Irzan Raditya : Pulang Ke Tanah Air Demi Membuat Solusi

Irzan Raditya, CEO dan founder kata.ai (Foto: Stevy Widia/Youngsters.id)

youngster.id - Tinggal di luar negeri dengan kehidupan yang nyaman, dan penghasilan yang besar ternyata tidak selalu membuat betah. Buktinya, Irzan Raditya, setelah 8 tahun tinggal di Jerman dia memutuskan untuk pulang ke Tanah Air. Di sini dia mengejar mimpi untuk membangun sesuatu yang dapat memberi solusi dan berdampak besar bagi negeri kelahirannya Indonesia.

Pemuda berperawakan kecil yang ramah dan murah senyum ini adalah founder dan CEO YesBosss, startup yang menyediakan layanan virtual assistan untuk semua permintaan. Bisnis ini baru dibangun Irzan pada tahun 2015. Pasalnya selama delapan tahun dia bermukin di Jerman.

“Saya kalau pulang liburan selalu melihat Jakarta ini kota besar, hectic, macet di mana-mana. Saya jadi berpikir, andaikata kita punya waktu lebih dari 24 jam, andaikata bisa melakukan lebih banyak hal dalam satu hari. Andaikata punya asisten. Dan terpikir untuk mencari solusi akan masalah ini,” ungkap Irzan kepada Youngsters.id.

Panggilan untuk membuat solusi akan masalah di Tanah Air membuat Irzan memutuskan untuk pulang dan mendirikan YesBosss. Sebelumnya selepas SMA, Irzan telah tinggal di Jerman. Pada 4 tahun pertama dia kuliah di The Hochschule für Technik und Wirtschaft  atau HTW Berlin University. Di sana ia belajar computer science dan mobile application. Kemudian 4 tahun berikutnya dia bekerja sebagai mobile app developer di Zalando, anak perusahaan Rocket  Internet. Kemudian menjadi Head of mobile product di Takeaway.com, sebuah jasa layanan antar online terbesar di Eropa yang beroperasi di 11 negara.

“Saya melihat ada kesempatan besar untuk membangun sesuatu yang impactful di Indonesia, maka dari itu saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan berkomitmen mengoperasikan YesBosss secara full-time,” ungkap pemuda kelahiran 11 Desember 1988 itu.

Dia membangun startup yang mengusung konsep conversation commerce. Konsep ini tengah menjadi tren di peta startup dunia karena menjadi asisten virtual yang mempermudah kegiatan sehari-hari. Lewat YesBosss, Anda akan dapat aneka layanan dan jasa untuk memudahkan kegiatan sehari-hari. Mulai dari pemesanan makanan, reservasi restoran, berbelanja, dan sebagainya.

“Hidup di Jerman dimana kultur masyarakatnya sangat tepat waktu dan efisien dalam melakukan berbagai hal, membuat saya belajar bahwa waktu itu sama berharganya dengan uang. Dan saya kembali ke Indonesia membawa YesBoss agar dapat membantu dan mengingatkan bahwa betapa berharganya waktu yang kita miliki,” kata Irzan.

Untuk mengembangkan YesBoss ini Irzan menggandeng dua rekannya Christian Franke (Chief Operation Officer), dan Wahyu Wrehasnaya  (Chief Customer Officer) dan Reynir Fauzan  (Chief Marketing Officer). Mereka mulai membangun YesBosss pada Juni 2015 di Jerman dan meluncurkan di Indonesia pada September 2015.

Hebatnya, dalam kurun waktu singkat YesBosss sudah mendapat 40.000 register user dan memproses 90% request. Bahkan, baru-baru ini, mereka mengakuisisi startup penyedia asisten pribadi virtual asal Filipina bernama HeyKuya, milik Machine Ventures.

 

Musik dan Teknologi

Kesuksesan yang diraih YesBoss dalam waktu singkat itu bagi Irzan bukan hasil instan. Jalan panjang telah dia lalui sebelum memulai sebagai technopreneur.

Sejak kecil Irzan memang sudah bersentuhan dengan dunia teknologi dan musik. Sang ayah yang bekerja di Motorola kerap membawa gadget ke rumah. “Masih membekas di ingatan, ketika ayah saya mengenalkan saya dengan komputer, bahkan gadget. Masih ingat ketika beliau membawa handphone yang tentunya belum masuk ke saku, tapi ada di rumah,” kenangnya.

Di sisi lain Irzan juga suka dengan musik. Semasa SMP pemuda yang pandai bermain gitar dan bas itu jadi anak band. Berbarengan dengan itu, dia juga menggemari game dan teknologi. “Semasa SMP saya sudah merasakan internet broadband. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk menjual jasa bot dari game Ragnarok Online,” ujarnya.

Hasil dari menjual jasa bot ini ternyata lebih dari cukup untuk menambah uang saku bagi seorang anak SMP. Selain itu, aktivitas Irzan yang juga berbau teknologi adalah hacking. “Saya ingat waktu itu sudah era Playstation 2, tapi saya masih punya Playstation 1. Ada game WWE Smackdown yang karakternya ada di PS2 tapi saya hack supaya bisa ada di versi PS1,” ujarnya seraya tertawa.

Sadar akan ketertarikannya terhadap programming, ia mulai mempelajari ilmunya secara lebih serius. Karena itu penggemar Blink 182 ini memutuskan untuk kuliah ke Jerman. Demi cita-cita itu, Irzan mengikuti kursus bahasa Jerman 500 jam, dan akhirnya lolos kuliah gratis di Berlin.

Namun dunia musik tidak ditinggalkan. Di Jerman, Irzan sempat kembali main band bersama Not Called Jinx. Bahkan, ia sempat tampil di festival musik Java Rockin Land 2010 dan tur ke berbagai kota di Indonesia dan Jerman. Namun dia akhirnya memutuskan untuk serius menekuni kuliah. “Saya menyadari saya seorang mahasiswa yang ketika itu masih kuliah dan itu harus saya selesaikan,” kisahnya. Dia juga berhasil menyelesaikan kuliah dengan spesialisasi aplikasi dan programming murni dengan lulus tepat waktu, (2009-2012).

 

Irzan Raditya, CEO dan founder YesBoss (Foto: Stevy Widia/Youngsters.id)
Irzan Raditya, CEO dan founder YesBoss (Foto: Stevy Widia/Youngsters.id)

 

Bukan Kebetulan

Berbagai peristiwa itu, menurut Irzan, terjadi bukan kebetulan, tetapi ada alasan. “Saya ketemu sama tunangan saya karena nge-band, kalau dulu saya nggak ngeband rasanya nggak bisa menjalankan startup. Belajar marketing dari mana? Ya itu dari ngeband, tahu caranya cari sponsor, jualan produk,” papar pengagum Steve Jobs dan Tom Delonge ini.

Bukan kebetulan juga ketika usai kuliah Irzan tidak langsung mendirikan startup tapi bekerja di berbagai perusahaan. Dari sana dia menerapkan peribahasa “sambil menyelam minum air”, yakni menimba ilmu sambil membangun startup. “Menyenangkan bekerja di perusahaan besar. Tapi, di sisi lain, saya juga suka mendesain dan jualan. Terlepas dari itu semua, saya suka merancang sesuatu daripada diminta membuat sesuatu,” ungkapnya.

Ada empat startup yang dibangun Irzan di masa itu, yaitu Amplitweet, Cape & Fly, STYYLI, dan Rumah Diaspora. Sayangnya, keempat startup itu layu sebelum berkembang.

Menurut  Irzan, Amplitweet, layanan tweet to download bagi musisi itu dia lepas karena tidak punya tim untuk mengelola. Apalagi saat itu dia juga masih bekerja. Sedang Cape & Fly adalah cloting line yang dibuat karena hobinya pada sosok superhero. Bisnis itu juga ditutup karena kesibukannya sebagai mahasiswa dan jarak tempuh Jakarta dan Jerman.

Sementara dua startup lainnya memberikan pengalaman yang berbeda bagi Irzan. STYYLI awalnya dibuat sebagai aplikasi fashion. Sayang produknya tidak pernah diluncurkan. Pasalnya, ketika mengembangkan STYYLI, yang terjadi proyek outsource diberikan kepada orang yang salah. sehingga hasilnya tidak sesuai harapan. Sedangkan Rumah Diaspora akhirnya menjadi proyek sosial setelah kini ditangani Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).

“Semuanya adalah pengalaman terbaik bagi saya. Apa yang saya capai sekarang, mungkin tidak akan pernah terwujud tanpa melewati beragam fase tersebut,” kata Irzan.

 

Yang Pertama

September 2015 YesBosss dirilis. Nama YesBoss dipilih, menurut Irzan, karena filosofi startup ini adalah sebagai assistant dan semua pengguna itu bos. “Siapapun pakai aplikasi ini jadi bos, dengan slogan ‘Your Time Matters’, karena waktu itu sangat berharga,” ucapnya.

YesBoss menggunakan Human Assited Artificial Intelligence (HAAI). Kolektor komik dan action figure Star Wars, Marvel dan DC Comics ini mengklaim bahwa startup ini adalah conversational commerce pertama di Indonesia. “Conversational commerce itu sebenarnya tren yang cukup baru, ya. Dan kebetulan YesBosss yang pertama di Indonesia. Kami ingin memberikan solusi real bagi market Indonesia,” kata Irzan penuh semangat.

Saat ini, YesBoss bermitra dengan lebih dari 30 startup local. Di antaranya Foodpanda, Go-Jek, HappyFresh, Nusatrion, Raja Karcis, dan sebagainya. Menurut Irzan, dengan banyaknya pilihan layanan dalam bentuk aplikasi mobile, YesBoss memberikan pengalaman konsumen yang dipenuhi kemudahan.

“Saya orang Indonesia, karena itu saya memadukan pengetahuan dari Jerman disesuaikan dengan market knowledge. Orang Indonesia itu suka sesuatu yang gampang dan malas cari tahu. Karena itu YesBosss cocok. Jika Anda ingin membeli tiket pesawat, menonton film di bioskop, memesan makanan, atau mengirimkan bunga, semuanya bisa dilakukan hanya dengan mengirimkan pesan kepada YesBoss,” jelasnya.

Untuk demografi YesBosss menargetkan usia 25-40 tahun, profesional, pekerja karir, sibuk, tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya.  “Ke depannya kami sedang menyiapkan Artificial Intelligence juga menggunakan Natural Language Processing, but it is still far ahead, one step at a time. Pada akhirnya, kami pun tidak akan menghilangkan posisi CSR di sini, karena kami percaya pelayanan manusia+AI itu yang akan membentuk masa depan,” ucap Irzan.

Irzan mengakui tantangan pertama dalam membangun bisnis ini adalah modal. Tetapi di bulan ke empat, YesBoss langsung mendapat pendanaan dari 500 Startups dari Silicon Valley, IMJ Investment Partners dari Jepang, dan Convergence Ventures dari Indonesia.

Meski mulai menuai sukses, Irzan mengaku setiap malam selalu tidur dalam dua kondisi yang berbarengan. “Excited dan deg-degan itu pasti. Pernah di suatu malam sistem kami gangguan selama 8 jam, dan itu seperti one of the longest nights in my life,” ujarnya.

Dia ingin menjadikan startup ini berkembang dan go internasional. Oleh karena itu pada Februari 2016 YesBosss mengakuisisi startup penyedia layanan asisten pribadi virtual asal Filipina bernama HeyKuya. Menurut Irzan itu akan membuka peluang pertumbuhan pengguna pada skala regional.

Conversational commerce di Asia Tenggara adalah the next big thing dan kami percaya bahwa salah satu kunci untuk menjadi juara dalam ranah conversational commerce di Asia Tenggara adalah dengan berkolaborasi,” tutur Irzan.

Irzan percaya model bisnis baru akan mudah dikembangkan seiring berjalannya waktu. Meski demikian, sebagai pebisnis, Irzan mengaku siap menghadapi berbagai perubahan kondisi. “Saya percaya pada kekuatan sang pencipta. Selain tentunya kami berusaha semaksimal mungkin. Juga, restu orang tua,” pungkasnya.

 

=======================================

Irzan Raditya Bsc

Prestasi :

========================================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version