youngster.id - Aplikasi percakapan melalui pesan digital (chat) sudah menjadi bagian tak bisa terelakkan dari kehidupan modern. Bahkan, bagi pengguna smartphone aplikasi ini wajib ada sebagai bagian dari komunikasi yang ringan, hemat dan efisien.
Kini, banyak orang, bahkan perusahaan, menggunakan aplikasi chat untuk meningkatkan komunikasi instan jarak jauh. Menurut studi Nielsen, 71% pengguna smartphone menghabiskan 26% atau 37 menit per hari dengan berbagai aplikasi chatting. Ini artinya jauh lebih banyak dibandingkan browsing di internet (33 menit) dan menggunakan fitur hiburan (27 menit).
Aplikasi chatting memang menarik karena menawarkan kelompok obrolan, bertukar grafik, gambar video, dan audio. Hal ini membuat aplikasi ini banyak digunakan masyarakat dunia. Yang paling popular saat ini adalah Whatsapp. Pada tahun 2016, WhatsApp mengumumkan mempunyai lebih dari 1 miliar pengguna aktif di seluruh dunia. Kini di tahun 2020, aplikasi chatting milik Facebook ini mengklaim memiliki pengguna aktif hingga 2 miliar.
Masih dengan induk perusahaan yang sama, Facebook Messenger juga memiliki 1,3 miliar pengguna aktif per bulannya. WeChat dan QQ Mobile mengikuti dengan masing-masing sebanyak 1,1 miliar dan 823 juta pengguna. Kedua aplikasi itu berasal dari Tiongkok di bawah naungan grup Tencent. Di Indonesia yang juga popular adalah LINE dengan lebih dari 600 juta pengguna. Selain itu, ada Telegram, Snapchat, Skype, KakaoTalk. Rata-rata aplikasi yang digunakan itu berbasis di luar negeri.
Sejatinya, anak muda Indonesia pun sanggup membangun aplikasi pesan instan ini. Salah satunya adalah ChatAja, platform chatting yang dikembangkan oleh Reza Akhmad Gandara (CEO) dan Iskandar Suhaimi (CTO).
“Kita tahu dan sadar bahwa aplikasi messenger yang pada umumnya digunakan oleh masyarakat Indonesia itu dimiliki oleh asing. Hal ini yang membuat saya miris, mau sampai kapan kita bergantung pada mereka. Saatnya Indonesia berdikari memiliki aplikasi messenger sendiri,” kata Reza kepada youngster.id baru-baru ini.
Aplikasi chat asli karya Indonesia itu resmi diperkenalkan kepada publik sejak akhir 2019 dan official release di awal Februari 2020. Reza boleh berbanga, karena aplikasi yang tersedia di iOS, Android dan Web ini sudah menjaring 500 ribu pengguna.
Aplikasi pesan instan itu telah didukung dengan penambahan fitur seperti stiker gratis, mention dan kapasitas lebih ringan.
Selain itu, versi terbaru ini juga memiliki fitur “Jelajah” yang berisikan sejumlah kanal dan official account untuk mengakomodir sejumlah kebutuhan. Misalnya Simply, yang berfungsi sebagai tempat curhat. Ada pula sejumlah akun official yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti berwisata, belanja, informasi seputar event, portal berita dan masih banyak lagi.
Keamanan Data
Menurut Reza, ide untuk mengembangkan ChatAja ini berangkat dari masalah keamanan data yang ditemui saat menggunakan aplikasi chatting yang sudah ada. Alumni Business Administration and Management, Institut Teknologi Bandung ini tertantang untuk bisa menghadirkan solusi dari masalah tersebut.
“Bagi saya aplikasi messenger itu adalah infrastruktur. Kita bisa melakukan hal apapun mulai dari komunikasi, kolaborasi, dan transaksi melalui aplikasi messenger. Untuk itulah ChatAja hadir bagi masyarakat Indonesia,” kisahnya.
Dijelaskan pria yang mengagumi Presiden BJ Habibie ini, sebenarnya ChatAja adalah transformasi dari Kiwari Chat, startup yang diinisiasi oleh program incubator Amoeba milik Telkom Indonesia.
Bersama tim mereka menghadirkan aplikasi chatting yang didukung server berbasis di Indonesia. Di aplikasi itu ada fitur Berkas Rahasia, sebuah layanan pesan terenskripsi untuk mengamankan pesan penting.
“Pada awalnya, kami memang merancang aplikasi chatting khusus untuk pegawai BUMN dan ASN yang mengedepankan pada keamanan. Namun ternyata publik merespon dengan sangat antusias,” ungkap Reza. Apalagi produk aplikasi ini dibuat dengan karakteristik yang sesuai dengan krakteristik pengguna di Indonesia.
Oleh karena itu, akhirnya Reza bersama tim memutuskan untuk menjadikan ChatAja tidak sekadar aplikasi chatting biasa. Tetapi, aplikasi itu dapat menjadi tempat bagi generasi milenial untuk mendapatkan digital lifestyle. Seperti, curhat psikologi, pemesanan tiket liburan, main game, membaca berita hingga layanan konsultasi karir, dan pengembangan diri.
Tak kalah dengan aplikasi asing, seperti WhatsApp dan Telegram, ChatAja memiliki banyak fitur unggulan yang menjadikan aktivitas bertukar pesan lebih seru. Fitur stiker di ChatAja lebih banyak pilihan tanpa harus diunduh. Selain itu, terdapat fitur bot builder dan bot API yang dapat digunakan para developer mengembangkan chat bot sendiri di aplikasi ChatAja.
Untuk meningkatkan kenyamanan, pada versi betanya ChatAja juga menghadirkan fitur Cloud Native yang dapat meringkankan beban penyimpanan di telepon selular serta mengurangi kebutuhan untuk backup data. Melalui Jelajah, pengguna dapat menikmati sajian berita, juga game melalui akun resmi. “Dengan demikian pengguna chat dengan memori ponsel yang terbatas tidak perlu merasa khawatir,” ujar Reza.
Stiker, Artis Hingga Konseling
Setelah melalui berbagai penyesuaian dan pengembangan aplikasi versi beta, pada tanggal 14 Februari 2020 Reza meluncurkan aplikasinya secara resmi ke khalayak umum di Google Play Store dan Apple Appstore. Sayangnya, Reza yang enggan membuka besaran modal startup yang dibangunnya ini. “Tekad kami hanyalah berani mulai saja untuk kemajuan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Setelah setahun mengembangkan aplikasi ini, pada peluncuran resminya, ChatAja juga memperbarui akun resmi di fitur Jelajah. Termasuk meluncurkan layanan konseling gratis, Simply, hasil kolaborasi dengan Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia.
Kemudian ChatAja terus mengembangkan aplikasinya dimulai dari kerja sama dengan Mojitok (Korea) sebagai penyedia stiker untuk fitur Stiker ChatAja dan kerja sama dengan sejumlah portal lowongan pekerjaan dari Indonesia untuk meluncurkan ChatAja Jobs di fitur Jelajah pada bulan Februari 2020.
Pada pembaruan besar selanjutnya, di bulan April, ChatAja dibantu oleh Zookiz (Vietnam) untuk memperkaya koleksi stiker statis dan dinamis hingga mencapai lebih dari 100 buah. ChatAja juga menggandeng berbagai kantor berita untuk menghadirkan akun kanal ChatAja News.
“Kami merasa bangga telah berkesempatan berkolaborasi lintas industri, mulai dari kesehatan (dokter & psikolog), hiburan, marketplace, portal lowongan pekerjaan, media online, crowdfunding, hingga perusahaan legal, untuk bersama-sama mengembangkan bisnis melalui berbagai fitur di platform ChatAja. Kami punya misi menjadi platform komunikasi kelas dunia yang menyediakan solusi bagi gaya hidup digital di Indonesia,” tegas pria kelahiran Jakarta, 23 Februari 1992.
Sebagai respon terhadap pandemi COVID-19, di bulan Mei 2020 ChatAja meluncurkan Tab Kesehatan dan Stiker Corona. Melalui berbagai stiker khusus tentang imbauan kesehatan tersebut, Reza berharap para pengguna dapat terus mengomunikasikan protokol dan anjuran kesehatan dengan cara yang lebih menyenangkan.
Sedangkan Tab Kesehatan pada fitur Jelajah dibuat untuk mempermudah pengguna mengakses berbagai informasi kesehatan, yang terdiri dari dua akun resmi dan dua kanal. Termasuk layanan konseling gratis via chat, Simply.
Akhirnya pada Agustus 2020, ChatAja meluncurkan pembaruan besar terbarunya, Tab Figur Publik di fitur jelajah. Melalui Tab Figur Publik, pengguna dapat merasakan serunya mengobrol dengan Raditya Dika, Rachel Vennya, Maell Lee, hingga Adinda Thomas, melalui empat akun resmi yang ditenagai oleh teknologi Chatbot AI yang dikembangkan oleh tim ChatAja. Melalui fitur ini pula ChatAja berhasil menjadi aplikasi pesan instan pertama buatan Indonesia yang mampu menghadirkan pengalaman ngobrol otentik yang ditenagai oleh teknologi AI.
Selain berbagai pembaruan besar tersebut, pada bulan Juli 2020 ChatAja juga telah berhasil meraih lebih dari 500 ribu pengguna di seluruh Indonesia. Antara lain di enam kota dengan pengguna terbanyak (selain Jakarta) adalah Surabaya, Depok, Bandung, Makassar, Medan, dan Batam.
“Saya dan seluruh tim ChatAja merasa bangga telah dipercaya lebih dari 500 ribu pengguna di seluruh Indonesia dalam kurun waktu kurang dari satu tahun dimulainya layanan ChatAja di Indonesia. Selanjutnya kami menargetkan 1 juta pengguna hingga akhir September, dan 2 juta pengguna di penghujung tahun sebagai pememacu kami untuk terus mengembangkan layanan ChatAja,” pungkas Reza.
=======================
Reza Akhmad Gandara
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1992
- Pendidikan Terakhir : Master of Business Administration (M.B.A.), Business Administration and Management, Institut Teknologi Bandung (ITB)
- Usaha yang dikembangkan : Membuat aplikasi pesan instan
- Nama Aplikasi : ChatAja
- Jabatan : Co-founder & CEO
- Mulai Dikembangkan : September 2019
- Resmi Diluncurkan : Februari 2020
- Jumlah Pengguna : sekitar 500 ribu
====================
STEVY WIDIA
Discussion about this post