youngster.id - Kemacetan di ibukota telah menelan banyak sekali korban. Mulai dari korban waktu, uang hingga korban perasaan. Menariknya, bagi sejumlah anak muda, kondisi ini justru melahirkan ide-ide kreatif yang menawarkan solusi. Terbaru adalah aplikasi yang menawarkan tumpangan bagi para komuter secara aman, mudah, sekaligus membangun komunitas pertemanan yang menyenangkan: TemanJalan.com.
Aplikasi TemanJalan ini dikembangkan oleh Fauzan Helmi Sudaryanto. Aplikasi TemanJalan ini mempertemukan pengendara dan penumpang yang memiliki rute perjalanan yang searah atau tujuan bersama. Berbeda dengan aplikasi layanan transportasi online, yang memiliki nilai transaksi keuangan. Di sistem TemanJalan hanya mempertemukan dan memasangkan para pengguna yang memiliki rute searah sehingga mereka bisa pergi ke tempat tujuan bersama. Dan, di sini tidak ada transaksi keuangan yang terjadi. Jadi benar-benar berbagi tumpangan.
“Ide ini berangkat dari kehidupan yang saya lihat sehari-hari di kampus. Ada banyak mahasiswa yang tinggal berdekatan, namun mereka berangkat sendiri-sendiri dan mengeluarkan banyak biaya untuk ongkos transportasi. Padahal di dekat mereka ada teman yang searah yang bisa ditumpangi sekaligus jadi teman seperjalanan,” ungkap Fauzan kepada Youngsters.id.
Ide itu digarap Fauzan bersama dua sahabatnya Rasmunandar Rustam dan Caraka Nur Azmi sejak Agustus 2015. Â Bermodalkan kemampuan ilmu komputer yang mereka miliki serta sedikit tabungan mereka membuat aplikasi Temanjalan.com ini.
“Dengan TemanJalan kami berharap banyak mahasiswa bisa memanfaatkan fitur untuk berbagi tumpangan secara aman, mudah, dan menyenangkan,” tutur Fauzan.
Awalnya, kata Fauzan, mereka hanya memperkenalkan kepada komunitas anak-anak kampus di Universitas Indonesia tempat mereka menimba ilmu selama ini. TemanJalan menerapkan verifikasi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) bagi mahasiswa yang mendaftar. Ternyata tanggapannya positif, langsung ada sekitar 5000 pengguna yang mendaftar menggunakan layanan ini, dengan 150 trip setiap hari. Dan ternyata layanan itu dengan cepat menyebar ke kampus-kampus lain di Jakarta.
Saat ini, ada mahasiswa dari 50 kampus di Jabodetabek yang mendaftar di TemanJalan.com. Selain UI, juga ada mahasiswa Binus, Atmajaya, Universitas Negeri Jakarta dan Gunadarma. Perkembangan ini oleh Fauzan disertai dengan kelengkapan fitur-fitur yang terus diperbarui sesuai dengan kebutuhan pengguna. Termasuk memperluas segemen pengguna dengan membuka layanan kepada para pekerja dan komuter Jabodetabek. Serta menghadirkan aplikasi untuk operasi Android dan iOS (beta).
“Selain dapat menjadi ajang networking on-the-go, kami berharap TemanJalan juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai salah satu solusi dalam menghadapi kemacetan perjalanan di Jakarta mengurasi macet, mengurangi polusi dan bisa mendapatkan nilai bertemu orang yang berbeda. Sehingga perjalanan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan,” ucap Fauzan.
Kaget Budaya
Bagi pemuda kelahiran 12 Desember 1992 ini, menghadirkan kenyamanan hidup merupakan awal dari setiap ide di kepalanya. Maklumlah masa kanak-kanak Fauzan dihabiskan di Eropa. Ketika itu kedua orang tuanya yang berlatar belakang akademisi memboyong keluarganya ke Jerman. Hingga kelas 3 SD Fauzan mengaku merasakan hidup di negara yang mengutamakan kenyamanan bagi warganya. “Keadaan itu sangat berbekas di diri saya, dan mungkin itu yang membentuk pemikiran saya seperti ini,” ujarnya.
Kepulangan ke Tanah Air, diakui Fauzan, sempat membuat dia kaget budaya. Dan itu membuat sisi liarnya keluar. “Misalnya naik angkutan umum sambil bergelantungan di pintu. Itu sesuatu yang kriminal kalau di Jerman. Di sini boleh, dan terasa menyenangkan,” kisahnya.
Keliaran Fauzan mulai teredam ketika ia semakin akrab dengan komputer. Bahkan saat SMP dia menjadi juara 1 Indonesia ICT Awards (INAICTA) berturut-turut tahun 2008 dan 2009. Bahkan, meraih Merit Award pada Asia Pacific ICT Awards kategori Secondary School Project 2009 dengan membuat kamus tradisional online bernama Kardinal yang berisi 746 bahasa etnis yang ada di Indonesia.
“Ide besar dari kamus tradisional online ini adalah untuk menyelamatkan bahasa etnis dari setiap suku yang ada di Indonesia. Tidak hanya bahasa Sunda, Jawa, Batak atau bahasa etnik yang mayoritas tetapi juga mencoba untuk menyelamatkan bahasa yang belum dikenal seperti Bolaang Mongondow dan Kaili Rai dari Sulawesi,” ungkap Fauzan. Sayang, proyek ini terhenti karena dia harus persiapan Ujian Nasional. Proyek itu sempat dibangun lagi menjadi Kamus Nusantara di tahun 2012.
Dari pengalaman semua itu, Fauzan menjadi yakin bahwa dia akan berkarir di bidang teknologi. Untuk itu dia harus meyakinkan kedua orang tuanya yang berharap putra bungsu mereka akan mengikuti jejak sebagai akademisi. “Kemenangan saya di berbagai ajang lomba komputer memberi saya banyak hadiah berupa uang. Dan dengan itu saya bisa membiayai kuliah saya sendiri. Sehingga dengan sendirinya orang tua jadi yakin dengan cita-cita saya dan mereka memberi dukungan sepenuhnya,” ungkap Fauzan.
Saat kuliah di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ia pun terus beraksi. Dia mengaku terus menantang diri sendiri lewat mengikuti berbagai lomba dan berhasil menjadi juara pertama. Di antaranya juara pada Hackathon Startup Asia Jakarta 2014, juara Hackathon Startup Asia Singapura 2014, dan Grand Prize Willer pada Disaster Reduction and Recovery.
Peraih predikat Mahasiswa Berprestasi Utama Fakultas Ilmu Komputer UI ini tidak berpuas diri. Menurut Fauzan apa yang dia buat itu karena ingin dapat memberikan solusi bagi masalah di sekitarnya.
Dia pernah membangun Invita, sebuah aplikasi broadcasting massage. Lalu LocaFood, aplikasi untuk mencari restoran atau café terdekat lengkap dengan petunjuk arah. Bahkan di tahun 2014 dia bersama teman-temannya membuat aplikasi Siaga Banjir bagi warga Jakarta. Sampai akhirnya lahirlah aplikasi TemanJalan.com pada Agustus 2015.
Titik BalikÂ
Bagi Fauzan TemanJalan merupakan proyek komersil pertamanya. “Ini merupakan titik balik berbagai proyek yang pernah kami kerjakan,” ujar Fauzan.
Pasalnya proyek ini dikerjakan dengan idealisme. “Kami menawarkan solusi untuk mengatasi macet dan polusi lewat layanan tumpangan bernilai pertemanan. Belum ada monetisasi di sini,” tegasnya.
Ya, aplikasi ini tidak menerapkan sistem transaksi keuangan berupa uang, tetapi dengan koin virtual sebagai tanda terima kasih. “Kalau numpang sekali dua kali tidak bayar masih tidak apa-apa. Tetapi kalau berkali-kali pasti ada perasaan tidak enak. Karena itu kami menerapkan sistem koin virtual sebagai metode pembayaran bagi pengguna,” jelas Fauzan. Koin ini senilai Rp 1.000/kilometer.
Pengendara dapat mengumpulkan koin sesuai dengan kilometer yang ditempuh dalam setiap perjalanan untuk kemudian ditukarkan dengan berbagai rewards yang menarik, seperti pulsa, voucher bensin, voucher makan, stiker LINE, dan lain-lain. “Hal ini jauh lebih menarik daripada dinilai uang bayaran yang tak seberapa,” ujar pendukung anti software bajakan itu.
Menurut Fauzan, modal untuk mengembangkan TemanJalan ini dirogoh dari tabungan masing-masing founder. Bahkan, sempat ada masalah ketika salah seorang rekannya harus memilih tetap bergabung atau terjun bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Untunglah masalah itu bisa teratasi.
Selain itu Fauzan dan teman-temannya terus menyempurnakan dan mengembangkan aplikasi ini. Di samping menawarkan solusi berkendara bagi para mahasiswa komuter, aplikasi TemanJalan ini memberikan nilai yang berbeda bagi para pengguna.
Pertama, ada nilai kepercayaan antar pengguna layanan ini. Karena layanan ini menyajikan secara transparan catatan riwayat perjalanan, seperti rating dan testimoni dari pengguna lain yang pernah berbagi tumpangan sebelumnya.
Kedua, ada filter yang bisa digunakan untuk mengurutkan berdasarkan rating pengguna, waktu keberangkatan, jenis kelamin, maupun kendaraan yang digunakan. TemanJalan dilengkapi dengan fitur in-app chat sehingga koordinasi perjalanan dapat dilakukan tanpa mengorbankan privasi pengguna. Pengguna juga dapat membuka profil calon teman perjalanan untuk melihat pekerjaan dan institusi dari mana calon teman tersebut berasal.
Dengan adanya fitur ini, pengguna dapat memilih teman dengan minat yang sesuai, atau bahkan membuat ladies-only trip bagi pengendara wanita yang hanya ingin berbagi tumpangan dengan sesama wanita.
Alhasil sejak peluncuran di awal April 2016 lalu, TemanJalan telah mencatat sebanyak 5.800 mahasiwa yang mendaftar menggunakan layanan ini. Dengan perjalanan rata-rata 100-150 per hari.
Di bulan Agustus 2016 ini, TemanJalan memperluas segmen pengguna dengan membuka layanannya kepada para pekerja dan komuter se Jabodetabek. Aplikasi yang telah diluncurkan pada sistem Android dan iOS hadir di 9 wilayah perkantoran seperti SCBD, Mega Kuningan, Sudirman dan Thamrin Jakarta.
“Selain dapat menjadi ajang networking on-the-go, kami berharap TemanJalan juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai salah satu solusi untuk mendukung kebijakan plat ganjil-genap yang sudah mulai diuji coba di Jakarta,” ucap Fauzan.
==================================
Fauzan Helmi Sudaryanto
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 12 Desember 1992
- Pendidikan: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
- Usaha : TemanJalan
- Mulai : Agustus 2015
- Pengguna : 5.800 mahasiswa dari 50 kampus di Jabodetabek
- Modal Awal : sekitar Rp 10 juta
Prestasi :
- First runner-up. Seedstars World Jakarta 2015.
- Merit Award in Tourism & Hospitality. Indonesia ICT Awards 2015
- 1st Winner. AEON Asia Youth Leader 2015 by AEON 1% Club Foundation.
- 2nd Winner. Social Innovation Competition 2015 by Surya University.
- 3rd Winner. Most Outstanding Student Award – “Mahasiswa Berprestasi Utama” (University Level) in Universitas Indonesia.
- 1st Winner. Most Outstanding Student Award – “Mahasiswa Berprestasi Utama” (Faculty Level) in Faculty of Computer Science Universitas Indonesia.
===============================
STEVY WIDIA