youngster.id - Perkembangan teknologi telah melahirkan berbagai bisnis baru. Salah satunya e-commerce furnitur. Lewat platform digital ini produk karya pengrajin lokal dapat terpajang di etalase digital dan berpotensi meraih pasar yang lebih luas.
Sejumlah riset menyatakan bahwa segmen furnitur dan mebel akan memberikan kontribusi hingga 16,9% dari keseluruhan total omzet industri e-commerce tahun 2017 ini. Bahkan, menurut firma riset Conlumino, pasar furnitur Indonesia akan mencapai angka Rp 72,9 triliun pada tahun 2018.
Menariknya lagi permintaan untuk produk furnitur secara online juga semakin meningkat. Hal ini sudah dibuktikan oleh Mendekor.com, sebuah e-commerce yang bergerak di bidang furnitur dan home decor.
Meski baru menginjak usia satu tahun, startup e-commerce yang bergerak di bidang pembuatan dan penjualan furnitur dan produk dekorasi interior secara online ini mampu meraih omzet hingga miliaran rupiah.
“Kami bersyukur bisa melampaui ekspektasi dari banyak orang,” kata Brian Karno Jan, Founder dan Ditektur PT Mendekor Anugerah Indonesia kepada Youngster.id.
Lajang berusia 22 tahun ini boleh berbangga. Pasalnya, penjualan furnitur di startup miliknya itu bisa mencapai seribu transaksi per bulan. Target produksi Mendekor yang awalnya hanya 5.000-7.000 produk langsung naik hingga 10.000 produk dalam satu tahun. Itu berkat strategi pemasaran online yang diterapkan Brian. “Kami fokus untuk mengembangkan bisnis berbasis online, sehingga produk kami mudah dijangkau di manapun dan kapanpun,” ujarnya.
Menurut Brian, konsep e-commerce dengan niche market furnitur sangat cocok untuk menjangkau pasar yang luas. “Indonesia ini luas, dan pangsa pasar produk furnitur juga sangat luas. Kini dengan teknologi semua bisa dijangkau dengan mudah begitu juga dengan produk furnitur dan home decoration,” ungkapnya.
Mendekor menetapkan target pasar kalangan kelas menengah ke atas dengan nilai proyek di atas Rp 20 juta. “Target market kami ada segmen B2B, seperti para interior desainer, arsitek, dan kontrakor, pemilik kafe, restoran, hotel. Kemudian juga B2C,” ungkap Brian.
Untuk mencapai itu, lulusan interior desain Northumbria University ini menawarkan gaya desain yang beragam mulai dari modern, skandinavia, industrial, vintage, pop art, sampai klasik. “Kami menawarkan desain terbaik yang sangat beragam. Selain itu, kami juga melayani custom. Pelanggan dapat memesan atau meng-custom furnitur sesuai kebutuhan proyeknya,” lanjut Brian.
Menariknya, sebagian besar produk Mendekor.com adalah buatan para pengrajin lokal. “Motto Mendekor yaitu ‘Menghias Ruang, Menata Hidup’, diharapkan para pembeli selain dapat menghias ruangan mereka menjadi lebih baik, juga dapat membantu menata hidup para pengrajin lokal Indonesia menjadi lebih baik,” jelasnya.
Hambatan Usia Muda
Brian mengaku sejak awal memiliki ketertarikan kepada bisnis. “Sejak kecil saya itu suka berdagang. Apa saja yang bisa dijual, saya jual,” ujarnya sambil tertawa.
Berbarengan dengan itu, dia juga memiliki cita-cita untuk jadi desain interior. “Saya suka barang-barang yang bagus, dan hobi menata artistic ruangan,” akunya.
Namun tak hanya hobi dan ketertarikan ini yang membuat alumnus Raffles College of Higher Education ini memutuskan untuk membangun startup di bidang furnitur. Perjalanannya berkeliling Indonesia lah yang menjadi titik keputusan itu.
“Saya senang berkeliling ke berbagai tempat di Indonesia, terutama menemui banyak pengrajin mebel dan furnitur di daerah-daerah. Saya melihat bahwa produk mereka sangat bagus, namun belum tergarap dengan baik,” ungkapnya.
Di sisi lain, dia melihat bahwa pangsa pasar interior juga besar. Ada peluang terutama dari model penjualan online. “Dari pengalaman saya ketika di luar negeri, setiap ada proyek interior, kami terbiasa mencari referensi produk interior secara online. Saat saya kembali ke Indonesia dan mencoba menerapkan hal yang sama, ternyata cukup sulit untuk mencari pilihan produk interior unik yang sesuai dan berkualitas,” katanya melanjutkan.
Kedua keadaan itu membuat Brian merasa perlu membangun usaha yang dapat menjembatani keduanya. “Saya prihatin dengan para pengrajin lokal yang kurang didayagunakan untuk membuat produk berkualitas. Padahal mereka memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk setara dengan buatan luar negeri. Di sisi lain saya juga melihat peluang dari kecenderungan belanja produk tata ruang di Indonesia yang terus meningkat,” papar Brian.
Oleh karena itu, pemuda kelahiran Jakarta, 4 Januari 1995 ini memutuskan untuk membuat e-commerce furnitur lokal dengan nama Mendekor.com. Modalnya, ungkap Brian, berasal dari angel investor sebesar Rp 500 juta.
Lewat platform ini dia dapat menjual produk buatan internal yang diproduksi oleh sejumlah pengrajin lokal di kota-kota kecil. “Jadi saya dapat mengangkat produk lokal sekaligus memberikan kehidupan yang lebih baik bagi para pengrajinnya,” ujarnya.
Proses awal ini bukanlah hal mudah. Dia harus keluar dari zona nyaman, dan jadi pebisnis tak sekadar merancang konsep. Namun, harus terjun langsung ke lapangan. “Proses itu tidak mudah, tapi bukan berarti ketika sudah memulai bisnis, semua lancar. Akan banyak cobaan. Kita harus menjalani dunia yang tidak pasti. Hari ini bisa untung, besok bisa rugi,” tutur Brian.
Karena usianya yang relatif muda, tak sedikit pihak pengrajin menyangsikan dirinya saat mengutarakan proses kerja sama. Brian mengaku dia sempat mengalami kesulitan saat mencoba meyakinkan pengrajin agar melakukan perubahan desain sesuai permintaan pasar modern. “Saya terus melakukan pendekatan dengan mendatangi mereka langsung dan memberikan jaminan kerja sama yang adil kepada mereka,” ungkap Brian.
Pada akhirnya ia berhasil meyakinkan puluhan pengrajin lokal untuk berbisnis dengannya dan memulai pengembangan saluran berbelanja di Mendekor. “Kami sengaja memilih nama Mendekor agar setiap orang yang mendengar namanya langsung tahu bahwa ini brand lokal. Dan juga, saat orang mendengar kalimat Mendekor, mereka pastinya secara tidak langsung tahu bahwa brand ini berhubungan dengan interior atau dekorasi,” ucapnya.
Meningkatkan Awareness
Strateginya memanfaatkan saluran penjualan marketplace dan portal e-commerce membuahkan hasil yang cukup signifikan bagi pertumbuhan Mendekor di tahun pertamanya. Brian mengklaim bahwa penjualan startup miliknya bisa mencapai seribu transaksi per bulan dengan persentase sebesar 60% untuk dekorasi dan 40% furnitur. Pencapaian ini membuat Brian optimis bisa meraih pertumbuhan yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya.
Saat ini, Mendekor telah bekerjasama dengan puluhan pengrajin lokal. Produknya juga hadir di sejumlah platform e-commerce seperti Blibli, Lazada, Tokopedia, BukaLapak, Elevenia, dan MatahariMall. Meski demikian, untuk menjamin kualitas produk furniture, Brian juga memiliki showroom fisik. Saat ini, ada dua gerai Mendekor, yakni di GreenLake City dan Fatmawati Jakarta.
“Ini untuk memudahkan para calon pembeli untuk merasakan langsung kualitas produk Mendekor,” ujarnya.
Brian mengatakan, dia akan terus meningkatkan brand awareness, termasuk di dalamnya meningkatkan pangsa pasar di dalam negeri. Dengan ribuan produk yang ia miliki, Brian tidak membatasi pasar di kalangan konsumen perseorangan saja, tetapi juga membidik para pelaku bisnis (B2B). Beberapa kalangan bisnis yang ingin ia sasar meliputi penyedia layanan desainer interior profesional, arsitek, kontraktor, pemilik kafe, restoran, bahkan perhotelan.
Ke depan pria yang murah senyum ini ingin membawa Mendekor menjadi online supplier furnitur dan dekorasi interior dengan market share terbesar di Indonesia. Juga, melayani pasar internasional dengan melakukan ekspor ke seluruh benua di dunia.
“Kami sedang mengembangkan usaha untuk ekspor ke enam benua. Semoga bisa terwujud dalm waktu dekat,” pungkasnya.
======================================
Brian Karno Jan
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Januari 1995
- Pendidikan Terakhir : Interior Design Northumbria University
- Usaha : PT Mendekor Anugerah Indonesia (Mendekor.com)
- Mulai usaha : September 2016
- Modal Awal : Rp 500 juta
- Omzet : transaksi 1000 unit per bulan
- Karyawan : 7 orang
======================================
STEVY WIDIA