. Dalam hal ini, Eragano akan menyiapkan pengiriman dan membantu petani mendapatkan order dari jaringan hotel, restoran, dan katering (Horeka) yang bermitra dengan Eragano.
Kompleksitas
Menurut lulusan Teknik Industri ITB ini, Eragano juga menghubungkan pemberi modal, perusahaan penyedia jasa produksi tani, industri sebagai pasar baru, dan memberikan edukasi serta pelatihan bertani untuk mendukung kesejahteraan petani kecil.
“Eragano juga menyediakan beberapa layanan pertanian sekaligus, mulai dari penjualan perlengkapan pertanian dan pupuk, penjualan hasil panen, sistem pengelolaan sawah, hingga pemberian pinjaman kepada para petani,” tambahnya.
Menurut Stephanie, hal ini tidak terlepas dari kompleksitas masalah yang ada di dunia pertanian Indonesia, sehingga ia merasa masalah tersebut tidak akan bisa selesai hanya dengan satu produk.
“Sebagai contoh ketika kami hanya menjual hasil panen saja, maka kualitas dan kuantitas produksi panen yang kami salurkan tentu tidak dapat dipastikan. Di sisi lain, apabila kami hanya menjual pupuk, para petani tetap akan merasa kesulitan dalam menjual hasil panen mereka,” jelas Stephanie.
Oleh karena itu, Stephanie mengaku selalu belajar dari trial and error. “Karena itu bisnis model kami juga banyak berubah. Misalkan di awal saat pinjaman kami nggak bikin paketan. Jadi kami buka ke petani dan petani mengajukkan seperti apa kami cek in satu persatu, budidayanya seperti apa, kami cek satu per satu obat hama dan banyak lagi, dan itu membuat proes jadi lama. Tetapi seiring waktu, sekarang kami bikin paketan sehingga lebih cepat dan mudah, baik bagi petani maupun bagi kami,” papar Stephanie.
Untuk itu Eragano memberikan pendampingan, termasuk dalam kontrak perjanjian tanam, pemasaran hingga pinjaman modal bagi para petani. “Manfaatnya kami di sini, kalau petani tidak bisa mendapatkan kesempatan akses ke bank, Eragano bisa memberikan akses ke bank itu dengan bunga yang wajar. Jadi mereka dapat terlepas dari pinjaman pada tengkulak yang bunganya cukup tinggi. Selain itu, ketika penjualan panen, margin yang didapat petani bisa lebih tinggi,” ungkapnya.
Belakangan ada banyak startup pertanian seperti Eragano, dan itu dinilai Stephanie positif. Karena dengan demikian akan lebih banyak lagi yang terbantu. Tetapi, menurut Stepahine, yang membedakan Eragano dengan startup aggrotech lain adalah pada konsep.
“Market yang kami miliki adalah B2B. Selain itu, produk kami fokus 80% ke jagung. Kami juga punya tim yang benar-benar turun ke lapangan untuk melakukan bimbingan dan pembinaan kepada para petani secara langsung,” ungkapnya.
Sejauh ini, Stephanie mengaku sudah menggandeng 10 hotel, 10 restoran, dan dua katering untuk menyalurkan produk petani yang memanfaatkan sistem Eragano. Adapun bagi hasil margin tergantung dari jumlah pengambilan barang.
Untuk konsultasi budidaya, petani bisa memperolehnya melalui fitur informasi pertanian (artikel), questions and answers (Q&A) dengan chat pada aplikasi dan jadwal bertani. Tapi fitur ini hanya bisa diakses oleh para petani yang sudah diverifikasi oleh Eragano.
“Kami memiliki ahli pertanian yang siap menjawab dan meramu proses budidaya per petani per area,” ujarnya.
Tak hanya itu, Stephanie mengklaim, pihaknya memiliki tim ahli analisa data yang andal. Perbedaan ini termasuk kelebihan Eragano juga untuk menyelesaikan masalah pertanian yang cukup kompleks. Salah satu contohnya ketika Eragano hanya menjual hasil panen.
Tak ayal, Eragano harus memastikan kualitas hasil panen yang akan dijual bagus. “Kualitas panen itu didapat dengan panduan budidaya bertani yang ada,” katanya.
Stephanie mengatakan, petani binaan Eragano tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, Sumatera hingga Kupang. Untuk di Jawa Tengah, salah satunya di Grobogan dan Banyumas. Sedangkan untuk wilayah Jawa Timur ada di Tuban, Kediri dan Sumenep. Lalu untuk Jawa Barat ada Tasikmalaya, Garut, Pengalengan, Bogor dan Cianjur. Dan untuk Sumatera di Simanglungun dan Aceh.
Untuk komoditas pertanian, saat ini Eragano sedang fokus mengembangkan tanaman jagung. Selain itu, Eragano juga tengah terlibat dalam kerja sama proyek dengan Telkomsel dan Habibie Garden untuk membantu petani kentang di Garut dan petani cabai di Lampung.
“Model bisnisnya, kami nggak mendapatkan keuntungan dari petani. Tetapi kami dapat dari bank. Selain itu, melalui model bisnis yang kami terapkan di sini, kami mendapat collection fee dari perbankan, juga dari pembelian pupuk benih, dan dari penjualan panen. Kisarannya kalau dari collection fee kami bisa mendapat 1 – 3%, sedangkan dari pembelian pupuk kami dapat 5 – 10%,” ucapnya.
Selain model bisnis yang menarik, pola dan solusi end to end yang ditawarkan Eragano juga sangat membantu para petani. “Solusi end to end yang kami tawarkan membuat petani mendapatkan bunga yang tentu lebih ringan,. Selain itu, ketika panen, para petani mendapatkan harga jual yang sangat tinggi, dan produktifitasnya jauh lebih tinggi,” klaim Stephanie.
Bahkan, kini Eragano tengah siap untuk ekspor. “Kami sedang membidik pasar ekspor. Rencananya, awal Q2 atau awal Q3 ke pasar Amerika dan Eropa. Sampai 2019 akhir kami memiliki target yang cukup agresif, kami mau merangkul 50 ribu sampai 70 ribu petani yang akan bergabung dengan kami,” ucapnya.
Tak mengherankan, melalui serangkaian langkah inovatif tersebut Eragano beroleh beragam apresiasi. Antara lain, pada tahun 2017 Eragano menyabet penghargaan Aplikasi Pertanian of The Year di NextDev, mewakili Indonesia di ajang She loves Tech di Tiongkok, dan penghargaan The Best New Comer Startup dalam Indonesian Rice Bowl Start Up Award. “Terlepas dari apresiasi tersebut, bagi kami prestasi terbesar adalah ketika kami bisa bantu petani,” tegas Stephanie.
Menurut Stephanie, ke depan Eragano akan meningkatkan kemampuan aplikasinya dengan menyematkan teknologi baru. Teknologi baru yang rencananya bakal dikembangkan adalah deteksi hama dan deteksi penyakit tanaman otomatis dengan hanya melihat hasil foto tanaman.
“Cara budidaya yang masih berdasarkan insting dan belum tentu relevan dengan kondisi saat ini dapat mengakibatkan kerugian finansial. Ditambah akses permodalan dan asuransi masih terbatas, serta adanya tengkulak yang kesepakatannya cenderung merugikan (dengan harga panen rendah, bunga tinggi dan harga kebutuhan bertani yang tinggi) membuat mereka semakin sulit mencapai tingkat kesejahteraan yang layak. Oleh karena itu, Eragano hadir untuk tumbuh dan berkembang bersama petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” pungkas Stephanie.
=====================================
Stephanie Jesselyn
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 5 November 1987
- Pendidikan : Sarjana Tehnik Industri, ITB
- Pekerjaan : Chief Executive Officer & Cofounder Eragano
- Mulai Usaha : 2016
- Jumlah tim : 20 Orang tetap & 50 orang freelance
Prestasi :
- Aplikasi Pertanian of The Year, NextDev
- The Best New Comer Startup, Indonesian Rice Bowl Start Up Award.
- Mewakili Indonesia di ajang She loves Tech di Tiongkok
=======================================
FAHRUL ANWAR
Editor: Stevy Widia
Discussion about this post