Farid Naufal Aslam : Melalui Aruna Ingin Membantu Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia

Farid Naufal Aslam, Founder dan CEO PT Aruna Jaya Nusantara (Aruna Indonesia) (Foto: Dok. Pribadi/Youngsters.id)

youngster.id - Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan sumber daya kelautan yang besar, termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Menariknya, Indonesia belum berjaya di bidang maritim.

Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih memiliki prospek yang baik. Pengembangan usaha kelautan dan perikanan dapat digunakan untuk mendorong pemulihan ekonomi, yang diperkirakan sebesar US$82 miliar per tahun.

Peluang ini juga dilihat oleh sejumlah anak muda. Menariknya, mereka menjalankan bisnis di bidang perikanan ini lewat teknologi informasi dengan mendirikan situs Aruna.id. Ini adalah situs bagi para nelayan untuk bisa belajar pengelolaan bisnis perikanan (integrated fishery management), mengetahui data terkini perikanan (fishery data intelligent), dan sistem perdagangan hasil laut secara online (fishery online trading).

“Misi kami adalah memimpin revolusi digital di bidang kelautan dan perikanan. Kami yakin dengan sumber daya dan teknologi yang kami miliki, kami dapat membawa kelautan dan perikanan Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Membawa kesejahteraan yang merata dan adil bagi seluruh masyarakat,” ungkap Farid Naufal Aslam, CEO PT Aruna Jaya Nusantara kepada Youngsters.id.

Berdasarkan sejumlah data, perikanan Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun. Besaran potensi hasil laut dan perikanan Indonesia bisa mencapai Rp 3000 triliun per tahun. Akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya sekitar Rp 225 triliun atau sekitar 7,5% saja.

“Aruna diawali oleh kepedulian kami akan kondisi kelautan dan perikanan di Indonesia saat ini. Dan dengan keahlian kami di bidang teknologi informasi, kami yakin dapat berkontribusi memecahkan masalah yang ada dan membangun kembali kejayaan maritim Indonesia,” ucap Farid penuh keyakinan.

Dalam berbisnis, Farid menekankan bahwa mereka mengendepankan keterbukaan informasi dan akses pasar. Pasalnya selama ini dalam perdagangan perikanan banyak terjadi praktik perdagangan yang tidak adil dan transparan. Dimana nelayan menjual ikan dengan sangat murah karena tidak tahu informasi harga dan alternatif pembeli lain. Sedangkan, pengepul atau tengkulak menjualnya dengan harga yang jauh lebih tinggi. “Dari pengalaman yang kami jumpai selama ini rata-rata harga telah di atas 50% ketika diterima pembeli akhir, bahkan bisa sampai 10 kali lipat,” ujar Farid.

 

Kompetisi

Farid termasuk orang yang kompetitif. Latar belakang eknomi keluarga yang kurang membuat dia terpicu untuk mandiri. “Untuk kuliahpun saya berusaha mencari beasiswa agar bisa terus melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi,” ucap penerima beasiswa manajemen bisnis telekomunikasi dan informatika di Universitas Telkom.

Tak berhenti di sana, Farid menjajaki usaha mulai dari garmen hingga agency creative yang bergerak di bidang desain grafis, ilustrasi, dan animasi di tahun 2011-2012. Memasuki tugas akhir, Farid mulai aktif mengikuti kompetisi antar mahasiswa. Dia berkolaborasi dengan Indraka Fadhlillah (COO) dan Utari Octavianty (CM).

Awalnya, proyek selalu saja kalah setiap babak final. Bukan menyerah Farid malah semakin tertantang. Dalam sebuah kompetisi bisnis, ia mengajukan ide bisnis e-commerce untuk produk perikanan. Nama Pasarlaut.com punt tercetus di tahun 2015. “Karena latar belakang kami dari dunia yang berkaitan dengan IT dan beberapa founder yang dekat dengan daerah laut dan perikanan. Dari situlah kami memulainya,” ungkap Farid.

Pemuda kelahiran Bogor, 22 Juli 1994 ini mengaku awalnya tidak berpikir ide bisnis ini akan menjadi awal perusahaan rintisian yang berkembang pesat. Bahkan ketika Farid dan kawan-kawan membesut Pasarlaut.com, ini hanya sebuah marketplace hasil laut secara business to business (B2B). Dia tidak memikirkan target dan model bisnis berkelanjutan.

Situasi berubah setelah Aruna masuk Indigo Creative Nation (ICN) tahun 2015 Batch 1. Di bawah program inkubasi milik Telkom itu Farid banyak memperoleh mentoring praktisi berpengalaman dan disertakan kegiatan penting. Sehingga startup ini pun memutuskan untuk mengembangkan diri.

“Setelah ikut ICN, dengan banyak mentor berpengalaman di sana, kami makin mampu mengembangkan layanan,” ujar putra pasangan Siti Khodijah dan Dadang Rajak itu.

Dengan bermodalkan uang hasil lomba dan inkubasi serta merogoh kantong sendiri, terkumpulah uang sekitar Rp 120 juta untuk membangun startup berbendera PT Aruna Jaya Nusantara di tahun 2016.

Selain membuat versi baru dari Pasarlaut.com, memperluas jejaring, Aruna juga memiliki ETTI, sebuah sistem untuk pelelangan ikan secara digital. “Kami mencoba mengembangkan semua yang sudah kami rintis dengan bekal dari Indigo Creative Nation (ICN). Di sana kami tidak hanya mendapatkan mentoring dari praktisi berpengalaman, membuka koneksi ke sentra nelayan di beberapa wilayah di Indonesia, ada juga suntikan modal dari ICN sebesar Rp120 juta,” ujar Farid.

Tentu perubahan itu tidak mudah. Farid mengaku menghadapi berbagai kendala dalam memulai usaha rintisan ini. “Pengetahuan dan pengalaman kami yang minim di bidang perikanan dan bisnis menjadi kendala awal. Beruntung kami memiliki mentor-mentor yang membantu sehingga kami bisa development aplikasi dan modal,” ungkapnya.

Masalah lain muncul dari para nelayan yang masih belum teredukasi tentang internet dan IT. Dia mengaku sempat mendapat penolakan dari warga dan pedagang lokal. Belum lagi terkendala pada infrastruktur seperti internet, logistik dan transportasi yang belum merata dari setiap daerah sasaran.

“Permasalahan di lapangan terbesar ketika berhubungan langsung dengan masyarakat nelayan dan pesisir yang budayanya keras dan sulit menghadapai hal-hal baru. Kami harus tetap sabar dan berusaha mengerti bagaimana kondisi mereka walau beberapa kali ada penolakan ketika implementasi aplikasi. Tapi dengan pendekatan yang lebih personal dan humanis seperti menggunakan bahasa mereka sehari-hari, dan mengikuti budaya mereka pelan-pelan bisa masuk dan membantu mereka dengan teknologi yang kami buat,” jelas Farid.

 

Farid Naufal Aslam dkk., Melalui Aruna Ingin Membantu Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia (Foto: Dok. Pribadi/Youngsters.id)
Farid Naufal Aslam dkk., Melalui Aruna Ingin Membantu Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia (Foto: Dok. Pribadi/Youngsters.id)

 

Poros Maritim

Secara garis besar, saat ini produk Aruna ada tiga. Yakni Integrated Fishery Management (Sistem aplikasi terintegrasi pengelolaan bisnis perikanan), Fishery Online Trading (Data sektor perikanan real time dan handal), dan Fishery Data Intelligent (Inovasi sistem perdagangan ikan dan hasil laut secara daring).

“Kami menyediakan solusi digital terintegrasi untuk kelautan dan perikanan. Aplikasi yang kami buat mulai dari sistem manajemen untuk pengelolaan perikanan, data intelligent, hingga perdagangan secara online,” jelasnya.

Menurut Farid, mereka terinspirasi dari kisah sukses para startup atau perusahaan teknologi yang berhasil membuat dampak besar bagi negaranya. Seperti Alibaba di China, yang membantu China menjadi negara manufacturing terbesar, Agoda di Thailand, yang membantu Thailand menjadi negara pariwisata terkenal. “Kami ingin Aruna membantu Indonesia menjadi poros maritim dunia,” ujarnya.

Produk Aruna yang sudah dilepas ke pengguna, yaitu Pasarlaut.com (situs jual beli hasil ikan dan hasil laut online), e-TPI (Aplikasi Tempat Pelelangan Ikan Eletronik), dan Infomaritim.com (portal berita kemaritiman), dan beberapa produk lainnya yang saat ini masih dikembangkan.

“Selain tentunya, kami bisa terus memperluas jejaring. Kami saat ini telah bermitra dengan Pusat KUD Perikanan Jawa Barat, Kementrian Koordinator Perekonomian dan Kementrian Kelautan Perikanan,” katanya.

Salah satu keberhasilan Aruna berhasil menjalin kerja sama dengan KUD Nelayan Mina Laksana Mukti. “Di bawah Mina, ada 40 koperasi nelayan dengan tujuh di antaranya sudah menerapkan sistem pelelangan digital kami,” ujar Farid bangga.

Selain dengan Mina, kerja sama serupa dilakukan dengan sejumlah koperasi nelayan di Subang dan Jawa Barat bagian selatan. Di luar Jawa, kerja sama dilakukan dengan koperasi nelayan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur. Sayangnya, nilai transaksi belum muncul karena implementasi belum lama dilakukan

Dalam waktu dekat, Farid ingin Aruna dapat mengintegrasikan data-data perikanan di titik titik produksi yang ada di daerah-daerah Indonesia dalam platform cloud sehingga bisa diakses secara realtime.

Pada akhirnya Farid yakin bahwa jika startup yang dirintisnya ini berkembang, akan berdampak luas bagi masyarakat. “Kami ingin mengembangkan bisnis yang berdampak luas bagi masyarakat, tidak hanya sekedar mementingkan aspek ekonomi tetapi juga sosial yang juga memberikan keadilan dan menaikkan taraf hidup mereka. Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi sekelilingnya,” pungkasnya.

 

=================================

Farid Naufal Aslam

Penghargaan :

=================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version