youngster.id - Teknologi digital menjadi jawaban bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam menghadapi situasi sulit seperti pandemi. Namun masih banyak UMKM konvensional seperti pedagang kaki lima dan pedagang pasar yang kesulitan untuk go digital. Kondisi ini coba dipecahkan oleh Titipku, platform marketplace yang fokus membantu UMKM dan pedagang tradisional dengan layanan digital.
Berdasarkan data BPS 2019, Indonesia memiliki 15,657 pasar tradisional. Menariknya, digitalisasi melalui pemanfaatan e-commerce oleh para pedagang pasar merupakan inovasi yang terbukti sangat membantu dan memudahkan transaksi jual beli para pedagang selama pandemi.
Untuk itu pemerintah terus mendorong untuk mempercepat digitalisasi pada 1.000 pasar rakyat dan 1 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia pada 2022-2024. Peluang ini ditangkap oleh Titipku.
“Kami hadir untuk membantu pedagang pasar dan pelaku usaha mikro untuk bisa terhubung langsung ke masyarakat konsumen. Semua pedagang di pasar yang menjual kebutuhan masyarakat, seperti sayur, buah, dan daging, satu per satu kami rekrut untuk menjadi mitra. Kini kami mendigitalkan pasar tradisional agar lebih mempermudah layanan,” kata Henri Suhardja, CEO dan Co-founder Titipku saat dihubungi youngster.id.
Henri menegaskan, Titipku merupakan platform marketplace jasa titip belanja pasar tradisional Indonesia yang didirikan di Yogyakarta pada 2017.
“Sesuai tagline kami yang berbunyi ‘Me Time Jalan Terus, Belanja Kita yang Urus’ kehadiran Titipku mempermudah pengguna untuk melengkapi kebutuhan dapurnya dan membantu sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk tetap tumbuh,” papar Henri.
Menurut pemuda asal Yogyakarta, saat ini Titipku mengusung konsep marketplace 3.0 yang mewadahi bertemunya penjual dan pembeli atau quick plus. “Sebagai marketplace personal shopper, kami juga membuat pelanggan dan pedagang agar memiliki hubungan yang baik,” katanya.
Untuk itu, selain memajukan UMKM, Henri menegaskan, Titipku bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan merekrut mereka sebagai mitra Jatiper. “Saat ini, kami telah memiliki lebih dari 200 Jatiper yang tersebar di seluruh pasar yang telah bermitra dengan Titipku,” tuturnya.
Saat ini, Titipku sudah tersedia di 100 pasar di wilayah Jabodetabek, Yogyakarta, Solo, Jawa Timur dan Bali. Mereka juga telah menggandeng 116.000 mitra pedagang dan UMKM yang tergabung dan 115.000 pengguna.
Hubungan Personal
Bisnis Titipku didirikan Henri bersama rekannya Ong Tek Tjan pada Desember 2016 di Yogyakarta. Menurut Henri, startup ini dimulai dengan konsep membantu bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terutama pedagang pasar tradisional.
Alumni Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP) UGM ini memang terdorong untuk membantu para pelaku UMKM yang dinilainya masih belum banyak tersentuh dalam hal pertumbuhan ekonomi.
“Saya melihat pedang pasar itu kurang mendapat dukungan untuk berkembang. Usaha mereka memang mikro, tetapi menyangkut kebutuhan masyarakat sehari-hari. Karena itu kami ingin bisa mendukung mereka untuk bisa berkembang lebih baik,” kata Henri.
Berbeda dengan e-commerce yang ada, Titipku memang fokus pada pedagang di pasar tradisional yang melayani kebutuhan masyarakat sehar-hari. Adapun langkah-langkah yang dilakukan Titipku untuk menggandeng pasar di antaranya adalah mengandalkan tim pasar Titipku untuk membangun hubungan secara personal dengan pedagang di pasar tradisional.
“Awalnya kami tidak langsung bikin aplikasi. Kami bekerja secara manual dengan menggunakan telpon dan Whatsapp. Saya menemui pedagang satu per satu mengajak mereka ikut dalam Titipku. Saya juga membagikan brosur ke masyarakat untuk bisa menggunakan layanan Titipku,” ungkapnya.
Langkah ini tentu tidak mudah. Tidak semua langsung percaya, dan banyak juga takut ditipu. Namun dengan pendekatan dan layanan yang baik masalah ini dapat teratasi.
“Kami juga mengandalkan komunitas. Dengan komunitas yang baik, pedagang pasar dapat merekomendasikan kami kepada kawannya agar mau bergabung. Kami juga kerap mengadakan sejumlah event yang melibatkan pedagang pasar,” lanjutnya.
Setelah merasakan manfaat dari layanan ini, para pedagang pun menyebarkan hal ini dari mulut ke mulut. Sehingga mulai banyak yang menggunakan. Titipku pun mulai memanfaatkan pihak ketiga yang mereka sebut sebagai Jatiper. Mereka adalah pelaku jasa titip belanja, seperti membelikan sembako dari para UMKM, bisa pedagang pasar atau usaha kecil lainnya.
“Caranya anak muda diajak untuk mengunggah aplikasi Titipku. Mereka bisa menjadi pembeli, jasa titip, maupun penjelajah. Semacam mempromosikan UMKM,” ungkap Henri.
Menurut pemuda berusia 29 tahun itu, dengan mengusung konsep marketplace 3.0 pihaknya juga membuat pelanggan dan pedagang agar memiliki hubungan yang baik. Begitupun dengan kurir Jatiper. Jadi, mitra akan memiliki jiwa pelayanan. “Kami bina dari awal mengenai cara melayani yang baik,” ucap Henri.
Tidak hanya sebagai mitra, pihaknya juga membimbing kurir Jatiper untuk memiliki mental pengusaha. “Dengan mengenali pelanggan dan membangun hubungan dengan suplier penjual, kami akan melatih para Jatiper menjadi bagian dari UMKM ke depannya. Inilah harapan kami. Proses belanja dan mengantarkan pesanan adalah untuk menjadi pengusaha,” terang Henri, bersemangat.
Titik Balik
Setelah pasar mulai tumbuh, barulah Titipku membangun aplikasi. Alhasil, ketika Pandemi Covid-19 merebak di Indonesia, pertumbuhan pengguna Titipku pun langsung melesat cepat. Bahkan Titipku ekspansi ke Jakarta. Mereka kembali masuk ke pasar-pasar untuk memperkenalkan Titipku. Untuk tahap awal, pasar yang mereka sasar adalah Pasar Mandiri, Pasar Hybrida, dan Pasar Sunter yang ada di Jakarta Utara. Kemudian, Pasar Tomang Barat dan Pasar Kopro di Jakarta Barat.
Konsep unik Titipku langsung mendapat respons positif. Buktinya, sepanjang 2020, transaksi penjualan dari Titipku meroket hingga 700% dibanding pencapaian selama tahun 2019.
Bahkan sejumlah pengembang properti seperti Agung Sedayu dan Sumarecon pun menggandeng Titipku untuk layanan di pasar modern mereka. Sehingga akhirnya pada awal 2021 Titipku pun gencar ekspansi di Jakarta dan sekitarnya. Perkembangan di Jakarta dan sekitarnya membuat akhirnya semua tim di Jogja pun diboyong ke Jakarta dan membuka kantor di BSD.
Menurut Henri, meningkatnya bisnis Titipku di Jakarta tidak terlepas dari masyarakat ibu kota yang sudah melek akan digital.
“Ketika di Jogja, kami sudah mengedukasi UMKM, para pedagang dan masyarakat di sana, hanya saja memang membutuh pendekatan yang berbeda. Kalau di Jakarta ini penduduknya lebih padat, dan heterogen, banyak anak muda, rumah tangga muda yang memang sudah melek digital. Dengan hadirnya Titipku di tengah-tengah kesibukan mereka, tentu ini sangat membantu mereka,” ucap Henri.
Berkat pertumbuhan yang pesat, Titipku dianugerahi penghargaan Australia Awards in Indonesia Short Term Startup Ecosystem 2019. Startup ini juga terpilih masuk dalam program akselerasi Y Combinator, akselerator startup yang sudah melahirkan banyak perusahaan ternama seperti Airbnb, Dropbox, Instacart, dan Twitch.
Menurut Henri salah satu titik balik kebangkitan Titipku dimulai saat pihaknya mengikuti program inkubator startup dari Amerika Serikat yaitu Y Combinator 2021. “Kami sempat pesimis dapat diterima. Ternyata kami lolos menjadi startup ke-11 dari Indonesia yang berhasil lolos dalam program ini dan kami sangat bersyukur,” jelasnya.
Menurut Henri, menyandang alumni YC membuat Titipku lebih dipercaya oleh orang luar, termasuk investor. Selain itu mereka mendapat pelajaran berharga. “Pelajaran itu sangat simpel, yakni ‘stay alive and stay sane’. YC mengharapkan seluruh startup yang masuk ke program YC bisa terus bertahan dan tidak mati. Selain itu, mereka juga berharap bahwa perusahaan-perusahaan ini tetap waras. Waras di sini artinya tiap perusahaan harus memegang teguh value mereka dengan kuat dan tidak mudah terdorong arus tren yang mungkin dibentuk oleh para kompetitor. Pelajaran ini betul-betul saya dan rekan kerja di Titipku terapkan,” ungkapnya.
Kini Titipku telah melebarkan sayap dari Yogyakarta ke Jabodetabek, Solo, Jawa Timur dan Bali. “Untuk target jangka pendek kami ingin bisa menjangkau 1.000 pasar tradisonal di Jawa dan Bali pada 2022. Sedang untuk jangka panjang, kami berharap bisa menggandeng 16.000-17.000 pasar yang ada di seluruh Indonesia,” pungkas Henri dengan optimis.
======================
Henri Suhardja
- Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 1993
- Pendidikan Terakhir : Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP) UGM
- Usaha yang dikembangkan : Membuat platform marketplace yang fokus membantu UMKM dan pedagang tradisional dengan layanan digital
- Nama Usaha : Titipku (PT Terang Bagi Bangsa)
- Mulai Usaha : Desember 2016
- Jabatan : CEO & Co-founder
- Jumlah Karyawan : 100 Orang
- Jumlah Mitra : sekitar 116.000 pedagang dan UMKM (hingga Juni 2022)
- Jumlah Pengguna : sekitar 115.000 (hingga Juni 2022)
Prestasi :
- Australia Awards in Indonesia Short Term Startup Ecosystem 2019
- Startup Y Combinator 2021
==========================
STEVY WIDIA