youngster.id - Belakangan, ancam sampah dan limbah plastik menjadi persoalan global termasuk di Indonesia. Menyikapi hal itu, tiga mahasiswa UGM meneliti pemanfaatan limbah ketapang menjadi karbon aktif pengemban bimetal kobalt-molibdenum sebagai katalis pada proses pengolahan limbah plastik.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan solusi bagi persoalan tingginya limbah plastik, di samping peraturan pelarangan penggunaan kantong plastik yang telah muncul di berbagai daerah.
Peneliti ini dilakukan Dewi
Agustiningsih (FMIPA), Satriyo Dibyo Sumbogo (FMIPA), dan Nawwal Hikmah
(FMIPA), didampingi dosen Program Studi Kimia, FMIPA UGM yakni Mokhammad Fajar Pradipta,
S.Si., M.Eng. Penelitian ini melalui hibah Program Kreativitas Mahasiswa –
Penelitian Eksakta (PKM-PE) Ristekdikti tahun 2019.
“Upaya itu merupakan upaya preventif yang baik
untuk dilakukan, namun membutuhkan waktu yang lama untuk menekan jumlah limbah
kantong plastik. Upaya represif yang dapat dilakukan adalah mengolah limbah
plastik yang sudah ada menjadi bahan lain yang bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia,” ungkap Dewi yang dilansir Humas UGM baru-baru ini.
Menurut Dewi, penelitian yang ia lakukan bersama
dua temannya adalah mengonversi limbah plastik Low Density Polyethylene (LDPE)
menjadi fraksi bensin memanfaatkan limbah ketapang. Limbah tempurung ketapang,
jelasnya, memiliki kandungan lignoselulosa dengan kadar lignin yang tinggi,
yakni 43,46%. Fakta ini menjadikan tempurung ketapang berpotensi sebagai sumber
karbon aktif yang baik pada proses hidrorengkah.
Ia juga menerangkan, bimetal kobalt-molibdenum
digunakan karena CoMo telah terbukti memiliki selektivitas yang lebih baik
dibanding katalis Ni, NiMo, dan Co untuk menghasilkan fraksi bensin pada
hidrorengkah plastik LDPE. Dalam penelitian ini juga dipelajari kontribusi
masing-masing kondisi reaksi yaitu temperatur, laju alir gas H2, dan rasio
umpan per katalis pada satuan waktu (weight hourly space velocity, WHSV) pada
rendemen produk bensin.
Selain berguna untuk menekan jumlah limbah
plastik di Indonesia, penelitian ini juga berguna untuk memenuhi kebutuhan
Indonesia akan bahan bakar yang semakin meningkat di masa mendatang.
Menurut United States Energy Information
Administration (USEIA) kebutuhan akan bahan bakar minyak akan terus tumbuh
hingga 123 million barrels per day (mmbpd) pada 2025, sedangkan Organization of
Petroleum Exporting Countries (OPEC) memperkirakan produksi bahan bakar
tersebut hanya mencapai 61 mmbpd pada 2025.
Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
di masa mendatang perlu dilakukan penemuan bahan bakar alternatif yang
renewable, salah satunya dengan mengonversi plastik menjadi fraksi bensin
menggunakan katalis.
“Penelitian ini masih berlangsung hingga bulan
Juni nanti untuk mendapatkan fraksi bensin yang murni sebagai hasil
hidrorengkah limbah plastik,” ujarnya.
Hasil dari seluruh kegiatan ini nantinya
diharapkan dapat mengurangi jumlah limbah LDPE yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan, memenuhi kebutuhan akan bahan bakar yang semakin tinggi di masa
mendatang, serta menemukan alternatif sistem bimetal logam non mulia pada
pengemban karbon aktif dari tempurung ketapang yang memiliki aktivitas
katalitik mendekati logam mulia.
FAHRUL ANWAR