youngster.id - Setelah sukses mengembangkan perusahaan (startup) yang fokus mengembangkan aplikasi mobile untuk platform Android, BlackBerry,iOS dan Java ME bernama Badr Interactive, kini Andreas Sanjaya punya mainan baru: iGrow. Majalah Forbes menyebut iGrow ini sebagai FarmVille di dunia nyata.
Pemuda yang berpembawaan kalem dan akrab disapa Jay ini adalah co-founder dan CEO dari iGrow Resources Indonesia. iGrow adalah sebuah platform yang bisa menghubungkan para petani, pemilik lahan, dan orang-orang yang ingin berinvestasi di bisnis pertanian. Ibaratnya, iGrow adalah game FarmVille dengan tanaman sungguhan, yang memungkinkan pengguna menanam pohon dan meraup hasil dari pohon itu melalui aplikasi.
Sejak didirikan Agustus 2014, iGrow telah mengelola lahan hingga 1.197 hektar dan lebih dari 2.000 petani, dengan 5 lokasi lahan di Buleleng Bali, Blitar, Garut, Jonggol dan Tanjung Lesung. Saat ini ada 4.613 orang yang telah melakukan investasi di platform tersebut.
Tak berhenti di sana, menurut Jay, iGrow sedang mempersiapkan untuk ekspansi ke Banten. Bahkan, bermitra dengan sejumlah pengusaha dan petani di Turki untuk mencari lahan menanam pohon zaitun.
Meski iGrow terlihat cepat berkembang dan profitable, ternyata sebagai founder Jay sangat kerepotan. Ada banyak hal yang mesti dikerjakan sendiri oleh Jay untuk mengembangkan iGrow. Mulai dari mengembangkan platform, berdagang hingga membangun jejaring bisnis dan akselerasi.
“(Sebagai founder) Harus berani dan tidak takut berdagang. Harus semangat, tidak pesimis dengan benturan tetapi mencari aspek pendukung, network dan inkubasi. Dengan begitu kita akan melihat bisnis kita bisa jadi besar,” ujar Jay kepada Youngsters.id.
Fulltime Entrepreneur
Sesungguhnya sebelum iGrow, Jay adalah pendiri Badr Interactive bersama Mohamad Sani, dan Yuwono Mujahidin. Badr Interactive merupakan sebuah studio aplikasi mobile, salah satu perusahaan IT yang fokus mengembangkan platform Android, BlackBerry,iOS dan Java ME.
Perusahaan ini telah berkembang dengan memiliki patner bisnis di antaranya Telkom Flexi, Kinan Group, Hauraa, Dakwatuna.com, dan PT Tri Utama Solusindo. Salah satu aplikasi yang cukup terkenal adalah UrbanQuran, platfor berkurban secara online, lewat web dan aplikasi mobile.
Kemudian di tahun 2014 tercetus ide iGrow. ”Di Indonesia ada 16 juta hektar tanah yang tidak terpakai dan tersedia dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Itu di luar pemukiman dan hutan,” ungkapnya.
Berdirinya iGrow merupakan perpaduan dari ilmu komputer Jay dengan rekannya Muhaimin Iqbal yang memiliki usaha perkebunan. “Kami memulainya dengan software sederhana dan modal Rp 40 juta,” ungkap lulusan Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Dia memulai pertama dengan menyewa lahan untuk ditanami pisang pisang, kacang tanah, kelengkeng, durian, alpukat dan akar wangi. “Kami tidak bergerak di komoditas pangan yang harganya base on paper,” ujar Jay.
Ternyata dalam waktu dua bulan saja, usaha ini sudah profitable dan balik modal. iGrow tidak menjual langsung ke end-customer, tetapi ke distributor besar seperti Dua Kelinci, Carefour, bahkan diekspor ke Jerman dan Swiss.
Meski iGrow sudah meraih keuntungan, Jay mengaku tidak mudah untuk akselerasi bisnis ini. Sebagai founder dia menekankan dirinya bukanlah pengumpul dana, tetapi benar-benar pebisnis penuh.
“Kami adalah fulltime entrepreneur, bukan fulltime fundraiser. Sehingga kepuasan terbesar kami bukan ketika startup kita dimuat di media karena mendapatkan pendanaan bermilyar-milyar atau dikagumi banyak orang karena tiba-tiba sedang memimpin perusahaan bervaluasi triliunan rupiah, tapi ketika produk startup kita terbukti bekerja, diterima pasar, memberikan nilai tambah, mendatangkan keuntungan dan growth untuk perusahaan,” ungkap Jay.
Dan itu tidak mudah. “Investasi hanyalah sebuah tools untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan bisnis startup, bukan tujuan. Bagi saya tujuan dari sebuah startup adalah menciptakan dan memberikan nilai tambah kepada orang lain, sedemikian sehingga nilai tambah tersebut berharga untuk ditukar dengan pendapatan dari target market kita dan menjadi keuntungan bisnis bagi kita. Semakin berharga dan scalable nilai tambah, semakin cepat perusahaan kita berkembang,” papar Jay.
Ia mengatakan awalnya kebanyakan investor tidak melirik iGrow. Namun ia tidak khawatir, tetapi melihat hal itu sebagai sebuah keunggulan bagi iGrow. “Karena tidak ada yang tertarik, jadi tidak harus mengejar-ngejar investor. Biarkan produk kami yang menjawablah,” ujarnya.

Bangun Jaringan
Jay mengatakan, lewat iGrow ia bercita-cita untuk mengatasi masalah ketahanan pangan di Indonesia, mengatasi kemiskinan petani sekaligus melakukan penghijauan dengan cara memanfaatkan lahan-lahan yang semula tidak produktif.
“Kami ingin menjadikan semua lahan yang tak terpakai terutama di Indonesia sebagai lahan pertanian yang dikelola oleh petani kita sendiri, dan dikonsumsi oleh kita. Ini menjadi ketahanan pangan dan juga memadukan sebuah ekosistem yang dapat meningkatkan environment, dan mengatasi global warming,” ungkap Jay.
Nah, untuk bisa meningkatkan bisnis startup ini, Jay menekankan pentingnya membangun jaringan di lingkungan ekosistem startup dunia. Salah satunya dengan mengikuti program akselerator.
“Apapun yang tdak terbayangkan bisa jadi solusi. Harus berani dan tidak takut berdagang. Dan tentu saja tetap semangat,” tegas pria yang gemar berorganisasi ini.
Awal tahun 2016 Jay mengikuti program inkubasi dan akselerasi 500accelerator yang diselenggarakan oleh 500startups selama 4 hingga 5 bulan di Silicon Valley. Sebagai peserta, iGrow berhak mendapat investasi sebesar US$100 ribu (sekitar Rp1,3 miliar), yang ditukar dengan kepemilikan saham sebesar lima persen untuk 500Startups.
Jay menerima tawaran untuk mengikuti akselerator tersebut karena merasa kalau Silicon Valley merupakan ekosistem startup terbaik di dunia. “Dengan mengetahui kondisi yang ideal, saya berharap bisa membawa ekosistem startup Indonesia ke kondisi tersebut,” jelas Jay.
Nama iGrow mulai mendunia setelah menjadi juara ke-2 kompetisi Startup Istambul International tahun 2015. Berkat prestasi itu, iGrow disebut Forbes sebagai FarmVille di dunia nyata. Dan di awal tahun 2016 iGrow masuk dalam daftar 11 startup pilihan TechCrunc. Prestasi ini membawa iGrow program 500 Startups Accelerator, sebuah program inkubasi dan percepatan yang diadakan di Silicon Valley, San Francisco, California.
Ini merupakan pertama kalinya sebuah perusahaan Indonesia mengikuti program tersebut. Setiap startup yang mengikuti program ini akan mendapatkan investasi sebesar US$125.000 dengan imbal balik saham 5% dari setiap peserta.
Menjelang hari keberangkatan pun, Jay sempat mendapat “musibah”. “Saya terkena Demam Berdarah sehingga harus dirawat selama lebih dari sepekan di rumah sakit, sementara hari keberangkatan tinggal H-10 lagi,” kisah bapak satu anak ini. Beruntung, tiga hari sebelum keberangkatan ia sudah bisa keluar dari Rumah Sakit.
Sekitar 5 bulan, Jay dan Jim Oklahoma, rekannya di iGrow yang juga berasal dari Depok, berkantor di sebuah co-working space di San Francisco. Dan iGrow berhasil mencapai GMV yang sama dengan periode 13 bulan sebelumnya. Artinya, apa yang sebelumnya butuh waktu 13 bulan untuk dicapai, di-akselerasi hingga bisa tercapai dalam 5 bulan saja.
Dari program itu Jay mengaku belajar untuk membuat program akselerator. “Karena kalau soal kualitas, Indonesia dan Silicon Valley sebenarnya sama. Tapi ekosistem yang lebih bagus bisa membuatnya lebih bagus,” kata inisiator gerakan StartupDPK (Startup Depok).
Selaku CEO Badr Interactive, Jay juga mendorong timnya untuk memiliki gagasan dan melahirkan produk-produk atau startup baru. Secara tidak langsung ia membuat semacam inkubator di dalam perusahaannya.
Selain itu, Jay ingin terus mengembangkan aplikasi iGrow tak hanya di Indonesia, tetapi seluruh dunia. Dia bahkan telah mendapat mitra di Turki untuk penanaman pohon zaitun.
“Kami ingin mencoba menyebarkan virus ini keluar. Karena masalah yang sama juga terjadi di luar negeri, termasuk di Jepang. Petaninya banyak yang nganggur, tanahnya banyak tak terpakai sedang pasarnya masih kekurangan. Dan iGrow cocok untuk memecahkan masalah ini tidak hanya di Indonesia juga di negara lain,” ungkap Jay.
==========================================
Andreas Senjaya
Tempat Tanggal Lahir : 4 Septembr 1989
Pendidikan : Sarjana Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
Perusahaan :
– PT iGrow Resources Indonesia,
– PT Badr Interactive,
– Nalacity Foundation
Produk : Aplikasi iGrow
Modal Awal : Rp 40 juta
Omzet sekarang : –
Prestasi :
– Juara II Startup Istanbul 2015
– Juara I Startup Arena 2014
– Indonesia Youngsters Inc Startup Champion 2014
– Juara I Jakarta Startup Icon 2014
– Juara II Mandiri Young Enterpreneur Award 2013 (Nalacity Foundation)
– Juara I Increfest Kementrian Perindustrian 2013
===============================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post