Tissa Aunilla : Bisnis Cokelat Sambil Memberdayakan Petani Lokal

Tissa Aunilla, Co-founder & CEO Pipiltin Cocoa (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Cokelat adalah produk yang disukai hampir semua orang. Tak heran jika industri pengolahan cokelat atau kakao ini memiliki potensi besar. Bahkan Indonesia merupakan pengolah cokelat nomor tiga di dunia setelah Belanda dan Pantai Gading.

Data dari Kemeterian Perindustrian menyebutkan, Indonesia memiliki potensi besar yang saat ini didukung oleh 11 industri pengolahan kakao intermediate dengan kapasitas sebesar 739.250 ton per tahun, 900 industri pengolahan cokelat dengan kapasitas 462.126 ton per tahun, dan 31 artisan cokelat/bean to bar dengan kapasitas 1.242 ton per tahun.

Pada tahun 2021, nilai ekspor produk kakao intermediate, seperti cocoa liquor, cocoa butter, cocoa cake, dan cocoa powder menembus angka US$1,08 miliar. Sumbangsih terhadap devisa tersebut cukup signfikan, yang berdampak positif untuk mendongrak pertumbuhan ekonomi nasional

Karena itu, dalam rangka menjaga keberlangsungan produksi kakao di Indonesia serta meningkatkan mutu dan produktivitas bahan baku perlu ada kemitraan antara industri pengolahan kakao dengan para petani.

Langkah ini yang dilakukan oleh Tissa Aunilla dalam membangun bisnis Pipiltin Cocoa. Bisnis yang dijalankan bersama sang adik, Irvan Helmi, ini spesifik menjual berbagai produk cokelat yang merupakan hasil olahan kakao asli Indonesia. Bahkan, demi mengembangkan usaha olahan kakao, sekaligus memberdayakan para petaninya, Tissa rela meninggalkan posisi nyamannya sebagai lawyer di sebuah law firm terbesar di Indonesia.

“Menjalankan bisnis Pipiltin Cocoa ini diawali dari keinginan kami agar produk cokelat Indonesia dikenal di dunia. Potensi besar yang kami lihat khususnya dari petani lokal yang dapat menghasilkan keanekaragaman cokelat asal Indonesia dengan kualitas yang sangat baik tentunya butuh didukung dan diapresiasi,” kata Tissa, CEO & Co-founder Pipiltin Cocoa dalam Webinar Seller Story yang digelar Shopee Indonesia beberap waktu lalu.

Menurut Tissa, meski Indonesia dikenal sebagai daerah penghasil cokelat spesifik dengan biji kakao yang bisa didapatkan di berbagai pulau, namun sangat sulit untuk mencari produk olahan cokelat lokal di Indonesia. Fakta inilah yang mengawali perjalanan Tissa dalam membangun bisnis Pipiltin Cocoa.

“Saya mulai mencari tahu lebih dalam mengenai cokelat asal Indonesia dan perlahan menciptakan hasil olahan cokelat dari rumahnya,” ujarnya.

Dia mendapati, selama ini, biji kakao Indonesia banyak dijual untuk produsen cokelat di Eropa, yang biasanya mengimpor cokelat asli Bali, Jember, dan daerah lainnya di Indonesia. Merek-merek cokelat Eropa ini bahkan menjadikan cokelat Indonesia sebagai produk premium mereka. Melihat kesempatan tersebut, Tissa dan Irvan pun bertekad untuk memperkenalkan cokelat asli Indonesia, untuk orang Indonesia sendiri.

Demi mewujudkan keinginanya itu, perempuan berparas cantik ini sampai mengambil Master Chocolatier Certification di Swiss pada tahun 2011 untuk memperdalam pengetahuannya mengenai cara memproduksi cokelat.

Saat ini, Pipiltin Cocoa menghadirkan cokelat dari beberapa provinsi, seperti dari Ransiki Papua Barat, Aceh  Kampung Merasa Kalimantan Timur, Aceh, Ransiki Papua Barat, Bali, East Java, Flores, dan Bali.

“Sesuai dengan tema kami “Diversity” dan tagline “Beda-beda itu enak” keberagaman bisa dirayakan dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan menghadirkan beragam jenis cokelat dari daerah yang berbeda di Indonesia,” kata Tissa.

 

Wujudkan Kesejahteraan Petani

Selama menjalankan Pipiltin Cocoa, Tissa dan Irvan bersama karyawannya mewujudkan misi untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia lewat beberapa langkah. Salah satunya dengan membeli langsung dengan harga yang layak bahkan premium, yakni 40-50% di atas harga pasar.

“Bisnis ini menjadi wadah dan cara kami untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan komunitas petani biji kakao, dimana hingga saat ini bahan baku yang digunakan Pipiltin Cocoa berasal dari lebih dari 2.000 mitra petani lokal,” ungkap Tissa.

Menurut Tissa, dengan upaya ini dia mendapatkan biji yang betul-betul berkualitas dari petani. Pipiltin membeli biji cokelat langsung kepada petani, yang dimana tahap harvesting, sorting, fermentation, washing, dan drying dilakukan oleh petani lalu masuk ke tahap produksi oleh Pipiltin sendiri. “Dengan langkah ini diharapkan kehidupan para petani Indonesia bisa terbantu,” ucapnya.

Setelah mendapatkan biji kakao dari para petani, Pipiltin Cocoa menjalankan proses produksi hingga akhirnya hasil olahan cokelat bisa dinikmati oleh konsumen. Mulai dari proses roasting yaitu pembakaran untuk mengeluarkan rasa pada biji kakao. Kemudian proses winnowing yakni memisahkan cangkang dengan inti biji cokelat. Lalu tahap menggiling biji dengan batu menjadi cairan coklat (grinding), mencampur dengan bahan lain seperti gula dan susu (mixing), mengaduk cokelat dalam waktu lama untuk menguapkan sebagian rasa asam (conching), tempering lewat kaca-kaca transparan. Hingga diproses menjadi hidangan atau dessert yang cantik.

Usaha yang dilakukan oleh Tissa berhasil membawa produk cokelat lokal Pipiltin Cocoa dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Bahkan produknya kini mulai dikenal lebih luas ke pasar internasional di Jepang, Singapura, dan negara lainnya.

 

Tissa dan petani cokelat
Usaha yang dilakukan oleh Tissa berhasil membawa produk cokelat lokal Pipiltin Cocoa dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Bahkan produknya kini mulai dikenal lebih luas ke pasar internasional di Jepang, Singapura, dan negara lainnya. (Foto: Dok. Pribadi)

 

Perbarui Strategi

Selayaknya usaha rintisan, bisnis Pipiltin Cocoa tidak selalu mulus. Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, juga memberikan dampak. Tissa mengakui, bisnisnya sempat tergerus hingga 60%.

Hal itu karena awalnya mereka fokus pada penjualan offline. Sehingga ketika pandemi maka penjualan berkurang hingga 60%.

Tidak putus asa, Tissa memutuskan untuk memperbaharui strategi berjualan dengan fokus mengembangkan penjualan secara online. Setelah bergabung di Shopee sejak tahun 2019, ia mulai gencar berjualan dan mempromosikan produknya di Shopee setahun setelahnya.

Memulai hal yang baru tentu tidak mudah dan cepat. Tissa bersama tim harus mempelajari secara perlahan mengenai berbagai hal tentang online business secara otodidak, baik operasional sampai marketing hingga akhirnya dibantu dan diberikan edukasi oleh tim Shopee.

Untungnya dengan kegigihan, Tissa bisa memanfaatkan program kampanye, fitur-fitur, maupun promosi yang ditawarkan e-commerce itu untuk mengembangkan bisnis Pipiltin Cocoa. Langkah yang diambil Tissa ini mampu menghasilkan performa bisnis yang memuaskan untuk Pipiltin Cocoa.

Untuk semakin menjangkau pengguna lebih luas lagi, dan menciptakan komunikasi yang lebih interaktif dengan konsumen, Pipiltin Cocoa juga memanfaatkan berbagai fitur yang ada di layanan e-commerce itu.

“Berbagai fitur hingga rangkaian kampanye telah kami ikuti, sehingga mampu mengantarkan Pipiltin Cocoa meraih pencapaian peningkatan penjualan yang signifikan hingga mencapai lebih dari 4 kali lipat dibandingkan tahun lalu,” klaim Tissa.

Menurut Tissa, seperti gayung yang bersambut, misi utama Pipiltin Cocoa dalam memperkenalkan cokelat lokal dapat terealisasi dengan inovasi yang Shopee miliki. Baik kampanye dan promo menarik sebagai daya tarik bagi konsumen hingga basis konsumen yang ada di seluruh Indonesia.

Memasuki bulan Ramadan, Pipiltin Cocoa juga mempersiapkan strategi untuk dapat mengakomodir kebutuhan para umat muslim dan yang merayakan dengan mengeluarkan koleksi bundle product yang dapat dikirim sebagai hampers untuk sanak saudara dan kerabat. Pipiltin Cocoa memiliki hampers favorit yang spesial yaitu Diversity Gift Box, Indonesia Gift Box, dan Joybox Hampers untuk memperkenalkan cokelat asal Indonesia yang tidak kalah lezat. Tidak hanya itu, olahan kue choco fudge brownie dan minuman iced chocolate juga dapat menemani momen silaturahmi di rumah sebagai santapan bersama keluarga.

“Kami pun terus melakukan inovasi produk coklat beserta layanannya melalui riset pasar yang intensif agar Pipiltin terus berkembang dan mengikuti kemajuan zaman,” pungkas Tissa.

 

========================

Tissa Aunilla

========================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version