Benedicto Haryono : Dukung Perkembangan Usaha Kecil dan Terwujudnya “Indonesia Pintar” Melalui Pendanaan

Benedicto Haryono, Founder & CEO KoinWorks (Foto: dok.youngster.id)

youngster.id - Startup di bidang financial technology (fintech) diramalkan bakal menjadi tren baru dalam kegiatan keuangan di dunia. Menariknya, mereka tidak saja menjadi solusi bagi masyarakat yang tidak terlayani oleh institusi perbankan. Tetapi juga dapat mendukung terwujudnya akses pendidikan yang terjangkau.

Salah startup fintech di bidang peer-to-peer lending adalah KoinWorks. Menariknya KoinWorks tidak hanya bergerak pada platform tradisional pinjam-meminjam untuk bisnis yang motifnya ekonomi.

“Kami juga peduli dengan kualitas pendidikan masyarakat dan ingin memperluas pengetahuan mereka dengan ragam pilihan program di KoinPintar. Artinya, kami ikut menjadi bagian yang mendukung terwujudnya Indonesia Pintar dengan memberikan akses pendidikan terjangkau sampai di pelosok Indonesia,” kata Benedicto Haryono, Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Koinworks kepada Youngster.id.

Dengan pilihan sarana pendidikan yang beragam, KoinPintar menjadi akses untuk pembiayaan pendidikan yang mudah dan terjangkau. Selain itu, program ini juga menunjukkan upaya Koinworks dalam memberikan kesempatan pendidikan bagi masyarakat, serta turut membangun generasi Indonesia Pintar.

Ia menuturkan, langkah ini merupakan bagian dari misi KoinWorks. Melalui langkah ini, KoinWorks dapat membantu meningkatkan jumlah sumber daya manusia yang terampil dan siap pakai melalui beragam program pendidikan yang kini mudah diakses.

Menurut Ben, demikian pria berkacamata ini akrab disapa, dengan program ini masyarakat bisa memilih, mulai dari pendidikan web developer di Hacktiv8, kursus pemasaran digital di Digital Marketing ID, kursus desain di International Design School (IDS), hingga membangun karier di industri kreatif sebagai animator handal di Savier Animation.

Selain itu, terdapat pula kursus kecantikan di G’Loria Hair and Make Up, Brow Nail Studio, Sulam By Thesa Kristal, dan SekolahMakeUp.com. KoinPintar pun bekerja sama dengan Indonesia Patisserie School dan yang terbaru dengan Binus Online Learning.

“Konsep student loan masih dianggap sebagai suatu hal yang asing di sini, padahal di luar negeri model pinjaman semacam ini sudah menjadi hal yang umum,” ungkap Ben.

Di luar negeri, model pinjaman biaya edukasi bahkan telah melibatkan lembaga perbankan, tanpa mengharuskan aktivitas saving alias menabung. Mahasiswa dari kalangan yang sudah bekerja biasanya hanya perlu meminjam uang dari bank untuk keperluan biaya kuliah mereka dengan bunga yang bervariasi.

 

Social Enterprise

Hingga kini Koinworks telah bekerja sama dengan sembilan institusi kursus lintas industri sebagai mitra program KoinPintar. Lewat KoinPintar, Koinworks berupaya untuk menyediakan kemudahan terhadap pendidikan yang berkualitas yang dapat dicicil. Cicilan ini memudahkan setiap individu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Ben menambahkan keberadaan platform peer-to-peer lending bisa menjadi sebagai fasilitator sekaligus solusi yang tepat untuk pinjaman semacam ini di Indonesia. Menyesuaikan model peer-to-peer lending yang umumnya diarahkan kepada bisnis investasi jangka pendek ke dalam student loan, diakui Ben, bukan sesuatu yang mudah. Oleh karena itulah pihaknya mempertimbangkan skema cicilan selama 24 bulan untuk menjamin coverage pembiayaan yang sehat di KoinWorks.

Dengan menawarkan bermacam variasi paket pinjaman yang fleksibel dan transparan, KoinWorks optimistis bisa menjadi leader dalam model pembiayaan seperti ini, terutama di ranah platform peer-to-peer lending.

Disebutkan Ben, perusahaan rintisan KoinWorks ini dikembangkan sejak bulan Agustus 2016 lalu. Awal mula kehadiran karena ingin mencoba peruntungannya dalam membangun usahanya sendiri.

“Kalau untuk nilai investasinya masih sangat confidencial. Tapi kalau modal awal membangun usaha ini, di atas Rp 10 milyar. Sedangkan omsetnya per bulan lebih dari Rp 100 juta,” ungkap Ben.

Ketertarikannya dalam menciptakan dan mengembangkan suatu usaha, diakui Ben, merupakan salah satu karakteristik yang dia miliki.

Pemilihan model P2P Lending juga sebagai startup fintechnya ini, karena terdapat sejumlah peluang yang dinilainya sesuai dengan usaha jenis tersebut. KoinWorks mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda terkait minimal nominal yang bisa diberikan seorang pemberi pinjaman.

“Jadi pemberi dana pinjaman di KoinWorks bisa memilih akan dipinjamkan kepada siapa dana yang mereka miliki. Mereka investornya bisa memilih sendiri, memberikan dananya bagi si calon peminjam. Di sini kami ada fitur Cubit, itukan pendananya yang menset-up sendiri. Pendananya bilang, saya mau mendanai peminjam yang kriteria di great A, B atau C atau tenornya yang berlangsung berapa lama. Jadi agloritma kami yang mengeksekusi,” katanya.

Selain itu, pria yang sempat bekerja di perusahaan minyak kelapa sawit ini memilih kategori P2P Lending sebab dasar model tersebut yang tergolong sederhana. Selain itu, kemunculan KoinWorks juga menjadi sarana untuk membantu lebih banyak usaha kecil dalam mendukung usaha mereka, melalui kemudahan mendapatkan pinjaman pendanaan.

Ben menyebut perusahaannya sebagai social enterprise, sebab meski juga bertujuan untuk mendapatkan profit, Koinworks menawarkan bantuan kepada pelaku bisnis di berbagai segmen industri, maupun pebisnis yang belum terjamah oleh bank.

“Kami ingin jadi social enterprise, tapi gak ingin jadi donation base. Karena menurut saya, itu tidak membangun tanggung jawab seseorang. Tapi dengan pinjaman, mereka ada tanggung jawab untuk mengembalikannya,” ungkapnya.

 

Didukung sekitar 30 karyawan, kinerja KoinWorks mampu bertumbuh (Foto: Dok. Pribadi/Youngster.id)

 

Kompetisi Sehat

Ben yang lahir di Jakarta pada 10 Maret 1982 mengaku, ada banyak persaingan di industri fintech yang ditemui. Namun dia tetap yakin KoinWorks mampu bertahan dan semakin berkembang.

“Persaingan tentunya ada ya. Baik dari segi perbankan, tradisional atau dari fintech-fintech lain pasti ada. Bagaimana kami menghadapi, karena kalau kami melihat kompetisi itu sebenarnya sehat. Kadang kami melihat kompetisi itu do better, cuma tentunya kami harus tetap mempelajari dan berharap masukan itu masuk ke dalam tim supaya membuat lebih baik dari sisi kaminya,” ucap pimpinan dari 30 orang karyawan itu.

Menurut Ben, meski di luar Indonesia perusahaan dengan model P2P Lending tergolong bukan hal baru, namun berbeda dengan kondisi di Indonesia.

Salah satu tantangan yang dihadapi Ben dalam mendirikan Koinworks terkait dengan underwriting atau penentuan risiko pinjaman akibat proses yang dilakukan secara online. Ben menyebut untuk wilayah Indonesia, riwayat kredit masih tergolong minim, berbeda dengan wilayah Amerika Serikat dan Eropa yang sudah lebih banyak. Indonesia yang kala itu hanya memiliki riwayat Sistem Informasi Debitor (SID), dengan besaran 20% dari total populasi Indonesia, menjadi tantangan besar di awal kehadiran Koinworks.

Untungnya, Ben menemukan bahwa teknologi pembelajaran mesin makin marak digunakan untuk membuat model dan cara underwriting nasabah secara online dapat menjadi solusi permasalahan yang dihadapinya.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi Ben dalam pengembangan usahanya tersebut adalah terkait dengan sumber daya manusia. Menurutnya, mencari SDM yang memiliki kemampuan dengan visi sama tidaklah mudah. Permodalan dan membangun produk turut menjadi tantangan yang dihadapi di tahap awal KoinWorks.

Sementara itu, mengedukasi masyarakat terkait model P2P Lending juga, diakui Ben, bukan perkara mudah. Namun Ben berupaya mengenalkan model platform pinjaman tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya dengan merilis sejumlah video di media sosial, guna menjelaskan visi KoinWorks. Selain itu, KoinWorks juga rajin berbagi kisah sukses peminjaman, yang turut membantu pembentukan kepercayaan dengan investor baru.

Finance to built contrast, gimana kami sangat growth besar sekali tapi kualitas tidak terjaga. EPL besar itu sama saja menjerumuskan orang banyak juga. Sebab, ini dana masyarakat juga, mereka yang masuk mendanai dengan bantuan platform. Di sini kami melihat pertumbuhan yang sehat, growth-nya 200% sampai 400% per tahun. Tetapi yang penting kualitas tetap terjaga,” lanjut Ben.

Ia mengatakan dengan kemudahan yang ditawarkan peer to peer lending diharapkan bisa menjadi pilihan praktis bagi masyarakat luas yang ingin berinvestasi.

Bahkan, bagi peminjam (borrower) juga tak kalah menguntungkan. Proses pinjaman dan verifikasi dilakukan secara online. Pebisnis UKM misalnya, bisa mengajukan pinjaman sebagai modal usaha sebesar Rp 500 juta dengan tenor paling lama 24 bulan. Pengajuannya relatif lebih mudah dibandingkan peminjaman ke bank. “Saat ini sudah lebih dari 300 peminjam yang lolos tahap penilaian dengan total dana yang telah didistribusikan sebesar Rp 30 milyar,” klaim pria yang hobi olahraga Basket ini bersemangat.

Bagaimana jika terjadi keterlambatan dalam pengembalian pinjaman? “Pastinya, tim kami akan kami menyelesaikannya. Caranya, melalui pendekatan persuasif bagaimana bisnis mereka bisa menemui kendala, dan akan kami bantu untuk memecahkan agar bisnis si peminjam kembali berjalan seperti semula,” jelasnya.

Yang menarik, untuk mengakomodasi kebutuhan investor dalam mengembangkan portofolio investasi, KoinWorks juga menghadirkan fitur Multi Auto Purchase. Fitur ini merupakan pengembangan fitur Auto Purchase pada 2016. Tujuannya agar setiap pinjaman dapat terdanai dengan cepat.

Menurut Ben, tranformasi digital yang terjadi di berbagai bidang di Indonesia sebagai langkah yang baik, meski bidang perbankan masih sangat konservatif. Sebagian institusi masih dinilai menahan diri untuk bekerja sama dengan startup fintech. Bahkan, mereka memilih untuk memiliki divisi serupa secara internal. Padahal, dinilai Ben, sejumlah instansi sudah mulai terbuka untuk bekerja sama dengan startup fintech.

Kinerja KoinWorks sendiri, diklaim Ben, mengalami pertumbuhan. Sepanjang paruh pertama tahun 2017, KoinWorks telah mencatatkan kenaikan jumlah investor, terutama sesudah terdaftar secara resmi di Otoritas Jasa Keungan (OJK). Hingga penghujung Agustus 2017, KoinWorks memiliki lebih dari 18.500 investor.

“Kami tentu ingin menjadi ‘unicorn’ karena KoinWorks ini bukan hanya purely financial venture tapi adalah social venture, dimana kami sama-sama untung dari sisi mitra, pengguna-pengguna kami baik peminjam ataupun pendana, bisa mendapatkan keuntungan lebih dari kehadiran KoinWorks,” pungkas Ben.

 

=====================================

Benedicto Haryono

=======================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version