Dea Salsabila Amira : Ajak Masyarakat Tetap Tampil Fesyen Tanpa Menumpuk Sampah

Dea Salsabila Amira, Founder & CEO Rentique (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Fesyen merupakan bagian dari gaya hidup masa kini. Sayangnya, mengikuti tren fesyen bakal tak ada habisnya. Tanpa kita sadari pakaian yang tak terpakai adalah jenis sampah yang mencemari lingkungan. Untuk mengurangi sampah pakaian dan sekaligus menghemat sumber daya alam, sejumlah solusi ditawarkan. Termasuk penyewaan pakaian.

Menurut The Sustainable Fashion Forum, pada 2030 konsumsi pakaian dunia diperkirakan meningkat hingga 63%, dari 62 juta menjadi 102 juta ton. Namun pernahkan kamu bertanya kemana pakaian yang tidak terpakai lagi?

Bisa saja, kamu menyumbangkan pakaian ke berbagai badan amal melalui toko-toko, kantong-kantong pengumpul pakaian, atau bank pakaian. Pakaian tersebut akan diberikan kepada mereka yang membutuhkan atau dijual di toko-toko amal untuk penggalangan dana.

Namun apa yang terjadi dengan pakaian-pakaian yang masih bagus, tapi sudah tidak tren lagi. Akankah pakaian itu menumpuk dalam lemari sampai akhirnya usang dan rusak karena terlupakan? Kalau sudah terlalu rusak dibuang, akhirnya menjadi limbah bagi alam.

Kepedulian akan hal ini yang mendorong Dea Salsabila Amira mendirikan Rentique. Ini adalah startup yang menyediakan jasa persewaan baju dan aksesori.

“Ini merupakan perubahan besar bagi kami semua, mempertahankan lemari pakaian yang penuh dengan fast fashion item yang hanya dapat dikenakan satu atau dua kali sudah tidak lagi menjadi tren. Masyarakat, terutama anak muda, saat ini mulai lebih memilih untuk mengonsumsi sedikit barang namun sustainable dan reliable. Salah satu cara untuk mengurangi kepemilikan pakaian adalah beralih menggunakan layanan penyewaan,” kata Dea kepada youngster.id.

Dea menyebut kini ada pergeseran tren di mana fast fashion item yang hanya dapat dikenakan satu atau dua kali, sudah tidak lagi diminati. “Konsumen saat ini lebih memilih untuk mengonsumsi sedikit barang namun sustainable & reliable. Salah satu cara untuk mengurangi kepemilikan pakaian adalah beralih menggunakan layanan penyewaan. Kami rasa konsep bisnis layanan persewaan bisa menjadi salah satu pemenang dalam industri ritel mendatang,” ungkapnya lagi.

Rentique menyediakan layanan penyewaan fesyen untuk digunakan pada acara-acara special. Seperti in person meeting, pernikahan, maternity shoot, wisuda virtual, staycation atau sekedar hangout dengan teman. Ini mendorong gaya hidup live with less.

Saat ini Rentique memiliki lebih dari 5.000 produk fesyen dari desainer internasional maupun lokal. Selain itu, startup ini telah bekerjasama dengan lebih dari 60 brand lokal. “Pengguna baru di Rentique semakin meningkat. Selain itu, normalisasi behavior mengenakan item second hand dan trend sharing economy makin marak sejak pandemi COVID-19,” kata Dea.

 

Pengalaman Pribadi

Menurut Dea, Rentique yang didirikan pada bulan Agustus 2019 lalu berangkat dari pengalaman pribadi.  “Sebagai wanita setiap buka lemari saya selalu merasakan ‘I have nothing to wear’, padahal banyak sekali item yang menumpuk di lemari. Tapi karena sudah digunakan beberapa kali, saya selalu merasa tidak banyak opsi. Saya yakin yang merasakan ini tidak hanya saya,” ungkapnya.

Penasaran akan hal itu, wanita kelahiran Surabaya, 6 Agustus 1995 ini melakukan survei ke 500 perempuan lain. Hasilnya, terbukti mereka merasakan hal yang sama dengan Dea, yaitu ingin memiliki dan mencoba opsi fesyen tanpa batas. Hal ini melahirkan ide untuk menghadirkan aplikasi yang dapat memberikan ribuan koleksi fesyen dari karya desainer dengan harga yang terjangkau.

“Mimpi saya dengan Rentique, para perempuan dapat mengenakan pakaian yang menarik dan membantu mereka untuk tampil percaya diri setiap hari. Di sisi lain, mereka juga dapat menghemat budget belanja fashion item setiap bulan, sekaligus berkontribusi untuk lingkungan,” papar Dea.

Selain itu, lanjut Dea, misi Rentique juga ingin memperkenalkan konsep sustainable fashion. Sebab, saat ini terdapat 14 juta ton sampah tekstil setiap tahunnya.

“Kita sebagai konsumen memiliki peranan penting. Ini tidak melulu ‘jangan beli item dan harus sewa’ tapi lebih mendorong konsumen untuk lebih bijak lagi dalam berbelanja. Pastikan item yang kamu ingin beli adalah item yang akan kamu gunakan dalam jangka waktu yang lama,” tutur Dea.

Aplikasi Rentique ini dimulai dengan menawarkan aneka fesyen dengan harga sewa mulai Rp 80 ribu untuk empat hari. “Platform dan layanan Rentique tersedia lewat aplikasi yang memudahkan user untuk akses koleksi fesyen setiap hari hanya dengan satu klik. User juga tidak perlu pusing-pusing memikirkan pengiriman, pengembalian dan laundry item. Semuanya kami tanggung, user cukup duduk manis saja di rumah,” ungkapnya.

Setelah beberapa bulan didirikan, Rentique merambah ke layanan membership yang memungkinkan pengguna untuk menyewa 8 item koleksi desainer hanya dengan Rp390.000 per bulan.

“Sejak Rentique didirikan konsumen benar-benar mengadopsi gagasan bahwa tidak perlu kita memiliki semua item dan ‘take pride in ownership’. Dengan rental, telah mengubah perspektif member kami. Penting sekali untuk kita semua mulai mencoba gaya hidup ini sekaligus menghemat budget shopping setiap bulan dengan sesuatu yang longlasting dan lebih affordable,” ungkap Dea lagi.

 

Dea Salsabila Amira
Dea mengungkapkan, saat ini Rentique telah bekerjasama dengan lebih dari 200 brands, dan memiliki lebih dari 5.000 koleksi. Juga, layanan Rentique telah mencakup 31 provinsi di Indonesia, dengan lebih dari 55.000 pengguna aktif pada aplikasi iOS dan Android. (Foto: Dok. Pribadi)

 

Adaptasi 

Dea mengungkapkan, saat ini Rentique telah bekerjasama dengan lebih dari 200 brands, dan memiliki lebih dari 5.000 koleksi.  Sebagian besar diantaranya merupakan desainer lokal, yang mana dari segi taste fashion tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan wanita Indonesian.

Pada tahun 2021, layanan Rentique telah mencakup 31 provinsi di Indonesia, dengan lebih dari 55.000 pengguna aktif pada aplikasi iOS dan Android. Bahkan, pada tahun 2020 Rentique memenangkan penghargaan aplikasi terbaik dari Google Asia Pacific untuk kategori “Hidden Gem”.

Menariknya, dengan bergabung bersama Rentique, para desainer dapat menghasilkan keuntungan lebih dari 20%. Rentique juga membagikan informasi terkait quality control kepada desainer. Termasuk informasi sederhana tentang tren pasar, atau cara agar jahitan kancing dapat diperkuat.

“Kami meyakini hal tersebut dapat membantu desainer untuk meningkatkan daya tahan barang (durability) dan sebagai bahan pengambilan keputusan yang lebih baik untuk koleksi di masa mendatang,” kata Dea menjelaskan.

Sejak didirikan Rentique juga menggunakan recycled garment bag sebagai wadah penyimpanan item fesyen, agar mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Tak hanya itu, Rentique juga menggandeng mitra laundry yang memiliki sertifikasi enviroclean, artinya tidak menggunakan zat kimia berbahaya dan berdampak buruk pada lingkungan. “Selain itu Rentique juga menggunakan recyled garment bag sebagai pengganti single plastic use. Ketiga hal ini tentu yang menjadi pembeda dan keunggulan kami dari usaha sejenisnya,” klaim Dea.

Diakui Dea, kendala terbesar yang dialaminya dalam mengembangkan usaha rintisan ini adalah pandemi Covid-19. “Ketika pandemi muncul di Indonesia kami baru 8 bulan berdiri dan harus menghadapi realita yang ada, revenue menurun, banyak brand designer yang tutup,” ujarnya.

Agar bisnisnya bisa tetap bertahan, Dea pun melakukan berbagai upaya dan penyesuaian. “Kami adaptasi dengan tren dan behavior user dan berinovasi. Kami juga berkolaborasi dengan brand-brand lain serta selalu terhubung dengan customer kami, terutama melalui social media,’ imbuhnya.

Dea menegaskan, saat ini layanan sewa satuan atau one time rental masih menjadi “produk unggulan” Rentique. Sebagai pengembangan usaha, mereka juga menawarkan layanan sewa untuk wanita hamil dan anak-anak agar terlihat menawan pada setiap acara, baik informal maupun formal.

Mengenai tren, Dea menegaskan Rentique selalu mengikuti tren terbaru. Misalnya, untuk Ramadan tahun ini mereka menyiapkan koleksi kaftan, tunik dan dres modest dari mitra perancang mereka. “Kami juga punya koleksi silk, earthy tone dan pastel yang masih menjadi tren di tahun 2021 ini,” ujarnya.

Dea yakin layanan penyewaan fesyen yang dikelolanya ini dapat bertahan lama. Selain itu, dia juga terus mendorong dampak positif bisnis fesyen terhadap lingkungan. Di tahun ini Rentique bekerjasama dengan LindungiHutan untuk menanam 1500 pohon trembesi di kawasan hutan Gunung Salak yang saat ini kondisinya tidak baik akibat longsor dan tebang hutan liar.

“Misi saya dengan Rentique, bukan mengubah perilaku konsumen untuk lebih memilih menyewa daripada membeli, tetapi untuk membentuk perilaku konsumen agar dapat berbelanja dengan lebih baik dan bijak. Sejak Rentique didirikan konsumen benar-benar mengadopsi gagasan ini bahwa tidak perlu kita memiliki semua item dan take pride in ownership. Dengan rental telah mengubah perspektif member kami untuk mengadopsi gaya hidup yang sustainable and live with less. Penting sekali untuk kita semua mulai mencoba gaya hidup ini, sekaligus menghemat budget shopping setiap bulan dengan sesuatu yang longlasting dan lebih affordable,” pungkas Dea.

 

=====================

Dea Salsabila Amira

====================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version