youngster.id - Belakangan menjadi pelaku usaha rintisan (startup) semakin diminati oleh anak muda. Apalagi berkaca dari kesuksesan startup Indonesia yang berhasil, bahkan memperoleh pendanaan investor dunia. Tentu saja di balik keberhasilan itu ada usaha dan kerja keras, karena sesungguhnya banyak juga startup yang gagal.
Semangat berwirausaha memang tengah bergaung terutama di kalangan generasi milenial. Apalagi semakin banyak investor yang tertarik. Belum lama ini Dealstreet Asia mengabarkan bahwa startup Indonesia menempati posisi teratas di kawasan Asia Tenggara dalam hal perolehan pendanaan dengan total nilai US$1,3 miliar pada kuartal I/2020.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan berinvestasi di bisnis ini masih kuat. Tak heran jika bisnis startup pun berkembang. Data di awal 2018 ini tercatat ada 1.720 startup berbasis digital dan teknologi di Indonesia. Itu menempatkan Indonesia sebagai negara nomor empat startup terbanyak di dunia, di belakang Amerika Serikat, India, dan Inggris.
Namun, sesungguhnya, banyak startup yang tidak sanggup bertahan hidup. Bahkan ada yang menyebutkan dari 10 startup yang lahir, 9 di antaranya gagal. Hal itu, salah satunya, disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman dari para founder startup yang masih berusia muda saat terjun berbisnis.
Untuk itulah, Wendy Pratama bersama rekan-rekannya mendirikan Lingkaran. Ini adalah sebuah platform edukasi kratif, yang didirikan sejak tahun 2014 dengan mengusung visi menjembatani jarak antara hasil dari pendidikan formal dengan kebutuhan di dunia profesional.
“Kami menyediakan program-program yang mengembangkan entrepreneurship serta pelatihan untuk skill yang dibutuhkan oleh para profesional yang mencari relevansi di era industri yang kian terus berubah. Tujuannya adalah mendukung komunitas founders dan pekerja kreatif untuk memaksimalkan potensi dan mempersiapkan mereka untuk menemukan kemungkinan kemungkinan di masa depan,” ungkap Wendy selaku Founder & Head Master of Lingkaran kepada youngster.id.
Wendy memaparkan, maksud dan tujuan Lingkaran adalah untuk memvisualisasikan potensi seseorang sebagai sebuah bentuk lingkaran yang ditargetkan untuk menjadi penuh oleh semua orang. “Kami ingin menjadi bagian dari perjalanan dan membantu untuk melengkapi lingkaran potensi tersebut,” ujarnya.
Oleh karena itu, platform ini memiliki empat jasa yang berperan sebagai perjalanan dalam melengkapi lingkaran potensi, yaitu motivation discovery, character building, skills enhancement, dan community engagement.
Dengan semangat yang sama, mereka berkolaborasi dengan pihak-pihak yang berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari komunitas di lapangan, seperti CreativeMornings Jakarta dan Book for Good; usaha kecil menengah seperti Generasi90an dan Semesta; perusahaan nasional dan multinasional seperti Telkomsel, HSBC, dan FWD; institusi pendidikan seperti MBA-ITB, PRasetiya Mulya, dan SMK; bahkan pemerintah seperti Kemenkop UKM, dan Kemnaker. “Semuanya dilakukan untuk merespon isu spesifik tentang pertumbuhan personal dan profesional, tenaga siap kerja, serta wirausaha,” ujarnya.
Belajar dari Realita
Wendy mengungkapkan, startup ini mulai tercetus pada tahun 2014. Ketika itu, lelaki yang mengenyam pendidikan arsitektur Institut Teknologi Bandung ini dihadapkan pada realita bahwa pembelajaran yang ia dapat di bangku kuliah tidak selalu bisa diaplikasikan dalam dunia kerja. Hal itu, kerap dirasakan sendiri setelah lulus menyelesaikan pendidikan kuliahnya.
“Jadi setelah lulus kuliah, ibu saya punya permintaan untuk saya mendesain renovasi rumah kami. Tetapi ternyata saya tidak bisa mewujudkan itu. Karena saya nggak tahu teknis beli pasirnya apa, lalu cara membuatnya bagaimana dan banyak lagi. Saat itu saya menyadari apa yang saya dapat di bangku kuliah ternyata nggak bisa langsung diaplikasikan dalam dunia kerja,” cerita Wendy.
Ternyata, ketika dia cerita dengan rekan-rekannya, mereka mendapati masalah yang sama. Bahwa ilmu yang pernah mereka pelajari di kampus tidak relevan lagi dengan dunia industri. Dari hal itu terbersit ide untuk mengembangkan platform komunitas pendidikan kreatif sebagai solusi atas permasalahan yang ada.
“Kami berharap startup ini bisa mengisi gap antara edukasi formal dengan kebutuhan di industri,” ujar Wendy.
Pria kelahiran Jakarta, 14 Agustus 1990 ini awalnya memulai dalam bentuk komunitas dengan nama Lingkaran yang giat mengadakan kelas-kelas offline bagi para profesional dan entrepeneur yang ingin mengembangkan karir maupun bisnis mereka di era digital saat ini. Setelah berjalan tiga tahun, akhirnya pada 2017 Lingkaran resmi berbadan hukum dan mendeklarasikan diri sebagai platform yang membantu para founder dan talent yang ingin mengembangkan diri, terutama di industri kreatif dan digital.
“Untuk proses kerja yang selama ini dilakukan paltform Lingkaran lebih dari 7 tahun selalu menghadirkan kelas-kelas offline dimana startup kami ini sebagai platform edukasi untuk mengembangkan para para profesional dan entreprenur mengembangkan dirinya, karir maupun bisnis mereka. Di sini kami bikin kelas bisnis, lalu ada kelas marketing analytic dan sebagainya. Dan sejak pandemi dan keluar aturan PSBB ini kami sudah melakukan kelas online selama kurang dari 3 bulan ini,” papar Wendy.
Kegiatan itu di-update melalui media sosial intagram Lingkaran.co dan web site. “Selama sebulan kami rutin menjalankan 20 sampai 30 program dan rutin,” klaim Wendy. Total Lingkaran telah menggelar lebih dari 500 program, yang berdampak pada 5.000 siswa, dan menginspirasi lebih dari 80 ribu orang yang menyebar di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Wendy mengaku di awal tidak memilikirkan orientasi bisnis Lingkaran. Tetapi lebih pada idealisme.
“Karena awalnya, ini tuh benar-benar proyek idealisme saya. Udah gitu, di awal mendirikan Lingkaran ini saya bahkan nggak mikirin biayanya. Jadi nggak heran kalau di kelas-kelas awal yang diprakarsai Lingkaran, saya hanya bisa ngundang para mentor dari kenalan sendiri. Tetapi kalau sekarang mentor-mentor yang dihadirkan pun variatif dan tentunya mahir di bidangnya,” ucap dia.
Modal Waktu
Bagi Wendy tak perlu membutuhkan modal yang besar. Uang sebesar Rp 1 juta dan beberapa alat perangkat pendukung seperti wifi dan laptop menjadi modal utama baginya ketika mengembangkan usaha berbasis edukasi ini.
“Modal paling besar adalah waktu, karena ketika saya bikin platform ini belum ada branchmark-branchmark lainya atau contoh-contoh. Jadi saya menghabiskan waktu untuk riset, banyak ngobrol sama orang yang punya pengalaman dari luar Indonesia, serta baca jurnal artikel,” ungkapnya.
Tentu perjalanan Lingkaran tidak selalu mulus. Wendy mengaku, ketika ia mulai membuka kelas program kewirausahaan berbayar, tidak banyak yang tertarik. Akibatnya dia harus menanggung rugi.
“Itu terjadi di bulan September ditahun 2014 kami bikin kelas program pertama yang mendatangkan orang dan berbayar, dan itu jadi pilot project pertama kami, dan gagal. Karena market–nya belum siap sehingga kami rugi. Tetapi kami tidak kapok. Di bulan November 2014 kami bikin pilot project kedua bareng Barista Champion a World. Di situ baru sold out, program kami banyak diminati dengan tema Kopi. Dan dari situ kami godok lagi, sehingga kami punya program rutin dimulai dari tahun tersebut,” cerita Wendy.
Sekarang Wendy patut bangga karena seiring berjalan waktu, Lingkaran telah membawa manfaat besar bagi masyarakat terutama dikalangan milenial. Proyek idealisme kini mulai berfokus pada investasi, profesionalisme, dan bisnis. Mentor-mentor yang dihadirkan pun variatif dan tentunya mahir di bidangnya.
“Dalam sebulan kami bisa bikin 20 sampai 30 program dengan harga per kelas mulai dari harga Rp 150 ribu untuk yang online dan Rp 650 ribu untuk offline. Dan dimasa pandemi ini akan kami mix beberapa pengalaman belajar selama kelas offline diselenggarakan dan akan ditampilkan di kelas online nantinya,” kata Wendy.
Apalagi, kini dunia kewirausahaan kerap menjadi isu utama yang coba diangkat. Terutama dimasa-masa pandemi Corona seperti sekarang. Wendy juga mengaku senang karena pemerintah memiliki program untuk menciptakan SDM Unggul, Indonesia Maju.
“Paling tidak apa yang selam ini saya perjuangkan dan menjadi isu nasional. Jadi melihat dari hal tersebut, saya optimis bahwa bisnis yang saya tekuni bisa terus berkembang dan nggak mungkin Lingkaran bisa mengerjakannya sendiri. Itu butuh bantuan maupun kolaborasi dari semua pihak,” ungkapnya.
Hingga saat ini Lingkaran telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, dari kalangan komunitas seperti CreativeMornings Jakarta dan Book for Good, kalangan UKM seperti Generasi90an dan Semesta, hingga perusahaan multinasional seperti Telkomsel dan HSBC. Sejauh ini Lingkaran sudah menyediakan 20 sampai 30 program setiap bulannya, dan memiliki lebih dari 20 ribu peserta yang didominasi anak muda usia 18 sampai 25 tahun, dan menciptakan kolaborasi di berbagai tempat.
Menurut Wendy, Lingkaran sudah menyiapkan beberapa rencana, diupayakan sebagai strategi untuk menghadapi isu ketenagakerjaan dalam industri 4.0. Termasuk dalam mengahadapi masa Pandemi Covid-19. Salah satunya dengan mengoptimalkan program Digital Mastership. Program ini sudah diinisiasi sejak awal tahun 2019 lalu, dengan tujuan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja yang sesuai dengan perusahaan digital dan memperdalam para entrepreneur untuk lebih mengembangkan bisnis mereka.
“Dari beberapa rangkaian program ini, nantinya para peserta yang ikut di kelas ini dibimbing oleh para ahli dan profesional. Peserta akan menambah pengetahuan, memperoleh kompetensi, dan mendapatkan jaringan yang akan membangun karier di industri,” kata Wendy.
Tak hanya itu, lanjut Wendy, Lingkaran juga memiliki misi untuk bisa menjadi rumah bagi orang-orang dari berbagai latar belakang yang ingin belajar dan menggali potensi baru setiap harinya. Lingkaran akan mengambil peran sebagai jembatan antara apa yang dimiliki dan apa yang dibutuhkan.
“Misi kami adalah menjadi ekosistem yang progresif yang mendorong dan mendukung para pendiri dan anak muda bertalenta Indonesia mencapai standar internasional. Selain itu, ke depannya kami berharap Lingkaran dapat lebih membantu dunia pendidikan di Indonesia dan pastinya diujung dapat mengurangi jumlah pengangguran yang selama ini ada dan dapat meningkatkan perekonomian dan kemajuan bangsa Indonesia,” pungkas Wendy.
========================
Wendy Pratama
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Agustus 1990
- Pendidikan Terakhir : Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB)
- Usaha yang dikembangkan : Membuat platform edukasi kreatif untuk berwirausaha
- Nama Platform : Lingkaran.co
- Jabatan : Founder & Head Master
- Mulai Usaha : 2014
- Modal : sekitar Rp 1 juta
- Jumlah Tim : 12 Orang
Prestasi :
- Top 5 Ideas for Indonesia in IDEAFEST 2016
- Startup Delegated at SUAB 2017, by Berlin Ministry of Economic Affairs
- Allianz DE’s Investment Ready Program in 2018
======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post