youngster.id - Kemajuan dunia teknologi yang terus berkembang setiap hari membuat bisnis harus beradaptasi agar tidak ketinggalan. Hal ini juga berlaku untuk pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satu transformasi digital bagi UMKM yang penting adalah dalam mengelola sistem keuangan dari konvensional menjadi modern.
Sistem yang sedang marak yang memudahkan mengelola kasir adalah aplikasi Point of Sale (PoS). Teknologi ini adalah pengganti mesin kasir dengan fitur lebih lengkap dan harga lebih terjangkau. Selain itu, aplikasi PoS juga tersambung ke komputasi cloud sehingga semua transaksi yang terjadi di toko tersimpan dengan baik.
Menariknya, aplikasi kasir ini tidak hanya bisa dioperasikan di pusat perbelanjaan saja, tapi turut digunakan di restoran maupun bisnis skala menengah ke bawah lainnya. Sehingga, semua pelaku bisnis bisa menggunakan aplikasi POS. Inovasi kasir digital telah terbukti mampu memudahkan sekaligus menyederhanakan proses transaksi, terutama untuk pelaku UMKM.
Layanan ini yang menjadi andalan dari Qasir.id. Menurut Co-founder & CEO Qasir Michael Djohan Williem, layanan aplikasi kasir mikro ini untuk memberikan solusi secara mudah bagi pelaku UMKM yang ingin menggunakan sistem aplikasi kasir secara online, mudah dan cepat.
“Kami mengembangkan inovasi agar pelaku UMKM, termasuk petani dan nelayan punya akses terhadap teknologi pengelolaan finansial ini. Ini sesuai dengan misi dan visi kami, yaitu ingin memberikan kesempatan yang sama untuk pelaku UMKM,” ungkap Michael kepada youngster.id saat ditemui di Co Hive Menara Mandiri kawasan Sudirman Jakarta baru-baru ini.
Startup yang beroperasi sejak April 2015 ini menargetkan 1,6 juta pengguna pada akhir tahun ini. Selain meningkatkan jumlah pengguna, perusahaan ingin memperluas cakupan layanan pada tahun ini. Untuk memperluas cakupan pengguna, Qasir berencana menyediakan layanan khusus untuk sektor usaha mikro pada tahun ini. Misalnya, penjahit hingga pemilik usaha potong rambut (barbershop) bisa menggunakan platform kasir mereka.
Menurut pria berperawakan gemuk yang akrab disapa Mike ini, sejauh ini jika bicara UMKM, yang tersentuh barulah usaha kecil dan menengah. Sedangkan usaha mikro belum. “Jadi kami hadir untuk usaha mikro. Tantangan terberatnya adalah adopsi, makanya di sini kami kasih solusi-solusi dengan teknologi yang lebih mudah,” ungkapnya.
Apalagi, ada sekitar 58 juta unit usaha mikro di Indonesia pada 2018. Menurut Mike, hal itu merupakan pasar potensial. Pada akhir tahun lalu, Qasir juga sudah meluncurkan aplikasi Miqro. Platform itu terpisah dari aplikasi Qasir, karena penggunaannya khusus untuk pelaku usaha mikro. Sedangkan aplikasi Qasir untuk usaha skala kecil dan menengah.
Pengguna aplikasi Miqro mencapai 16 ribu pada akhir tahun lalu. Nilai transaksinya mencapai Rp 42 miliar.
Adopsi
Aplikasi Qasir ini diproduksi oleh PT Solusi Teknologi Niaga yang berfokus untuk para pelaku usaha, khususnya usaha mikro. Tercatat pada tahun 2019, aplikasi Qasir telah menjangkau kurang lebih 700 ribu pengguna di 500 kota di Indonesia.
Ini masihlah sangat kecil dari jumlah UMKM yang ada. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) jumlah UMKM yang ada di Indonesia, yakni 59,2 juta. Dan yang sudah memanfaatkan platform online dalam memasarkan produk sekitar 3,79 juta.
Pertumbuhan Qasir terbilang pesat. Di awal hadir, Qasir baru digunakan oleh 5 ribu users. Menurut Mike, tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah adopsi teknologi bagi para pelaku usaha mikro. “Di situlah kenapa dalam solusi yang kami berikan selain teknologi yang jauh lebih mudah, adalah pendampingan penggunaan yang kadang tidak ada hubungannya dengan teknologi. Banyak banget pelatihan yang tujuan sebenarnya hanya memberi tahu mereka bahwa penyetoran omzet setiap harinya ke bank itu sangat penting,” ungkap pria yang pernah berkecimpung di dunia e-commerce itu.
Saat ini aplikasi Qasir ini dapat digunakan oleh siapa saja hanya dengan mengunduh aplikasi secara gratis bagi pengguna iOS dan Android. Untuk menunjang para pelaku usaha, khususnya mikro, mereka pun terus meluncurkan fitur baru.
Selain layanan PoS, Qasir juga punya fitur belanja grosir. Ada 25 agen yang bergabung dengan Qasir yang menyuplai ke 15.000 UMKM di Jabodetabek, Bandung, Malang dan Denpasar. Sejauh ini para pengguna Qasir kebanyakan berasal dari UMKM bidang makanan dan minuman, jasa, ritel dan lainnya. Dan mulai tahun ini, startup ini bakal mengoptimalkan layanan ke pebisnis jasa. Contohnya usaha salon, jahit dan barbershop.
Bahkan, mereka bekerjasama dengan Menkominfo mengembangkan akses pelayanan pengelolaan keuangan bagi nelayan di kawasan Natuna. Menurutnya, pemerintah memiliki program untuk memberikan akses internet di tempat-tempat terpencil dan terluar seperti Natuna.
Dengan akses dan proyek tersebut, pemerintah bisa menghitung produk domestik bruto daerah, juga data pendapatan masyarakat. Namun Mike enggan mengemukakan hasil proyek yang sudah dilakukan sejak akhir tahun 2019 tersebut.
“Mayoritas penggunanya bukan nelayan secara langsung, tapi semacam pengepul yang mencatat kinerja mereka,” katanya.
Dengan pencatatan finansial yang lebih rapi, maka nelayan bisa mendapat gambaran terkait kondisi ekonomi dan finansial keluarga. Yang akhirnya akan menjadi gambaran dan data kondisi keuangan nelayan di Natuna bagi pemerintah.
Meskipun layanannya tidak dipungut biaya, Mike mengungkapkan, saat ini pendapatan bagi Qasir salah satunya datang dari penjualan alat atau perangkat seperti cash drawer, alat kasir, kertas roll kasir, dan live training. Kisaran harga mulai dari Rp 3,5 juta sampai Rp 6 juta untuk mendapatkan paket lengkap layanan kasir.
“Sumber pendapatan kami salah satunya datang dari penjualan perangkat, sampai live training. Bersyukurnya, sekarang jumlah transaksi sudah mencapai 10 miliar, jadi sudah 15 ribu unit usaha lebih yang sudah kami bantu. Sekarang mereka sudah membeli lewat Qasir. Mudah-mudahan kami masih dapat maintain sampai 15% hingga 20 % per bulannya,” kata Mike.
Persaingan dan Inspirasi
Qasir terus memaksimalkan layanannya, termasuk dalam hal pembiayaan. Jenis layanan ini sudah mulai beroperasi sejak kuartal IV 2019 yang sudah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 500 juta ke UMKM.
Mike menjelaskan pembiayaan tersebut bukan dalam bentuk uang melainkan berbentuk produk yang bisa dijual oleh UMKM. “Kami sudah bekerjasama dengan tekfin Qazwa, Koin Works, dan nantinya dengan Investree dan Alami Syariah,” klaimnya.
Manajemen Qasir menargetkan rencana bisnis ini bisa lancar. Secara keseluruhan, total transaksi layanan Qasir mencapai Rp 1,5 triliun pada akhir tahun lalu. Startup ini menargetkan transaksi tumbuh 15%-20% per bulan dalam dua tahun ke depan.
Diklaim Michael, Qasir sendiri sudah merambah hingga 500 kota di seluruh Indonesia termausk Papua. Beberapa user di luar negeri seperti Malaysia juga menggunakan Qasir.
Untuk pengembangan usaha, pada kuartal I dan II tahun ini Qasir tengah menggalang pendanaan seri B pada 2020. Sebelumnya mereka sudah mendapat pendanaan seri A dari investor lokal.
Mike juga menyadari bahwa layanan PoS sudah makin marak di Indonesia. Namun bagi dia, adanya persaingan usaha di bidang yang sama menjadi sebuah inspirasi untuk mengembangkan bisnis Qasir.id agar tetap berkelanjutan. Dengan inovasi dan selalu membuat pelaku UMKM naik kelas menjadi salah satu penyemangatnya untuk membuat startup dengn nama Qasir selalu dapat berkembang ke depannya.
“Persaingan usaha, pasti ada. Dan, kami pasti senang kalau ada, berarti market-nya tervalidasi dan demand-nya ada. Jadi untuk mengatasi persaingan banyak sekali sekarang inovasi yang kami lakukan dan saya percaya bahwa produk yang baik adalah market. Bisa saya bilang kalau produk kami bisa tumbuh secara organik menurut kami masalah dan solusinya sudah ketemu. Bagi saya persaingan seperti inspirasi, dan untuk menghadapinya kami terus berinovasi dan berkolaborasi,” jelas mantan Head of Product Design Tokopedia ini.
Mike menyebut saat ini pihaknya telah bekerjasama dengan beberapa fintech peer to peer lending untuk menyalurkan pembiayaan. Pembiayaan ini nantinya akan disalurkan bukan berupa dana, melainkan berupa produk atau barang yang dapat membantu usaha kecil meningkatkan penjualan mereka.
“Untuk mencapai tujuan itu kami juga sudah berkolaborasi dengan perusahaan fintech asal Indonesia seperti KoinWork, Kaswa dan Investree serta yang lainnya. Minimal pendanaan yang kami berikan bukan dalam bentuk dana, tapi dalam bentuk produk yang nilainya sebesar Rp 1 juta. Kalau usaha mereka meningkat ke depan kami akan memberikan tambahan nilai dana pastinya,” beber Mike.
Mike menegaskan mereka mempunyai target untuk tahun 2020 ini bisa bertumbuh secara konstan dengan 15% – 20 % pertumbuhan per bulannya dengan target 1,6 juta pengguna untuk tahun ini.
“Dalam waktu lima tahun lagi, kami berharap sudah punya ekosistem dimana semua orang bisa memilih mereka mau mempunyai usaha apa melalui Qasir. Mereka bisa mengelola usahanya secara murah karena aplikasinya yang gratis, dan mereka bisa mengembangkan usahanya hingga sampai membuka cabang. Simple-nya, tujuan kami adalah usaha mikro naik kelas,” pungkasnya.
=======================
Michael Djohan Williem
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Oktober 1987
- Pendidikan : Diploma Teknologi Informasi dari Informatic College, Singapura
- Usaha yang dikembangkan : mengembangkan aplikasi Point of Sale (PoS) untuk UMKM
- Mulai Usaha : Tahun 2015
- Nama Aplikasi : Qasir
- Jabatan : CEO & Co-founder Qasir.id
- Jumlah User : sekitar 200.000
========================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post