Triyono Prijosoesilo : Coca Cola Indonesia Dorong Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Triyono Prijosoesilo, Public Affairs & Communication Director Coca-Cola Indonesia (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Permasalahan sampah merupakan isu yang serius bagi dunia sekarang ini. Untuk menyelesaikannya sangat dibutuhkan adalah kepedulian serta sinergi keterlibatan semua warga masyarakat, termasuk generasi muda sebagai generasi pewaris lingkungan.

Peduli akan hal itu Coca Cola menggelar kampanye World Without Waste. Turut ambil bagian Coca Cola Indonesia pun meluncurkan program  bertajuk “Plastic Reborn” yakni sebuah program yang didesain untuk menginspirasikan perubahan prilaku kepada generasi muda Indonesia tentang pengelolaan sampah kemasan plastik.

Melalui program Plastic Reborn 1.0, Coca-Cola telah berhasil mengedukasi lebih dari 4,300 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Di samping itu, Coca-Cola juga memasilitasi pengumpulan botol kemasan plastik minuman di lebih dari 100 titik sekolah dan universitas di kawasan Jakarta dan Bekasi, untuk kemudian dikelola dan diproses menjadi tas serbaguna bernilai komersial yang diharapkan dapat turut mendorong terciptanya praktik pengelolaan sampah terintegrasi dan berkelanjutan melalui pendekatan recyling–upcyling yang diintegrasikan dengan pendekatan circular economy.

“Kami berharap cara pandang masyarakat, khususnya anak muda terhadap sampah kemasan plastik dapat berubah dan pada akhirnya membangun prilaku kelola sampah yang lebih baik,” ujar Triyono Prijosoesilo, Public Affairs & Communication Director Coca-Cola Indonesia.

Seperti apa upaya Coca Cola Indonesia dalam mewujudkan World Without Waste melalui program Plastic Reborn, termasuk melibatkan para pelajar dan generasi muda? Berikut petikan wawancara Wartawan youngster.id Fahrul Anwar dengan Triyono.

 

Apa yang mendorong Coca Cola Indonesia meluncurkan program Plastic Reborn?

Semua yang kami lakukan ini berawal dari inisiatif global yang sifatnya aspiratif. Karena salah satu inti permasalahan sampah berpulang pada perilaku dan kami sadar hal ini tidak mudah dan butuhkan sebuah  pendekatan yang holistik. Plastic Reborn pada intinya adalah upaya untuk memberikan  pemahaman baru bahwa kemasan plastik bekas pakai sebenarnya dapat “dihidupkan kembali” menjadi barang bernilai tinggi, bahkan dapat digunakan untuk membangun lingkaran ekonomi yang baru.

Kami melihat di sini ada opportunity sehingga kami luncurkan program Plastic Reborn 1.0 pada akhir tahun 2017 lalu. Versi pertama ini fokusnya adalah awareness dan education.

Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk memulai Plastic Reborn ini?

Program difokuskan di komunitas sekolah dan Universitas, setidaknya melibatkan para pelajar dari SMA dan Universitas di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Dalam enam bulan ke depan, kami mengharapkan minimum 5 ton sampah kemasan  plastik dapat terkumpul untuk kemudian dikelola dan diproses menjadi bagian dari bahan pembuat tas serba guna.

Coca-Cola Foundation Indonesia menggandeng perusahaan pengelola sampah, Waste4Change dan beberapa pihak untuk memastikan bahwa sampah plastik dari kemasan ini nantinya bisa dikelola dengan baik. Jadi kami kumpulkan waktu itu sampah-sampah yang ada di 100 sekolah di Jabodetabek, dan sampah tersebut disulap menjadi hasil produk yang fashionable seperti contoh ada di pameran multi function bag. Untuk itu kami juga bekerjasama dengan startup di Bandung. Mereka membuat produknya, kemudian hasilmya dijual secara online di e-comerce. Dan, itu berhasil. Itu keberhasilan di sisi edukasi.

Tetapi, tantangannya di sisi collection. Bagaimana kita bisa kembali meningkatkan collection sehingga keluarlah Plastic Reborn 2.0 yang fokusnya bekerjasama dengan startup. Kami lihat di Indonesia ini banyak orang-orang pintar, banyak anak-anak muda yang kreatif dan banyak anak muda yang memiliki kepedulian ke arah isu ini. Nah bagaimana kami menggerakkan mereka, untuk berkolaborasi dengan mereka. Lalu, kami keluarkan Plastic Reborn, dimana kami menyeleksi dari berbagai macam startup hingga mendapatkan 3 startup untuk dapat mengembangkan bisnis mereka yang nanti berdampak pada peningkatan collection dari plastik-plastik konsumsi. Mau diubah menjadi produk kah, atau dijadikan material ke recycling atau ada yang fokus ke apps. Bermacam-macam caranya, tapi yang kami lihat bisa menjadi kesempatan yang unik bagi mereka untuk ikut serta di program ini.

Apa prinsip utama program Plastic Reborn?

Dari pengalaman menjalani program Plastic Reborn 1.0, kami mempelajari bahwa dasar pengelolaan sampah yang berkelanjutan adalah pengumpulan limbah kemasan (waste collection) yang tepat. Ini yang menjadi prinsip utama dalam Plastic Reborn 2.0, sehingga yang akan menjadi fokus utama dari Plastic Reborn 2.0 adalah kolaborasi dari para startup penggiat sampah yang akan bersinergi untuk membangun marketplace yang lebih efisien untu sistem persampahan dan daur ulang.

Bagaimana Coca Cola sampai melibatkan generasi muda dalam solusi masalah sampah terutama limbah kemasa plastik?

Dalam Plastic Reborn 2.0 adalah mengajak dan membina talenta-talenta muda penggiat sampah Indonesia untuk berkolaborasi menghasilkan solusi pengumpulan limbah kemasan yang berorientasi pada penggunaan teknologi, dengan pendekatan unik akselerasi bisnis berbasis limbah. Saat ini, Plastic Reborn 2.0 telah memasuki fase akselerasi yang telah berjalan dari bulan Juni 2019 dan akan berlanjut hingga bulan Februari 2020. Plastic Reborn 2.0 merupakan satu-satunya program yang  memberikan grantin depth mentoring serta kesempatan kolaborasi di antara mereka untuk menciptakan marketplace dalam sistem persampahan dan daur ulang di Indonesia.

Selain dari sisi knowledge tadi, tetapi dari lain hal lagi mereka ini akan mendapatkan network untuk funding. Karena di sini kami memberikan kesempatan kepada mereka bisa terkoneksi dengan founder-founder dari luar negeri yang memang masuk ke dalam bisnis-bisnis startup. Kemarin sempat ada acara di Bali, mereka ketemu dengan beberapa perusahaan yang memang fokus untuk berinvestasi ke startup. Menariknya, dari program Plastic Reborn  2.0 memberikan hibah (grant) kepada 3 startup terpilih sebesar total US$ 250,000. Dana tersebut akan dimanfaatkan oleh ketiga startup terpilih untuk meningkatkan kapabilitas perusahaan serta mengembangkan model bisnis dalam hal sistem pengumpulan dan pemrosesan limbah yang lebih baik. Selain itu, program ini juga memasilitasi para startup untuk mengikuti program akselerasi bisnis melalui kegiatan lokakarya dan bimbingan dari para mentor profesional serta mengembangkan jaringan bisnis mereka melalui Coca Cola Foundation dan Ancora Foundation.

 

Melalui program Plastic Reborn, pihak Coca Cola Indonesia telah memilih 3 stratup dan
memberikan hibah (grant) sebesar total US$ 250,000. Dana tersebut akan dimanfaatkan oleh ketiga startup terpilih untuk meningkatkan kapabilitas perusahaan serta mengembangkan model bisnis dalam hal sistem pengumpulan dan pemrosesan limbah yang lebih baik. (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Bagaimana proses seleksi startup untuk program Plastic Reborn 2.0 ?

Jadi kami ada panel, bukan hanya dari Coca-Cola tapi juga dari sisi teman-teman mitra kami dari Ancora Foundation, dan dari sisi expert pengelolaan sampah. Saat ini ada sebanyak 12 startup yang kami dapat, kemudian kami seleksi menjadi tujuh, lalu kami saring kembali menjadi tiga.

Lalu kami lihat bisnis modelnya seperti apa, kami melihat komitmennya seperti apa, kami melihat potensial dampaknya terkait menyelesaikan masalah isunya dengan apa. Ini yang kami lihat dan kemudian kami diskusikan. Dari situlah yang terpilih ketiga startup ini.

Berarti program ini sudah bukan kompetisi?

Awalnya kami berpikir dari ketiga startup ini tadi bentuknya kompetisi, tapi setelah kami lihat kalau kompetisi sudah tidak tepat lagi. Karena bisa saja, kalau kompetisi ada satu ide mereka yang mirip dengan startup satunya, cuma mungkin arealnya atau mungkin resource-nya sudah ada. Jadi kami lihat ketiga startup ini bisa untuk bekerjasama makanya ujungnya nati mereka menjadi berkolaborasi. Kami minta mereka disini untuk saling berkolaborasi supaya saling mengisi dan saling kuat. Hal inilah yang sedang kami dorong ketiga startup ini diantaranya Gringgo, Clean Up Indonesia sama Mall Sampah.

Lalu impact apa yang ingin dicapai Coca Cola melalui program ini?

Ini kalau kami bilang adalah bisnis yang objektif critical. Kenapa? Karena isu ini yang lagi sangat besar. Ini adalah general issue, karena isu yang ada ini mencakup isu keseluruhan. Kalau kami nggak kelola dengan baik, bisnis apapun, seperti Coca-Cola atau di luar Coca-Cola, akan terdampak. Karena alamnya akan rusak. Sampah menggunung, akhirnya masyarakatnya jadi terdampak. Nah, hal ini yang kami tidak inginkan. Kami percaya, bisnis akan tumbuh dalam masyarakat yang tumbuh dengan sehat. Mereka bisa sustainable, mereka punya penghidupan yang layak. Dan inilah yang sedang coba kami dorong, kami bawa dan sekarang isu berdasar kami adalah “sampah”. Bagaimana peran kami untuk bisa sampai ke arah sana.

Jadi ini business critical, memang di awal expression goals. Korporat sudah menetapkan bahwa ini yang ingin kami capai dan bagaimana masing-masing negara mencapainya silahkan dicari modelnya seperti apa. Karena nggak mungkin diterapkan di Indonesia. Dan ini benar-benar diterapkan di Amerika, diterapkan dengan Jepang. Mungkin di Belanda akan beda, gitu loh. Masing-masing punya cara tersendiri. Tetapi kami harus pahami bahwa kalau Coca Cola mau hidup, mau tumbuh dan bisa diterima masyarakat, kami juga harus dapat membantu persoalan yang ada di sekeliling masyarakat. Dan ini sudah menjadi business plan tahunan kami, diukur apa yang ingin dicapai, karena semua ini menjadi bagian yang paling penting bagi kami.

 

Triyono Prijosoesilo berharap melalui program Plastic Reborn ini cara pandang masyarakat, khususnya anak muda, terhadap sampah kemasan plastik dapat berubah dan pada akhirnya membangun prilaku kelola sampah yang lebih baik (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Setelah program Plastic Reborn, ke depan program apa lagi yang akan dimunculkan Coca Cola untuk mendukung dunia kewirausahaan dan kreatifitias untuk anak muda di Indonesia?

Kreatifitas tentunya menjadi salah satu yang sangat kami perhatikan juga. Karena program Plastic Reborn ini masih berjalan hingga tahun 2020 di kuartal ketiga dan program Plastic Reborn 2.0 ini kami pastikan akan selesai. Nah kami ingin mengevaluasi bagaimana hasilnya, kalau memang hasilnya sukses dan bagus, mungkin kami melihat tantangannya seperti apa, kami akan kembangkan lebih jauh. Kami berharap program Plastic Reborn ini bisa kami jalan terus ke depannya hanya melibatkan 3 startup. Semoga ke depannya bisa banyak lagi.

Apa harapan dari Coca Cola untuk mewujudkan World Without Waste?

Kami senantiasa berupaya untuk berhasil mewujudkan visi kami, yaitu World Without Waste. Melalui program Plastic Reborn kami berharap dapat memberikan pemahaman baru bahwa kemasan plastik bekas pakai sebenarnya dapat dihidupkan kembali menjadi barang bernilai  tinggi, bahkan dapat digunakan untuk membangun lingkaran ekonomi yang baru. Sejujurnya apa yang lakukan ini belum ada apa-apanya, melihat isunya besar. Dan kami paham bahwa masih banyak yang mesti dilakukan.

Harapannya, meski kami melakukannya dengan skala kecil tapi bisa bermanfaat. Kemudian kegiatan ini juga bisa memberikan inspirasi dan semoga melalui kegiatan ini bisa membuka mata para steakholder, baik itu konsumen termasuk publik bahwa sebenarnya kita memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan makalah kita sendiri. Lakukanlah dari hal-hal yang kecil pilahlah sampah di rumah, sampah plastik botol jangan digabung dengan yang lain. Carilah cara yang tempat dalam menempatkan sampah-sampah tersebut sehingga mudah nantinya untuk di daur ulang. Sehingga timbul gerakan untuk membereskan suatu masalah.

Sejauh ini, program yang telah dilaksanakan apa sudah sesuai harapan?

Alhamdulillah, untuk program Plastic Reborn 2.0 dari sekian banyak yang apply kami sudah memilih 3 startup dan sekarang mereka sekarang sedang memasuki tahapan pendampingan. Jadi disini kami juga mengundang beberapa expert dari sisi bisnis, expert dari sisi keuangan, expert dari sisi design untuk membantu mereka. Mudah-mudahan ketika mereka masuk dalam sistem pendampingan tadi kedepannya mereka bisa menciptakan model bisnis bersama. Nah itu yang kami harapkan dan tahun depan bisa jadi. (Fahrul Anwar/SW)

Exit mobile version