youngster.id - Seiring perkembangan teknologi dan media sosial beberapa tahun terakhir, memberi kemudahan bagi semua orang untuk membuat dan mempublikasikan konten. Hal ini mendorong terciptanya profesi konten kreator, yakni mereka yang aktif membuat konten menarik dan profesional.
Saat ini banyak anak muda yang berbondong-bondong mencari kerja di industri kreatif. Pertumbuhan para pekerja Industri kreatif di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada tahun 2015, menunjukkan 1 dari 100 orang Indonesia bekerja di industri kreatif dan menyerap 17,4% tenaga kerja, dan akan terus bertambah setiap tahunnya.
Untuk bekerja di industri kreatif saat ini memang sudah banyak jalannya. Semakin bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif. Banyak pula yang memilih untuk membangun perusahaan start-up sendiri. Dan salah satu hal yang paling diminati adalah menjadi content creator yang independen.
Para profesional kreatif seperti content creator, blogger, youtuber, influencer, fotografer, videografer, makeup artist, penyanyi, DJ, band, MC, pembicara, stand up comedian, model, hingga penulis adalah bagian dari profesi konten creator.
Survei yang dilakukan Bekraf dan Badan Pusat Statistik (BPS), juga menunjukkan perkembangan ekonomi kreatif yang sangat pesat. Pada 2015, kontribusi ekonomi kreatif 7,38% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Pada 2019, kontribusinya diprediksikan meningkat hingga 12% terhadap PDB.
Hal ini mendorong munculnya marketplace di bidang jasa, salah satunya Sociabuzz. “Kami percaya tren ke depan akan semakin banyak masyarakat yang memilih profesi kreatif sebagai pekerjaan utama mereka,” ujar Rade Tampubolon, CEO dan Co-founder SociaBuzz.com kepada youngster.id.
Rade menjelaskan, Sociabuzz merupakan sebuah perusahaan teknologi yang bergerak di bidang influencer marketing dengan konsep menyediakan online marketplace dan layanan untuk membantu bisnis melakukan aktivitas pemasaran word-of-mouth di media sosial. Dalam menjalankan cara kerjanya Sociabuzz berupaya memberikan pengalaman endorsement media sosial yang lebih efektif sebagai sarana pemasaran bagi setiap bisnis dalam skala apapun.
“Saat ini, Sociabuzz telah menjadi marketplace bagi ribuan influencer baik yang berstatus sebagai penggiat Instagram, Twitter, Blogger atau YouTuber. Adanya pilihan yang beragam mulai dari bidang minat hingga spesifikasi target market, juga menjadi tambahan kekuatan bagi para pemilik bisnis utamanya yang masih berskala kecil atau UKM untuk mampu bersaing bahkan dengan brand besar sekalipun,” jelas Rade.
Influencer Marketing
Startup yang berada di bawah payung PT Karya Onto Mandiri ini berdiri pada April 2012. Ketika itu Rade yang bekerja sebagai digital marketing di sebuah perusahaan FMCG rutin melakukan influencer marketing untuk berbagai brand yang ada di perusahaan tersebut.
“Ketika itu saya sebagai digital marketing manager merasa cukup banyak menghabiskan waktu dan tenaga untuk menghubungi setiap influencer satu per satu, meminta informasi harga, menyampaikan brief, membuat kontrak, meminta invoice, koordinasi dengan divisi keuangan untuk melakukan pembayaran ke masing-masing influencer, mengingatkan jadwal posting, membuat laporan hasil campaign, dan lain sebagainya. Dari masalah inilah muncul ide untuk membuat satu website yang dapat mengakomodir hal ini,” tutur Rade.
Ternyata masalah ini juga dialami oleh rekannya, Eddy Yansen seorang pemilik digital agency yang juga menjadi mitra kerjanya menghadapi kesulitan yang sama. Apalagi sebagai agency tidak jarang mendapatkan brief yang serba dadakan, terkadang H-1. Padahal untuk mempersiapkan sebuah campaign, influencer marketing butuh waktu yang tidak singkat. “Kami akhirnya sepakat untuk membangun SociaBuzz bersama-sama. Untuk menyelesaikan masalah kami sendiri,” ujar Rade.
Pada April 2012, SociaBuzz versi pertama lahir. Menurut Rade, untuk mendirikan platform Sociabuzz ini didasarkan pada pengalaman mereka dengan bantuan teknologi.
“Modal awal bisa dibilang sangat kecil, hanya biaya untuk membeli domain dan hosting. Kami lebih menggunakan modal tenaga dan waktu kami sendiri untuk membangun SociaBuzz di awal,” ujarnya.
Seiring waktu, berdasarkan riset market secara berkala, maka Sociabuzz terus menghadirkan fitur sesuai kebutuhan market. Fitur pertama yang dirilis oleh marketplace bidang jasa Sociabuzz ini, memungkinkan para pekerja kreatif membuat profil dan menampilkan portfolio hasil karya terbaiknya dalam satu platform. Para profesional kreatif seperti content creator, blogger, youtuber, influencer, fotografer, videografer, makeup artist, penyanyi, DJ, band, MC, pembicara, stand up comedian, model, hingga penulis, dapat membuat daftar riwayat hidup (curriculum vitae/CV) online mereka secara gratis menggunakan SociaBuzz Pro.
Untuk para pekerja kreatif, profil profesional di Sociabuzz juga dapat memuat portofolio karya pengguna. Fitur inilah yang membedakan Sociabuzz dengan jejaring sosial pekerja kantoran seperti LinkedIn. “SociaBuzz ingin menjadi wadah bagi semua profesional kreatif untuk bisa menampilkan karya terbaik mereka dan sekaligus mendapatkan tambahan job dan klien baru, agar profesi kreatif yang mereka jalankan bisa terus bertumbuh dan berkembang,” ujarnya.
Bahkan kini Sociabuzz telah menjadi platform bagi para kreator untuk mempromosikan karya, meningkatkan engagement dengan penggemar atau fans, hingga mendapatkan penghasilan dari konten karyanya.
Dua Model Bisnis
Rade mengungkapkan, Sociabuzz memiliki dua model bisnis unik yang kerap dijalankan selama ini untuk mendukung kegiatan bisnis mereka untuk terus berkembang dan terus berkelanjutan.
“Pertama model bisnis agency. Ini non platform. Jadi basically kami membantu brand atau company menjalankan influencer marketing secara full service. Kemudian yang kedua model bisnis platform berupa self service. Pencari atau pembeli jasa bisa langsung mencari creator atau talent yang mereka butuhkan di platform SociaBuzz,” ungkap lelaki lulusan Desain Grafis, UPH Karawaci.
Sebagai pionir membuat Sociabuzz telah memiliki talent yang banyak. Saat ini ada lebih dari 50.000 creator atau talent yang sudah bergabung. “Ini tentu memudahkan pencari/pembeli jasa memilih sesuai yang mereka butuhkan,” ujar Rade.
Diakui Rade, di awal mulai, SociaBuzz terhambat dengan edukasi user dan market. Untuk mengatasinya, dia konsisten menjelaskan kepada user mengenai apa saja yang mereka bisa lakukan di SociaBuzz. Selain itu, terus melakukan pendekatan sosial. Termasuk pendekatan organik yang dilakukan oleh para pengguna SociaBuzz, sehingga dapat terus mengembangkan fitur-fitur baru.
“Kalau diceritakan banyak pengalaman jatuh bangunnya mendirikan usaha ini. Salah satunya adalah saat pandemi covid-19 tahun ini, dimana dampaknya cukup terasa ke model bisnis agency kami,” keluh dia.
Meski demikian Rade mengaku platform ini cukup stabil, bahkan terus bertumbuh. “Model bisnis agency (non platform) kami lumayan terdampak, karena banyak brand atau company yang memangkas atau menghentikan biaya pemasaran mereka. Namun bisnis platform kami cukup stabil dan terus bertumbuh. Sedangkan dalam me-monetize perusahaan ini kami mendapat 20% commission per transaction,” ungkap Rade.
Oleh karena itu, Rade tetap optimis bahwa industri kreatif akan semakin berkembang. Apalagi generasi muda semakin menunjukkan minat tinggi ke profesi-profesi seperti creator dan lain-lain. “Jadi kami akan terus hadir untuk bisa melayani para pemain di industri kreatif ini,” sambung lelaki kelahiran Jakarta 27 Agustus.
Bahkan, di tengah pandemi, startup ini menciptakan fitur baru yaitu SociaBuzz Tribe Live Donation. Dengan fitur tersebut, kreator dan pelaku kreatif bisa dengan mudah menerima saweran online dari para penonton live streaming-nya.
“SociaBuzz terus berinovasi menghadirkan solusi yang bisa membantu kreator dan pelaku kreatif menghasilkan lebih dari passion mereka. Dengan fitur SociaBuzz Tribe Live Donation, para live streamer bisa mendapatkan penghasilan secara langsung dari penonton dan pendukung mereka,” kata Rade lagi.
Fitur SociaBuzz Tribe Live Donation telah digunakan berbagai tipe kreator dan pelaku kreatif, mulai dari musisi hingga gamer.
“Kami sangat antusias dengan diluncurkannya layanan baru ini. Karena selain dapat membantu kreator dan para pelaku kreatif hidup dari karyanya, kami juga berharap ini bisa membantu mengurangi dampak negatif pandemi COVID-19 terhadap industri kreatif di Indonesia. Karena kesuksesan SociaBuzz sangat bergantung dengan kesuksesan para pengguna kami. Jika mereka sukses, otomatis SociaBuzz juga ikut sukses,” tutup Rade.
=========================
Rade Natanael Tampubolon
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Agustus
- Pendidikan Terakhir : Desain Grafis di UPH Karawaci
- Usaha yang dikembangkan : Membuat marketplace jasa konten kreatif
- Nama Platform : SociaBuzz (PT Karya Onto Mandiri)
- Jabatan : Co-founder & CEO
- Mulai Usaha : April 2012
- User : sekitar 50 ribu
=========================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post