Hendra Kwik dkk. : Bangun Layanan Keuangan Bagi Masyarakat Unbanked

Hendra Kwik, Co-founder & CEO Payfazz (PT Payfazz Teknologi Nusantara) (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Terlepas dari pertumbuhan inklusi keuangan di Asia Tenggara, sebagian besar penduduk di kawasan ini masih belum memiliki akses ke layanan keuangan dasar. Menurut Fitch Ratings, Asia Tenggara merupakan rumah bagi sekitar 290 juta penduduk yang tidak memiliki akses terhadap layanan perbankan.

Meskipun inklusi keuangan yang digerakkan secara digital sudah lazim di beberapa negara Asia Tenggara, toh masih terdapat banyak wilayah yang masih belum terlayani. Belakangan, berkat perpaduan teknologi dan layanan keuangan berupa fintech, dapat menjangkau masyarakat yang belum tersentuh oleh perbankan konvensional.

Jika awalnya, fintech Indonesia hanya bergerak pada dua vertikal yakni pembayaran digital (e-money) dan pinjaman online (peer to peer lending). Kini berkembang hingga mencakup aggregator, innovative credit scoring, perencana keuangan, layanan urun dana (equity crowdfunding), dan project financing.

Salah satu fintech yang mengalami perkembangan pesat adalah Payfazz. “Teknologi yang dikembangkan oleh Payfazz merupakan layanan keuangan dalam bentuk aplikasi berbasis keagenan untuk menjadi solusi utama pembayaran sehari-hari bagi masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang belum memiliki rekening bank atau unbanked,” ungkap Hendra Kwik, Co-founder dan CEO Payfazz kepada youngster.id.

Hendra menjelaskan, startup teknologi keuangan besutannya berfokus pada memperbaiki akses keuangan yang kurang dengan menemukan cara yang inovatif untuk lebih memberikan masyarakat Indonesia akses kepada layanan keuangan.

Untuk itu startup yang berdiri pada 2016 ini menjalin kerja sama dengan berbagai rekanan layanan keuangan ternama di Indonesia mulai agen jual beli pulsa, Payment Point Online Bank hingga lembaga keuangan seperti bank. Dengan demikian, melalui aplikasi Payfazz semua orang dapat melakukan transaksi keuangan dan pembayaran digital dengan mudah, nyaman, dan aman di mana pun serta kapan pun hanya dengan satu aplikasi.

Fintech layanan keuangan dalam bentuk aplikasi berbasis keagenan Payfazz terus mengembangkan bisnis di tengah pandemi. Hingga saat ini, Payfazz telah melayani lebih dari 10 juta pengguna aktif setiap bulannya dan memiliki lebih dari 250.000 agen tersebar di seluruh Indonesia

Yang terbaru, di tahun 2021 Payfazz menghadirkan Aplikasi Payfazz Buku powered by CrediBook. “Aplikasi ini kami rancang untuk mudah sekali digunakan oleh pelaku UMKM, khususnya yang bergerak di sektor ritel. Ke depannya, dengan catatan keuangan yang lebih baik mudah-mudahan juga dapat mendorong porsi kredit perbankan untuk UMKM yang saat ini masih di angka 19,8%,” jelas Hendra.

Hendra menambahkan, saat ini ada lebih dari 250.000 agen aktif Payfazz yang tersebar di seluruh Indonesia. Pertumbuhan jumlah agen yang bergerak ke arah positif menjadi peluang dalam merangkul lebih banyak UMKM ritel memanfaatkan aplikasi Payfazz Buku demi mempermudah pencatatan keuangan usaha sehari-hari. Aplikasi Payfazz Buku merupakan aplikasi yang terpisah dari Payfazz.

Menurut Hendra, yang terpenting dalam upaya digitalisasi UMKM adalah mendigitalkan ekosistem usaha secara menyeluruh. Inovasi digital seperti aplikasi Payfazz dapat terus digunakan oleh para pelaku UMKM apabila ekosistem usaha telah digital semuanya.

 

Pengalaman dan Jaringan

Hendra menuturkan, Payfazz dirikan oleh dirinya dan dua sahabat masa kecilnya, Jefriyanto dan Ricky Winata. Rupanya, pengalaman mereka bertiga yang dibesarkan di kota Jambi menjadi motivasi untuk mengembangkan aplikasi layanan keuangan ini.

“Kami punya pengalaman tinggal di daerah yang sulit untuk mendapatkan akses keuangan. Dan kami rasa ini juga dialami oleh banyak daerah rural lain di Indonesia. Karena itu kami mencari solusi untuk bisa mengatasi masalah tersebut, dengan visi dapat menyediakan layanan yang membuka akses finansial secar digital kepada semua masyarakat, khsusunya bagi mereka yang unbanked society,” paparnya.

Menariknya, Payfazz membangun sistem layanan dengan jaringan agen. Pasalnya, lanjut Hendra, meski penetrasi telepon pintar atau smartphone di Indonesia tinggi, banyak orang belum pernah menggunakan layanan perbankan digital langsung sebelumnya. Para agen Payfazz dapat membantu membiasakan mereka dengan proses tersebut karena sebagian besar agennya berbasis di warung atau toko kelontong yang lebih mudah diakses oleh orang-orang di daerah pedesaan.

Awalnya Payfazz hanya punya 10 agen yang bergabung. “Kami melakukan tes pasar terlebih dahulu kepada 10 agen, kemudian setelah mendapatkan feedback, kami pun menyempurnakan kembali aplikasi kami. Kemudian setelah kami mendapatkan nilai kepuasan yang cukup, kami pun mencoba untuk menyebarkannya kepada 100 agen dengan berbagai metoda. Dan hasilnya memuaskan, sehingga pengguna aplikasi Payfazz pun bertambah seiring dengan berjalannya waktu,” ungkap Hendra.

Menurut Hendra, Payfazz memberi para agennya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Pihak Payfazz mengambil komisi 0,5% hingga 1% untuk setiap transaksi, dan agen diizinkan untuk menetapkan margin yang mereka kenakan kepada pelanggan untuk transaksi, biasanya antara 5% hingga 9%.

“Sebelum menandatangani agen, Payfazz mengkurasi mereka dengan menggunakan cara yaitu melalui sistem know your customer atau KYC dan teknologi verifikasi untuk mengukur kepercayaan, lalu lintas, dan potensi penjualan warung atau toko mereka,” jelasnya.

Kini tahun 2021 ini Payfazz telah memiliki lebih dari 250 ribu agen aktif yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. “Kami terus meningkatkan, terutama ke daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau layanan perbankan,” ujarnya.

Sasaran utama Payfazz menyasar pada para pedagang kecil dan menengah, pemilik warung termasuk warung-warung kelontong, agen penjual pulsa, dan para pelaku usaha UMKM lainnya. Termasuk individu/perorangan yang masih awam yang ingin memiliki dan merintis usaha mulai dari nol tanpa risiko modal yang besar.

Sesuai dengan regulasi yang berlaku, bisnis Payfazz telah didaftarkan di Bank Indonesia dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Kami juga menjamin bahwa semua layanan dan transaksi data yang Anda lakukan di aplikasi aman serta terjaga kerahasiaanya, baik dari segi ID, password, sampai PIN. Jadi jangan takut untuk bertransaksi bersama kami,” ujarnya.

 

Kompetitif dan Kemitraan

Hendra mengklaim, Payfazz memiliki dua keunggulan yang menjadi pembeda dari para pelaku bisnis serupa. Pertama, memiliki harga yang lebih kompetitif dari para pesaingnya serta lengkap dengan produk layanan yang tersedia. Kedua, Payfazz turut memasilitasi para agen yang telah bergabung bisa memberikan pinjaman dalam rangka untuk mengembangkan usaha.

“Payfazz itu memiliki keunggulan mulai dari memiliki ‘harga kompetitif’ dimana agen dapat menentukan sendiri harga jual sehingga mereka tetap dapat keuntungan dari produk-produk yang di jual. Layanan produk yang lengkap – mulai dari Prabayar, pascabayar (PDAM, BPJS, Multifinance) hingga transfer dana/kirim uang. Selain itu juga memasilitasi agen untuk pinjaman dalam rangka mengembangkan usahanya dengan Kredit Agen yang bekerjasama dengan Modal Rakyat,” jelas Hendra.

Selain itu, dalam memperluas wilayah pemasaran, Payfazz banyak menggandeng komunitas melalui cara via online, bazaar dan pameran. Selain itu, layanan ini menjalin kemitraan.

“Kami lebih banyak komunikasi melalui komunitas yang ada dan dari mulut ke mulut (word of mouth). Kami juga bermitra dengan banyak pihak. Antara lain layanan P2P lending untuk agen dengan Modal Rakyat, perbankan dengan BRI Agro, payment dengan Xfers, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Menurut alumni Institut Teknologi Bandung ini, produk layanan Payfazz ini lebih banyak di peruntukan kepada UMKM atau bisnis-bisnis baru.

“Bisnis ini masih sangat memiliki peluang yang luas, di mana kami bisa melihat masih banyak UMKM yang belum melakukan digitalisasi. Oleh karena itu, dengan adanya Payfazz ini bisa membantu UMKM dalam melakukan digitalisasi bisnisnya supaya bisa lebih berkembang,” ujar Hendra.

 

Payfazz Team
Didukung sekitar 500 karyawan dan 250 agen aktif, kini Payfazz melayani lebih dari 10 juta masyarakat setiap bulannya. Pertumbuhan transaksi Payfazz dari tahun 2019 ke 2020 mencapai lebih dari dua hingga tiga kali lipat dengan rata-rata nilai transaksi Rp 1 triliun per bulan (Foto: Istimewa/Payfazz)

 

Fokus Ke Pedesaan

Menurut Hendra, dengan fokus ke daerah pedesaaan, Payfazz dapat membantu bank dan penyedia layanan keuangan lain untuk memperluas jangkauan mereka ke daerah pedesaan.

“Manfaatnya adalah masyarakat bisa mendapatkan layanan keuangan lebih mudah, cepat, dan efisien. Sesuai dengan misi kami untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, hal itulah yang ingin kami capai sehingga bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali,” katanya menegaskan.

Hendra mengungkapkan, usaha rintisan tentu mengalami tantangan yang tidak sedikit. Untuk bisa mencapai titik seperti sekarng ini diperlukan kerja keras dan semangat pantang menyerah.

“Tentunya memang banyak hal yang kami alami selama mendirikan perusahaan ini. Mulai dari susah cari yang mau jadi agen Payfazz di awal berdiri. Tidak hanya itu, saya juga beberapa kali ditolak oleh investor untuk mendapatkan pendanaan. Tetapi saya tidak menyerah begitu saja, tetap maju dengan visi Payfazz ini agar semua masyarakat Indonesia bisa menikmati layanan keuangan di mana saja dan kapan saja,” katanya.

Begitu juga dengan persaingan usaha yang selama ini ada. Hendra menyebut, kehadiran para agen inilah yang menjadi ujung tombak bisnis.

“Agen kami adalah unit usaha UMKM, warung dan toko tradisional, toko selular, pedagang makanan serta juga unit-unit usaha kecil, bahkan seseorang yang mampu memberikan akses atau layanan kepada masyarakat unbanked di seluruh Indonesia. Agen-agen inilah yang menjadi ujung tombak bisnis sehingga kami harus tetap me-maintain agen-agen kami dengan baik dengan cara memberikan solusi dan layanan yang terpadu sehingga apabila ada isyu di lapangan bisa diatasi dengan cepat dan baik,” papar Hendra.

Pada tahun 2017, Payfazz memperoleh pendanaan dari Y Combinator. Dan ini menjadikan Payfazz sebagai perusahaan Startup Dompet Digital pertama asal Indonesia yang bergabung dengan Y Combinator.

Selanjutnya, Payfazz mendapat US$ 21 juta dalam putaran pendanaan Seri A pada September 2018, dipimpin oleh Tiger Global. Kemudian, pada 2020 Payfazz memperoleh pendanaan seri B senilai US$ 53 juta atau sekitar Rp 765 miliar. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh dua investor Singapura, B Capital dan Insignia Ventures Partners. Investor sebelumnya, termasuk Tiger Global, Y Combinator dan ACE & Company, juga kembali ikut untuk putaran pendanaan ini bersama investor baru lokal, yakni BRI Ventures. Total pendanaan fintech telah mencapai lebih dari US$ 74 juta atau sekitar Rp 1,07 triliun.

“Kami bersyukur usaha yang kami lakukan selama ini juga dapat banyak bantuan dari para investor yang kami dapatkan selama ini, dan sekarang sudah lebih dari 250 ribu agen aktif tersebar di seluruh Indonesia. Dan kami sekarang sudah melayani lebih dari 10 juta masyarakat setiap bulannya. Pertumbuhan transaksi Payfazz dari tahun 2019 ke 2020 mencapai lebih dari dua hingga tiga kali lipat dengan rata-rata nilai transaksi Rp 1 triliun per bulan,” klaim Hendra.

Tak cukup puas sampai di situ, beberapa rencana pengembangan lain juga siap dilakukan Payfazz, terutama untuk mengembangkan produk dan layanan bagi masyarakat unbanked serta dapat memperluas pasar hingga ke regional Asia Tenggara.

“Kami akan fokus dahulu untuk mengembangkan produk dan layanan bagi masyarakat unbanked serta untuk rencana pengembangan lain. Kami berharap dapat memperluas pasar hingga ke regional Asia Tenggara. Ke depannya bisnis ini bisa berkelanjutan dan bisa mewujudkan visi perusahaan. Targetnya bisa semakin berkembang dan semakin banyak yang menggunakan Payfazz,” tutup Hendra.

 

===============+======

Hendra Kwik

================+=====

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version