youngster.id - Kaum perempuan semakin banyak yang tampil dan berkarya di berbagai bidang. Termasuk di bidang industri kreatif yang sedang menjadi primadona saat ini. Banyak di antara mereka berangkat dari passion dan keinginan untuk memberi solusi bagi masalah yang ada. Termasuk memberdayakan kaum perempuan serta meningkatkan kemajuan Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan dari hasil sensus penduduk Indonesia di tahun 2015 ada 254,9 juta jiwa. Dan sebanyak 126,8 juta jiwa adalah perempuan. Itu artinya rasio antara penduduk lelaki dan perempuan cukup berimbang. Bahkan, di sisi karier dan kreativitas kaum perempuan tidak kalah dengan kaum laki-laki.
Hal itu ditunjukkan oleh Diajeng Lestari Soekotjo. Perempuan kelahiran 30 tahun lalu ini adalah pendiri sekaligus CEO dari HIJUP, e-commerce fashion muslim terbesar di Indonesia saat ini. Usaha yang dirintis sejak tahun 2011 ini telah berkembang pesat. HIJUP.com sekarang bisa dibilang mal dari fesyen muslim di Indoensia dengan menghadirkan lebih dari 70 brand.
Kesuksesannya juga telah menarik sejumlah investor dan bahkan mendapat funding dari beberapa perusahaan investasi global. Selain itu, HIJUP juga terpilih sebagai salah satu startup yang mengikuti program Launchpad Accelerator oleh Google Indonesia.
“Banyak ruang dimana perempuan bisa aktif berkontribusi berpartisipasi untuk masyarakat secara positif. Ibu rumah tangga bisa berkontribusi positif dalam mendidik anak-anaknya. Wanita karier, fashion desainer, juga bisa memberi kontribusi positif dengan menggerakan ekonomi. Jadi atlet bisa membawa harum nama Indonesia. Jadi ketika perempuan bisa aktif, ia bisa membuat dua kali power lebih besar bagi kemajuan Indonesia. Dan dengan teknologi kita bisa mengakselerasi ekonomi,” ungkap perempuan yang akrab disapa Ajeng itu saat ditemui Youngsters.id.
Hal itu dibuktikan Ajeng dengan meninggalkan pekerjaan mapan di sebuah perusahaan dengan pendapatan yang cukup, dan memilih merintis usaha sendiri. “Saya membuat bisnis yang base online untuk meng-empower kaum perempuan, bukan hanya dari look tetapi juga feel good. Kami ingin dapat support mereka untuk bisa capai karier terbaik mereka. Mulai dari ibu rumah tangga, pekerja, atlet dan lain-lain. Menjadi wanita muslimah yang bisa fashionable dan tak hanya itu tetapi bisa berkarier dan berkontribusi positif ke masyarakat,” papar Ajeng.
Dimulai dari 2×3 meter
Sesungguhnya ide mengembangkan e-dagang HIJUP.com ini berangkat dari masalah yang dialami Ajeng sendiri. Pekerjaannya menuntut dia untuk tampil fashionable, bersih dan rapi. Sementara kesibukannya sebagai pegawai dan ibu satu orang anak terlanjur menyita waktu. Ajeng pun kesulitan mencari outfit untuk dikenakan. Apalagi saat itu belum banyak perancang busana muslim yang berjualan secara online. Kalaupun ada hanya lewat sosial media saja.
Peluang inilah yang ditangkap oleh Ajeng dengan mendirikan HIJUP.com pada 1 Agustus 2011. Dia tidak berkeinginan untuk membuat produk. Tetapi mendirikan e-mall online, khusus baju-baju Muslimah yang syar”™i. Karena sebenarnya sudah banyak brand-brand baju muslimah yang terkenal dan bagus-bagus, namun tidak tersistem dengan baik.
Diawal membangun HIJUP, rasa antusias, bahagia, takut, ragu, campur aduk menjadi satu dalam benak perempuan kelahiran Bekasi, 17 Januari 1986 ini. Antusias dan bahagia karena HijUp.com adalah passion yang sejak lama ia inginkan. Ragu dan takut karena dirinya sama sekali belum pernah mengerjakan bidang ini.
Sebagai Sarjana Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia Ajeng memang terinspirasi untuk menjadi agen perubahan bagi Indonesia yang lebih baik. Dan itu dia terapkan pada e-dagang yang dia dirikan. “Jadi saya melakukan survei singkat ke beberapa calon klien. Ternyata mereka membutuhkan sistem yang bisa membuat kegiatan bisnisnya ini lebih teratur, kapan dia harus stok, beli bahan, bikin desain baru, berapa banyak potensi pasarnya, dan lain-lain. Nah, kebetulan lagi saat itu suami saya sudah membuat perusahaan IT, Suitmedia. Jadi ide ini saya sampaikan juga ke suami. Alhamdulilahnya, kami bisa berkolaborasi. Jadi dari ide awal ini, kami olah untuk menjadi satu platform yang bisa digunakan oleh banyak orang,” ungap Ajeng.
Namun untuk mewujudkan itu Ajeng mengaku harus berjuang keras. Dia memulai usaha di ruangan berukuran 2×3 meter. Ajeng juga harus menangani semua kegiatan usaha sendiri. Mulai dari harus mencari dan meyakinkan produsen busana muslim yang brand sudah kuat, kualitas bagus, dan syar”™i. Hingga menangani pekerjaan semuanya sendiri, mulai dari admin komputer, meyakinkan tenant (pemilik brand yang akan diajak kerja sama), sampai model untuk sesi pemotretan pun ia sendiri yang melakukan.
“Saya awalnya baru bisa mempekerjakan dua karyawan untuk gudang dan admin sosial media. Namun pada hari launching salah satu karyawan saya itu mengundurkan diri. Dan itu sempat shock, apalagi terjadi di hari pertama buka. Saya menangis hari itu, tapi lalu berusaha menguatkan diri, dan mengerjakan urusan administrasi sendiri. Hampir semua hal saya lakukan sendiri, mulai dari membeli gantungan baju, menjadi stylist saat pemotretan, mengordinasikan pemotretan, sampai dealing dengan tenant. Kasarnya, saya menjadi direktur merangkap office boy (OB),” kenangnya.
Untung dia mendapat dukungan dari sang suami, Achmad Zaky yang juga pendiri dan CEO Bukalapak. Tantangan yang datangpun bukan hanya di lini internal, tapi juga eksternal. Bagaimana meyakinkan calon tenant dengan ide perusahaan yang dibawa. Saat menawarkan jasa HIJUP.com, tak jarang ada yang mencibir, mulai dari nama perusahaan yang dianggap aneh sampai hasil foto yang jelek. Hal tersebut akhirnya justru menjadi masukan yang sangat berharga untuk terus mengembangkan perusahaan,” ungkap Ajeng.
Beri Value
Keinginan Ajeng untuk berwiraswasta sudah muncul sejak kuliah. Anak ke delapan dari 13 bersaudara ini bahkan mengambil mata kuliah di fakultas lain. Ketika itu, dia menjajal mata kuliah Management of Changes di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pengajarnya kebetulan pakar ekonomi kesohor, Rhenald Kasali.
Semenjak itu Ajeng mengaku terinspiasi untuk menjadi agen perubahan. Jurusan yang diambilnya yaitu Ilmu Politik semakin klop. Dia punya angan membawa Indonesia menjadi negara maju. Dia menerapkan moto kerja LORD (Lean, Open, Result Oriented, Dynamic) dalam mengembangkan HIJUP. Alhasil, HIJUP.com langsung bisa BEP di bulan pertama mulai. “Hal itu karena kami buka di bulan Ramadhan,” ujarnya.
Meski demikian dia terus menghadapi tantangan dalam pengembangan usaha. Bahkan, ketika Ajeng butuh suntikan dana untuk pengembangan usahanya, lima kali dia ditolak calon investor. Namun tidak membuat Ajeng kapok. “Bagi saya kegagalan adalah pengalaman yang paling berharga. Dari kegagalan itu saya belajar dan melakukan introspeksi untuk lebih baik,” kata Ajeng.
Ketika di awal mulai baru ada 14 tenant yang bergabung. Kini sudah lebih dari 300 brand Indonesia ditangani HIJUP dengan produk mulai dari hijab, baju, tas, sepatu dan aneka macam aksesori lainnya. HijUp pun mengukuhkan posisi sebagai perniagaan online hijab pertama di dunia. Selain sebagai distributor, HijUp.com juga menjadi kurator yang mendorong para desainer muslim Indonesia untuk memberikan karya-karya terbaiknya.
“Kami di sini menjadi katalisator untuk Indonesia agar bisa menjadi pusat busana muslim dunia. Komitmen saya dari awal adalah membesarkan brand Indonesia, karena kita harus bisa merebut pasar Indonesia sendiri,” tegas Ajeng.
Selain itu, strategi promosi online yang dilakukan HIJUP terbilang sukses. Bahkan, e-dagang ini popoler di Youtube. Sekarang page views”“nya sudah 8,9 juta, jadi hampir 9 juta per harinya. “Untuk Islamic Fashion, kami yang paling besar di dunia,” klaim Ajeng.
Semuanya merupakan merek-merek dalam negeri. Hal itu sesuai dengan misi HijUp untuk mempromosikan karya-karya perancang busana muslim dalam negeri. Dari sisi perusahaan, Ajeng berhasil mempekerjakan sekitar 120 orang dengan kantor tiga lantai yang berdiri di atas lahan 1.000 meter persegi.
“Sangat penting untuk kita bukan cuma men-deliver produk, tetapi juga value dari brand kita. Jadi kita tidak sekadar bersaing di harga, yang lebih murah yang mana, atau kualitas produk tetapi bersaing pada value apa yang kita akan deliver ke target market kita. Cara membedakan adalah kembali lagi ke core value kita, problem apa yang ingin diselesaikan sama brand kita. Apa yang membuat brand kita eksis dan membedakan dengan yang lain,” ucapnya.
Ajeng juga terus mengembangkan bisnis. Apalagi dia menilai pangsa pasar fesyen muslim di Indonesia terutama untuk kelas menengah sangat besar. Menurut prediksi McKenzie, populasi kelas menengah di Indonesia akan bertubuh hingga 85 juta di tahun 2020. Dan akan mencapai 135 juta di tahun 2030. Ini adalah potensi besar untuk pasar. Oleh karena itu dia mendorong agar para produsen busana muslim yang menjadi mitranya juga ikut berkembang.
“Sekarang di era MEA berbondong-bondong para pemain luar negeri ingin masuk ke pasar Indonesia. Saya melihat kita sebagai orang Indonesia harus mengubah paradigma, dari paradigma konsumen menjadi paradigma produsen. Dan dari sisi IT kita bisa mengakselerasi itu,” ucap Ajeng.
Dia beharap HijUp.com bisa terus memberikan manfaat bagi seluruh muslimah di dunia. “Semoga HijUp.com bisa memberikan impact yang lebih besar lagi. Semoga fesyen muslim bisa lebih bertahan, dan HijUp.com akan terus mengambil peran besar dalam mewujudkan mimpi Indonesia untuk menjadi kiblat fesyen muslim di dunia,” kata Ajeng
 ============================
Diajeng Lestari Soekotjo
- Tempat Tanggal Lahir    : Bekasi, 17 Januari 1986
- Nama Orangtua       : H.Heru Soekotjo (ayah), Endang Nurul Kusumawardhani (ibu)
- Pendidikan           : S1 FISIP UI
- Nama Pasangan       : Achmad Zaky (suami)
- Nama Anak          : Laiqa Anzani
- Jabatan             : Pendiri dan CEO HijUp.com (2011-sekarang)
- Modal Awal          : sekitar Rp 10 Juta
- Omzet             : sekitar US$ 1 juta
=================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post