Pandu Adi Laras dkk. : Bangun Solusi Bisnis Showroom Terintegrasi di Indonesia

Co-founder Broom.id: Pandu Adi Laras (CEO), Pungky Wibawa (CBO), dan Andreas Sutanto (CFO) (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Pasar otomotif di Indonesia terlihat mulai pulih. Hal ini juga mendorong kembali minat pada peluang usaha dealer dan showroom. Kali ini, tak hanya bermodalkan uang dan lokasi strategis, perlu ada inovasi untuk bisa memenangkan pasar dan bertahan dalam persaingan. Untuk itu, teknologi menjadi solusi terbaik.

Patut diakui mobil telah menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, terutama sebagai sarana transportasi penunjang kemudahan dalam beraktivitas sehari-hari. Mulai dari transportasi untuk ke tempat kerja, mengantar anak sekolah, hingga untuk liburan bersama keluarga.

Tak heran, meski sempat terdampak Pandemi Covid-19 industri otomotif tetap bertumbuh. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mengungkapkan, sepanjang Januari 2022, penjualan mobil whole sales (pabrikan ke dealer) sebesar 84.062 unit. Angka ini lebih tinggi 58,88% (year-on-year, yoy) dibanding penjualan mobil whole sales Januari 2021 sebesar 52.909 unit.

Sementara itu, penjualan mobil retail (dealer ke konsumen) nasional mencapai 78.568 unit di Januari 2022. Capaian tersebut lebih tinggi 45,50% (yoy) dibanding penjualan mobil retail di Januari 2021 sebesar 53.997 unit. Tak heran jika GAIKINDO menargetkan penjualan mobil nasional di tahun ini dapat mencapai 900 ribu unit.

Seiring dengan pertumbuhan penjualan mobil baru, bisnis jual-beli mobil bekas juga ikut naik. Geliat bisnis showroom (diler) pun menjadi bagian yang tak kalah penting dari industri otomotif.

Peluang ini mendorong Pandu Adi Laras (CEO), Pungky Wibawa (CBO), dan Andreas Sutanto (CFO) mendirikan Broom.id, startup pembiayaan showroom mobil.

“Ketika pandemi sedang berada di puncaknya pada 2020, kami melihat dealer mobil bekas/showroom memiliki kebutuhan untuk mendapatkan working capital dan mereka juga sedang merasakan problem deadstock (stock yang belum terjual lebih dari 1 bulan). Melalui teknologi kami melihat bahwa problem ini dapat diselesaikan secara end-to-end,” ungkap Pandu selaku CEO dan Co-Founder Broom.id kepada youngster.id.

Menurut Pandu, dealer mobil di Indonesia umumnya bekerja dengan sangat tradisional, dengan sebagian besar penghitungan stok dilakukan di papan tulis. Saat mencoba online, dealer mobil bekas cukup sulit untuk menjual di platform dan menemukan pembeli yang tepat di lokasi mereka permasalahan ini menjadi peluang untuk membantu showroom mobil bekas melalui teknologi.

Pandu menjelaskan, Broom.id merupakan sebuah startup yang bertujuan untuk memberikan solusi digitalisasi untuk ekosistem mobilitas melalui layanan platform terintegrasi kepada para UMKM Otomotif untuk meningkatkan bisnisnya melalui inventory management, pelelangan mobil dan jual-beli mobil di marketplace. 

“Platform Broom.id memungkinkan diler UKM dapat mengelola inventaris, pembukuan keuangan, hingga mengelola berbagai instrumen penjualan mereka. Kami bertujuan untuk menjadi pusat bagi digitalisasi jaringan diler di Indonesia,” kata Pandu menegaskan.

 

Bisnis Tradisional

Pandu menjelaskan, nama Broom sesungguhnya merupakan singkatan dari “Bisnis Showroom.” Startup ini didirikan dengan dukungan modal awal dari beberapa angel investor, termasuk cofounder Kopi Kenangan dan Lummo.

Para pendiri Broom memadukan pengalaman ketiganya, baik itu di startup digital, FMCG, dan showroom, untuk mengembangkan teknologi dapat merevolusi industri ini. Pandu telah berkecimpung dalam industri mobilitas sejak 2016, ketika dia bekerja untuk Uber, sebelum bergabung di Go-Fleet. Sedang, Pungky adalah wirausahawan dan pemilik salah satu dealer BMW terbesar di Indonesia.

Sebelumnya mereka telah melihat kebutuhan para pengusaha showroom yang selama ini melakukan bisnis secara tradisional, dengan sebagian besar penghitungan stok dilakukan di papan tulis. Saat para dealer ini mencoba berjualan online, mereka kesulitan dalam menemukan pembeli yang tepat dan lokasi yang sesuai. Di sisi lain, untuk pembiayaan juga cukup menantang karena kurangnya dokumentasi. Selain itu, dealer mobil sering terlibat dengan rentenir.

“Untuk itu Broom berkomitmen terhadap kemajuan UMKM Otomotif di Indonesia melalui produk-produk digitalisasi yang terbarukan dan mengedepankan kolaborasi dalam ekosistem otomotif,” ujarnya.

Untuk saat ini produk Broom terdiri dari Broom Buyback dan Broom Express. Broom Buyback dan Broom Express merupakan produk yang memberikan solusi likuidasi untuk dead-stock inventory melalui skema buyback agreement yang dapat memudahkan para showroom mobil bekas untuk menjual mobilnya secara cepat dan dapat meningkatkan bisnisnya melalui uang yang didapat dari hasil penjualan mobilnya.

Pandu mengungkapkan, dengan bisnis model yang berbeda dengan platform digital otomotif sebelumnya, maka tantangan terbesar bagi Broom pada saat ini adalah proses akuisisi dan mengaktifkan mereka sebagai pengguna. Untuk itu, perusahaan melakukan langkah edukasi yang ekstra kepada calon mitra showroom mengenai konsep, solusi, dan keuntungan yang diberikan Broom.

Kemudian, pengguna harus melalui proses KYC sebelum platform Broom dapat mereka manfaatkan sepenuhnya.”Di tahun 2022 ini, Broom dalam proses ekspansi, baik dari peningkatan jumlah karyawan dan kantor cabang dengan tujuan memudahkan layanan bagi showroom untuk mengakses Broom secara langsung,” paparnya.

Berkaitan dengan itu pula, perusahaan terus berinovasi agar tetap menjadi pemain terdepan. Salah satu yang sedang dikerjakan adalah memberikan solusi dalam ketersediaan stok di bawah harga jual bagi mitra showroom, yaitu produk lelang digital. Produk ini diharapkan menjadi jawaban mengenai kesulitan showroom dalam mencari stok.

“Di luar produk, kami juga terus meningkatkan teknologi yang semakin mudah digunakan pengguna, penambahan jumlah karyawan dan kantor cabang di sekitar Jabodetabek,” ucapnya.

 

Pandu Adi Laras
Pandu Adi Laras, Co-founder & CEO Broom.id (Foto: Dok. Pribadi)

 

Pendanaan Baru

Broom terus berinovasi melalui berbagai kerja sama dengan pihak ketiga untuk memberikan layanan pada mitra dealer mereka. Startup ini terus berinovasi mendigitalisasi pembiayaan kredit mobil baru dan bekas melalui platform broom.id. Dengan proses persetujuan lebih cepat, diskon bunga dan administrasi, serta bunga terendah untuk konsumen.

Progres yang cepat ini yang menjadikan Broom meraih pendanaan awal senilai US$3 juta atau sekitar Rp 43 miliar pada Januari 2022 lalu. Pre-seed funding ini dipimpin oleh AC Ventures. Selain itu, terdapat Quona Capital dan beberapa angel investor ternama.

Pandu mengatakan, pelalui pendanaan segar ini, Broom berencana untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan dengan meningkatkan pengalaman pelanggan berbasis teknologi melalui produk dan layanan baru.

Untuk saat ini, Broom telah mengakuisisi lebih dari 2.000 showroom mobil bekas di wilayah Jabodetabek dan diharapkan jumlahnya akan terus bertambah. Melalui pendanaan pre-seed funding ini, Broom berencana untuk mengembangkan produk serta pelayanan kepada pelanggan, meningkatkan jangkauan wilayah keluar Jabodetabek dan meningkatkan jumlah karyawan pada akhir 2022 nanti.

Ke depan tentunya produk dan layanan Broom akan terus berkembang baik dari sisi jangkauan dan kualitas pelayanan yang bertujuan untuk membuat Broom menjadi pilihan utama bagi para UMKM untuk mengembangkan bisnisnya.

“Kami memiliki mimpi untuk memberikan solusi digitalisasi untuk ekosistem mobilitas di Indonesia melalui platform terintegrasi yang dapat memberikan berbagai layanan yang dapat menunjang kebutuhan bisnis para UMKM otomotif. Kedepannya, Broom akan terus mengembangkan produk dan layanannya dengan mengedepankan semangat kolaborasi untuk menciptakan sebuah ekosistem mobilitas yang dapat memberikan manfaat bagi para UMKM Otomotif,” pungkasnya.

 

=====================

Pandu Adi Laras

====================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version