youngster.id - YOUNGSTERS.id – Pasar bebas mulai diberlakukan di kawasan Asia Tenggara dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Menghadapi persaingan besar semacam ini para pengusaha terutama ditingkat usaha mikro kecil dan menengah ikut terpacu agar bisa bersaing memasarkan produknya. Salah satunya adalah Andri Yunianto. Pemilik dan pendiri Jogja Handicraft ini memilih prioritaskan kualitas.
“Syukur Alhamdulillah produk kami telah banyak dikenal masyarakat luas. Banyak permintaan datang karena kualitas menjadi prioritas kami. Dan itu akan kami pertahankan,” ungkap Andri kepada Youngsters.id.
Jogja Handycraft adalah usaha yang memproduksi dan memasarkan kerajinan khas dari Yogyakarta, terutama berbahan kulit sintetis atau vinyl. Produk yang dihasilkan antara lain kotak tempat jam tangan (watch organizer), kotak perhiasan (jewelry organizer), kotak kosmetik (cosmetic organizer), drawer box, serta trayset toples. Semua itu dipasarkan secara online lewat web jogjahandycraft.com serta sejumlah e-commerce lain seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Bibli, Rakuten dan Mataharimall.
Menurut Andri, produk-produknya mempertahankan ciri khas kerajinan tangan khas Yogyakarta yang unik. “Kami menawarkan souvenir kerajinan tangan khas Yogyakarta yang bermutu dengan harga terjangkau. Karena souvenir yang kami tawarkan merupakan karya para pengusaha kecil dan menengah yang berbakat,” ungkapnya.
Pemuda kelahiran Yogyakata, 10 Juni 1988 ini memulai usaha ini di awal tahun 2011. Sebagai mahasiswa yang kuliah di Manajemen Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta awalnya dia hanya ingin menerapkan ilmu membuat website kepada para pengrajin lokal terutama yang menggarap kerajinan vinyl di Yogya. “Saat itu banyak pengrajin Jogja tidak begitu familiar dengan dunia online. Mereka hanya memenuhi pelanggan lokan saja dan sulit berkembang, padahal mereka potensi. Hal itu membuat saya menawarkan untuk membuat website penjualan kerajinan vinyl dengan harapan dapat merangkul pengrajin di Jogja dan produk kerajinan dapat dikenal lebih luas,” papar Andri.
Dengan bermodalkan hosting gratisan dan domain seharga Rp 95 ribu dia pun membuat toko online www.jogjahandycraft.com. Toko itu awalnya memasarkan produk kerajinan vinyl produksi seorang pengrajin Jogja yang masih keluarganya. Tak diduga, website yang dibuatnya langsung mendapat sambutan luas. Pemesanan mulai berdatangan terutama dari luar kota.
Melihat hal itu Andri mengaku sempat kaget dan tidak siap. “Waktu itu saya masih kuliah dan tidak punya ketrampilan membuat produk sendiri. Yang saya bisa hanya membuat website dan memasarkan produk dari saudara saya yang pengrajin itu,” ungkapnya.
Belajar Produksi
Bagi Andri meningkatnya permintaan akan kerajinan vinyl menjadi kesempatan untuk mengembangkan diri sebagai wirausaha. Dia memutuskan untuk belajar bagaimana membuat produk kerajinan vinyl. Mulai dari proses desain, pemotongan bahan, menjahit, membangun konstruksi, finishing hingga pengepakkan dipelajarinya dengan serius. “Karena prospeknya bagus, saya belajar sendiri bagaimana membuat produk kerajinan vinyl,” ujarnya.
Di akhir tahun 2012 Andri mulai memproduksi sendiri dengan mempekerjakan dua orang karyawan di bagian produksi. Andri juga mulai mengembangkan desain dengn membuat model-model baru.
“Saya yang membuat model yang kemudian dibuat oleh pengrajin berdasarkan instruksi saya. Selanjutkan saya pasarkan lagi. Dalam waktu singkat permintaan makin banyak dan saya harus mencari orang yang kompeten agar dapat memenuhi permintaan pelanggan,” katanya.
Proses produksi dilakukan di rumah produksi Jl Imogiri Barat Km 5 Bangunharjo, Sewon, Bantul, Jogjakarta. Anak pasangan Budi Mulyono dan Walinah itu menjadikan rumah itu sebagai gudang dan showroom. Andri melakukan uji kualitas pada setiap produk yang dihasilkan, sehingga produknya semakin diterima luas dan pemesanan datang dari berbagai wilayah di Tanah Air. Pelanggannya mulai dari individu, hingga perusahaan, hotel dan restoran.
“Sedikit demi sedikit keuntungan yang saya dapatkan dari penjualan dikumpulkan untuk mengembangkan usaha. Termasuk membuat stock dengan pengrajin,” ungkap Andri.
Pemuda yang masih lajang ini mengaku di awal pengembangan usaha dia sempat terkendala modal. Tapi keyakinan yang kuat membuat Andri rela menjaminkan BPKB motor ke bank untuk mendapatkan dana. “Syukurlah, tidak sampai setahun modal usaha sudah kembali. Sekarang saya tidak punya hutang,” ucap Andri bangga.
Meski sudah memproduksi sendiri, Andri tidak meninggalkan pengrajin yang sudah bekerja sama sejak awal. “Tentu saya tidak meninggalkan pengrajin yang sudah bekerja sama dengan saya sejak awal. Saya tetap memberikan order agar kerjasama tetap berjalan lancar,” ungkapnya.
Andri berharap usahanya untuk merangkul para pengrajin di Yogyakarta akan dapat terus berkembang. “Saat ini kendala yang sering muncul adalah tidak tersedianya bahan baku, perlu inden jika bahan baku produksi di pemasok habis. Juga keterbatasan SDM yang kompeten untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan, Oleh karenanya kami terkadang terpaksa menolak order hanya karena tidak dapat memenuhi deadline waktu yang diminta pelanggan,” ungkap Andri.
Meski demikian dia tetap berusaha. Bahkan Andri juga berencana untuk membuka cabang-cabang secara offline di berbagai kota. “Saat ini produk kami sudah dikenal masyarakat luas. Kami percaya dengan kualitas yang menjadi prioritas pasti usaha ini akan terus berkembang hingga ke mancanegara,” tukasnya.
======================================
Andri Yunianto
- Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 10 Juni 1988
- Pendidikan : Manajemen Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta
- Nama usaha : Jogja Handycraft, dimulai tahun 2011. Mulai produksi sendiri tahun 2012
- Pemasaran : Jogjahandycraft.com, juga melalui layanan e-comerce Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Bibli, Rakuten dan Mataharimall
- Omzet penjualan : Rp 200 juta – Rp 250 juta, dengan penghasilan bersih Rp 40 juta – Rp 60 juta per bulan.
- BEP di tahun 2012
========================================
ANGGIE AJIE SAPUTRA
Editor : STEVY WIDIA