Markus Kevin dan Bravtyo Takwa Pangukir : Bangun Platform Kesehatan Keuangan Keluarga Muda

Markus Kevin bertindak sebagai CEO & Co-founder Pocket, dan Bravyto Takwa Pangukir (berkacamata), bertindak sebagai CTO dan Co-founder Pocket (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Literasi Keuangan adalah kebutuhan yang diperlukan seseorang, agar mereka dapat terhindar dari masalah-masalah keuangan. Kemampuan individu dalam menilai dan membuat keputusan yang efektif mengenai keuangan pribadi merupakan salah satu perilaku ekonomi dan hal tersebut juga berguna untuk mengatur keuangan keluarga.

Di Indonesia, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 menyebut jika indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia berada di angka 49,68%, sedangkan inklusi keuangan sebesar 85,10%.

Angka ini menunjukkan peningkatan besar jika dibandingkan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dijalankan pada 2019. Pada 3 tahun lalu, indeks literasi keuangan 38,03% dan inklusi keuangan 76,19%.

Meski demikian, capaian literasi keuangan di Indonesia dinilai masih kalah dibanding negara lainnya di Asia. Pasalnya, literasi keuangan masyarakat terhadap lembaga jasa keuangan, kebanyakan didominasi oleh industri perbankan. Misalnya pensiunan, perusahaan sekuritas, asuransi, pasar modal, asuransi maupun pegadaian.

Untuk membangun literasi keuangan sejak dini, sekaligus mendemokratisasi akses pembayaran digital bagi generasi muda, Markus Kevin dan Bravyto Takwa Pangukir mendirikan Pocket. Ini adalah platform manajemen kesehatan keuangan bagi keluarga muda.

“Kami menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah di lanskap perbankan tradisional saat ini untuk  menghilangkan kesenjangan dan menuju inklusi keuangan melalui teknologi modern,” kata Markus, Co-founder dan CEO Pocket kepada youngster.id.

Platform Pocket ini didirikan pada Oktober 2021. Sederhananya, Pocket adalah kartu virtual dan fisik prabayar dengan kemampuan saldo digital untuk membantu orang tua modern mengelola keuangan.

Platform ini memiliki kapabilitas pelacakan transaksi, pemisahan akun yang dapat terhubung satu sama lain dan sepenuhnya digital, dimana setiap anggota keluarga bisa melakukan deposit uang dan menabung. Juga, keluarga bisa melakukan pembayaran secara digital menggunakan kartu debit virtual dan kartu debit fisik yang dapat dikelola oleh orang tua dan digunakan oleh tanggungan, biasanya anak-anak usia sekolah dan remaja.

Selain itu, akun digital dan kartu yang terhubung akan dengan mudah dialokasikan ke anggota keluarga dengan pembatasan pembayaran, dapat melihat pelaporan dan juga analitik. “Pocket memiliki kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Teknologi dan Riset untuk meningkatkan literasi finansial Indonesia yang secara spesifik akan membantu orang tua, guru dan anak,” tambah Markus.

 

Pecahkan Masalah

Kedua founder Pocket ini memiliki pengalaman yang dalam pada bidang product management dan software engineering.  Markus selama enam tahun terakhir ini melanglang buana di startup unicorn Indonesia seperti tiket.com dan Bukalapak sebagai product manager.

“Saya Senang bekerja di lingkungan di mana orang-orang berkembang, memecah masalah, dan memaksimalkan kecerdasan kolektif mereka,” kata lulusan Computer Science BINUS University itu.

Sementara Bravyto, yang bertindak sebagai CTO di Pocket, adalah rekannya waktu di Bukalapak dan merupakan lulusan S2 Teknologi Informasi UI. Keduanya memiliki pengalaman yang dalam pada bidang product management dan software engineering.

Menurut Markus, hadirnya Pocket didasari oleh dua masalah. Pertama, rekening perbankan gabungan tradisional tidak dirancang untuk diakses dan dipersonalisasi secara mandiri. “Seringkali, perbankan tradisional hanya menawarkan satu kartu debit dan membutuhkan proses panjang dan rumit untuk melakukan pendaftaran,” katanya.

Kedua, akses anak-anak ke perbankan dan literasi keuangan menjadi penghalang bagi keuangan keluarga yang sehat dan ideal. Dalam kebanyakan kasus, anak-anak tidak memiliki akses ke perbankan, sehingga orang tua perlu memberikan rekening bank atau uang tunai miliknya tanpa kendali atas jumlah dan kebiasaan pengeluaran.

“Sebagian besar orang tua juga belum memiliki kesadaran untuk mengajari anak-anak mereka dalam mengelola pengeluaran dan melakukan penganggaran. Hal ini mengakibatkan munculnya isu bahwa anak-anak hanya diarahkan untuk menyimpan uang jajannya tanpa benar-benar memahami konsep pengelolaan uang dan menciptakan kebiasaan belanja yang baik,” ungkapnya.

Untuk itulah mereka mengembangkan Pocket, kartu virtual dan fisik prabayar dengan kemampuan saldo digital untuk membantu orang tua modern mengelola keuangan keluarga mereka. Pocket memungkinkan pembuatan akun yang dapat dilacak, dipisahkan, dan sepenuhnya digital, di mana pengguna dapat mengalokasikan akun digital ke setiap anggota keluarga untuk memiliki, menyimpan, dan membelanjakan uangnya masing-masing.

Setiap akun digital juga dilengkapi dengan kartu virtual dan fisik prabayar yang aman dan mendukung transaksi QRIS yang tersedia di lebih dari 20 juta merchant di seluruh Indonesia. Setiap keluarga juga dapat mengelola dan mempersonalisasi akun berdasarkan batas pengeluaran dengan visibilitas yang jelas melalui laporan dan analitik penggunaan untuk setiap individu.

“Dengan begitu, setiap keluarga juga dapat mengelola dan mempersonalisasi akun berdasarkan batas pengeluaran dengan visibilitas yang jelas melalui laporan dan analitik penggunaan untuk setiap individu,” kata Markus.

 

Pocket - Aplikasi Keuangan Keluarga
Meski terbilang baru, tetapi saat ini Pocket telah mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 2,5 kali dan 3 kali dari bulan ke bulan dalam pengguna baru dan Total Purchasing Value (TPV) secara berurutan. Baru-baru ini Pocket juga telah menerima pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh East Ventures. (Foto: Ilustrasi)

 

Pendanaan

Meski terbilang baru, tetapi saat ini Pocket telah mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 2,5 kali dan 3 kali dari bulan ke bulan dalam pengguna baru dan Total Purchasing Value (TPV) secara berurutan.

Pocket juga aktif bekerja sama dengan bank lokal untuk melengkapi ekosistemnya, berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Selain itu, Pocket telah dan akan berkolaborasi dengan lebih dari 100 sekolah (dengan fokus sekarang di daerah Jabodetabek) untuk meningkatkan literasi keuangan anak-anak melalui konten edukatif, serta meningkatkan akses keuangan di Indonesia. Pocket juga telah terdaftar dan diawasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Bank Indonesia.

Potensi ini menarik investor untuk mengucurkan dana. Baru-baru ini Pocket telah menerima pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh East Ventures. Menurut Markus, dana ini akan dialokasikan pada penetrasi produk dan jumlah pengguna. Pocket juga akan berinvestasi dalam mengembangkan layanan serta penawaran yang dihadirkan untuk melengkapi ekosistem platform.

“Kami percaya pendanaan ini bisa menjadi penggerak kuat visi kami untuk mendemokratisasikan akses pembayaran digital untuk generasi muda dan membangun literasi keuangan sejak dini,” pungkas Markus.

 

=======================

Markus Kevin

=========================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version