Danang Pamungkas : Bangun Marketplace Bagi Tempat Kursus Lokal

Danang Pamungkas, Cofounder & CEO Kampung Course (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Pendidikan sekolah memang penting, tapi, memiliki kemampuan soft skill juga tidak kalah penting. Oleh karena itu, keberadaan lembaga kursus dan pelatihan memberi sumbangan positif dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia.

Fungsi lembaga kursus menurut undang-undang memang memberikan pendampingan kepada peserta didik agar memiliki kompetensi, bersertifikat dan masuk dunia kerja atau berwirausaha.

Perkembangan keberadaan lembaga kursus di Indonesia memang sangat luar biasa. Berdasarkan data dari Direktorat Pembinanaan Kursus dan Pelatihan bahwa data LKP tahun 2007 sebanyak 9.642 lembaga. Sedangkan data tahun 2010 meningkat tajam menjadi 14.315, dan tahun ini menjadi 17.776. Artinya dalam kurun waktu hanya 5 tahun meningkat sebesar 56,5%, dengan beraneka ragam keterampilan. Saat ini ada 224 jenis keterampilan, dan dari jumlah tersebut, 66 jenis keterampilan sudah dibakukan.

Belakangan, berkat kemajuan teknologi banyak lembaga pendidikan yang beralih ke digital. Namun belum semuanya, terutama lembaga kursus di daerah. Tak heran, banyak juga lembaga kursus yang harus gulung tikar karena kekurangan peserta.

Kondisi ini menggugah tiga pemuda dari Jawa Timur untuk menginisiasi Kampung Course, sebuah marketplace bagi lembaga kursus lokal.

“Kami mendapati banyaknya keluhan dari beberapa lembaga kursus yang tak mendapatkan peserta. Tak hanya itu, calon peserta juga kebingungan untuk memilih lembaga kursus, sebab jumlah lembaga di sana cukup banyak. Setiap lembaga memiliki website, dan mereka harus mengunjungi satu persatu. Itu memakan waktu yang lama. Dari situlah ide berdirinya Kampung Course ini,” ucap Danang Pamungkas, salah satu inisiator sekaligus CEO Kampung Course kepada youngster.id saat ditemui di Jakarta baru-baru ini.

Sejatinya, Kampung Course adalah semacam jembatan penghubung antara para pemilik lembaga kursus maupun para peserta yang ingin mendapatkan kursus yang diinginkan. Kampung Course ini merupakan sebuah platform yang cukup efektif untuk mempertemukan kedua belah pihak (pemilik lembaga kursus dan peserta).

Ide ini diwujudkan oleh Danang bersama kawan-kawannya, Indre Wanof, Jimy Candra Gunawan pada Juni 2018 di Kediri, Jawa Timur. Lokasi awal dari startup ini adalah di Kampung Inggris, suatu kawasan di wilayah Tulungreo Pare, dengan ratusan lembaga kursus di sekitarnya. Menurut Danang, ada 3.000 pelajar SMA dan SMK serta mahasiwa yang mendaftar di lebih dari 140 lembaga kursus Bahasa Inggris di Kediri.

Niche Market

Startup Kampung Course ini fokus pada niche market yang ada di Kampung Inggris Pare, Kediri. Ini adalah wilayah di Kecamatan Pare Jawa Timur yang memiliki puluhan lembaga kursus bahasa asing. Meski namanya Kampung Inggris, wilayah ini juga memiliki lembaga kursus bahasa asing lainnya, seperti Bahasa Mandarin hingga Bahasa Arab. Tak heran jika tempat ini menjadi tujuan wisata edukasi bagi banyak pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum.

Menurut Danang, startup yang mereka dirikan ingin menjadi solusi bagi masyarakat maupun pengelola kursus yang ada di wilayah itu.

“Jadi berdirinya Kampung Course ini berawal dari masalah yang kami temukan di Kampung Inggris. Para pemilik tempat kursus mengeluh kekurangan peserta, di sisi lain ada anak kesulitan menemukan tempat kursus. Maka dari itu kami mencoba membuat sebuah platform untuk menghubungkan pencari kursus dan pemilik kurususnya agar lebih mudah keperluan yang mereka inginkan,” kisah Danang.

Dengan modal sebesar Rp 3 juta, perusahaan rintisan itupun didirikan. “Nah untuk modal awal sebenarnya hanya modal internet atau kuota. Karena pertama hanya lewat fanpage Facebook dan blog, dan itu bertahap. Setelah mendapat klien dan mendapatkan pemasukan dana baru kami membuat web dan modal pertama kali yang keluar mungkin hanya sebesar Rp 3 juta. Saat ini kami dibantu dengan 5 orang tim. Sebenarnya, kami masih kekurangan SDM,” jelasnya.

Alumni Universitas Brawijaya ini menegaskan, platform Kampung Course untuk menghubungkan para pencari kursus dengan penyedia kursus dengan sistem pembayaran yang aman dan terpercaya. “Kami juga mempermudah para pemilik lembaga kursus untuk melakukan promosi secara online dan mempermudah para pencari kursus untuk mendapatkan program dan lembaga kursus sesuai kebutuhannya. Jasa yang kami tawarkan membantu menyelesaikan masalah pemasaran secara online bagi lembaga kursus lokal yang ada di sana,” ucap Danang.

Meski demikian, pria kelahiran Ciamis ini mengaku awalnya tidak mudah menjalankan bisnis Kampung Course ini. Meski niatnya untuk membantu, namun tidak semua lembaga kursus menerima niat baik mereka. Danang mengaku penolakan dari beberapa lembaga kursus kerap kali ditemui ketika dirinya ingin menjalin kerja sama dengan beberapa tempat kursus lain. Selain itu, di awal pendirian Kampung Course belum memiliki website sendiri dan hanya menggunakan fasilitas media sosial yang ada.

Namun mereka tidak menyerah dan terus mendatangi beberapa lembaga kursus ternama di sana. Hingga akhirnya 3 lembaga kursus bersedia melakukan kerja sama. Alhasil, dengan adanya ikatan kerja sama tersebut Danang memberanikan diri dan segera berinisiatif membuat web agar dapat kepercayaan dari para kliennya.

“Awalnya Kampung Course hanya berupa fanpage Facebook dan blog. Dan itu membuat banyak lembaga kursus yang tidak percaya. Kami pun melakukan door to door kepara pemilik kursus untuk mengajak bekerjasama. Setelah tiga lembaga kursus besar seperti Global Course, BSE dan Briliant mau bekerjasama, barulah jalan Kampung Course jadi lebih mudah,” kata bungsu dari 4 bersaudara itu.

Dia mengungkapkan model bisnis yang diterapkan Kampung Course selama ini dengan menggunakan metode sharing profit dengan kliennya. “Model bisnis yang kami terapkan di sini dengan cara sharing profit sebesar 10% dari total biaya kursus yang mereka tawarkan dan cantumkan di web kami. Misalkan ada 10 lembaga yang bekerjasama, dan lembaga ini memiliki 100 peserta, maka untuk setiap transaksi kami mendapat keuntungan sebesar Rp 100. Jadi, totalnya Rp 10 juta per bulan. Itu cara kami memperoleh pendapatan. Selama setahun ini transaksi yang kami peroleh sekitar Rp 1,2 miliar sehingga profit yang kami peroleh nilainya 100% dari total GMV tersebut,” paparnya.

Langkah ini mampu membuat Kampung Course akhirnya mampu meningkatkan layanan melalui website. Kini sudah ada 30 lembaga kursus yang tergabung dalam marketplace Kampung Course. Peserta kursus yang berhasil mereka jaring juga sudah lebih dari 800 orang.

Danang Pamungkas, melalui platform Kampung Course, menyabet juara kedua pada ajang SiDU Youth Entrepreneurs Forum (YEF) 2019 (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

Musiman

Usaha Danang tak cukup sampai di situ. Meski telah banyak jumlah peserta yang terus mendaftar dan bergabung melalui website Kampung Course. Namun demikian, usaha lebih keras untuk memperomosikan perusahaan rintisannya itu masih terus dilakukan. Apalagi, melihat jumlah peserta terus makin meningkat ketika musim liburan sekolah tiba.

“Kebetulan kalau di Kampung Ingrris itu ada musimnya. Jadi kalau pada musim liburan itu, kadang sampai 100 peserta bisa tercapai. Karena kami masih baru, jadinya kami harus lebih mempromosikannya dengan kuat karena kalau bukan musim liburan peserta yang masuk itu jumlah hanya sekitar 50 peserta. Pastinya bentuk promosi yang kami lakukan dari berbagai kanal yang ada seperti sosial media dan di web melalui search engine marketing. Tujuannya, supaya web kami lebih dikenal. Kami juga sering mengikuti beberapa kompetisi startup. Hal itu sangat membantu promosi kami,” ucapnya.

Meskipun tak membatasi usia para peserta yang telah mendaftar di Kampung Course. Danang menuturkan, program bagi para peserta yang menginjak usia anak juga turut disediakan ketika peserta telah siap bergabung mengikuti pendidikan yang diberikan di Kampung Inggris. Hanya saja, untuk peserta para pelajar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama ini lebih banyak diminati ketika musim liburan sekolah.

“Uniknya, kalau di Kampung Inggris itu para peserta kursus harus tinggal sekitar 1-2 minggu. Di sana itu para peserta diwajibkan untuk berbicara dengan bahasa Inggris. Cara itu untuk melatih kemampuan mereka. Dan semua itu dengan biaya yang terjangkau, biaya kursus sudah termasuk tempat tinggal,” terangnya.

Selain musiman, Danang menyadari bahwa peta persaingan di bidang startup edukasi cukup ketat. Untuk itu dia terus melakukan riset pasar dan mengembangkan inovasi baru. Termasuk membuka peluang bagi para mahasiswa untuk bergabung di startup tersebut. “Kami ingin memperkuat pengembangan ke depannya,” ujar Danang.

Startup ini juga aktif ikut dalam berbagai lomba startup. Terbaru, mereka menjadi juara di ajang SiDU Youth Entrepreneurs Forum (YEF) 2019. Bahkan, mereka juga mendapat dukungan dari Bekraf, Dinas Kota Malang dan lembaga teknologi dari Malaysia dan Australia. Teranyar, Kampung Course bakal bekerja sama dengan lembaga dari Amerika Serikat.

“Ke depan kami menginginkan pasarnya bisa lebih luas lagi, tidak hanya di satu area. Sebenarnya kami pernah mencoba melebarkan sayap ke daerah lain seperti Surabaya, Bandung. Cuma masih terkendala kerja sama,” ungkap Danang.

Ke depan, Danang berharap startup ini dapat menggaet seluruh lembaga kursus lokal di Indonesia di bidang lain. Misalnya IT, desain, dan kursus atau skill tertentu. “Kami ingin scale up lagi, dari satu kota menjadi lebih dari 22 kota, atau mungkin lebih lagi . Ke depan kami ingin membuka kursus yang berbasis online,” pungkasnya.

=======================================

Danang Pamungkas

Prestasi :

=======================================

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version