youngster.id - Perkembangan industri fesyen busana muslim di Indonesia kian pesat. Ini ditandai dengan lahirnya sejumlah desainer fesyen busana muslim muda berbakat. Mereka bercita-cita menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia.
Salah satu jejak langkah desainer muda hijab dapat dilihat di Hijab Dept. Ini adalah sebuah departemen store fesyen hijab yang menyediakan beragam variasi kebutuhan fesyen muslimah. Bahkan depstore ini juga menjadi wadah bagi desainer muda busana muslim untuk berkarya.
Toko yang berlokasi di fX Sudirman ini didirikan oleh tiga perempuan muda, desainer dan entrepreneur yakni Dian Permata, Indira Putri dan Anis Saffira.
“Bisnis kami adalah berkonsep muslim departemen store dengan mengedepankan rancangan klasik dan urban dengan dua operasi yakni online dan offline,” ungkap Anis, co-founder sekaligus Chief Executive Officer dari Hijab Dept kepada youngster.id saat ditemui di fX Sudirman, Jakarta.
Menurut Anis, usahanya itu dimulai sejak 2016 lalu, ketika bisnis busana muslim sedang ramai bertumbuh. Desainer dengan brand AKA ini menggandeng sejumlah brand muslim lain untuk berkolaborasi. “Produk-produk pilihan yang tergabung dalam Hijab Dept merupakan produk hasil kreatifitas desainer lokal yang inovatif serta orisinil. Kami bergabung di Hijab Dept bukan hanya meraih penjualan semata. Kami mau berjamaah meningkatkan kualitas fesyen muslim di Indonesia,” ucapnya.
Hijab Debt memang membuka kesempatan, bahkan menawarkan ruang ritel bagi creativepreneur muslimah yang ingin mereknya masuk di pusat perbelanjaan. Saat ini ada 35 brand orisinil di Hijab Dept. “Kami sekarang ingin mengangkat creativepreneur dan menjembatani dengan para pelanggan sehingga bisa bersinergi,” ujar Anis.
Alhasil, Hijab Dept ini menawarkan beragam produk dan jenis gaya busana muslim, mulai dari klasik hingga trendi. Mulai dari baju sehari-hari, hingga busana pernikahan. Di dalamnya terangkum sejumlah gaya busana muslim terkini karya perancang yang sudah punya nama maupun mereka yang baru mulai merintis usaha.
Namun, tentu saja, tak asal merek bisa masuk ke Hijab Dept ini. Tetapi merek yang bisa masuk harus melalui proses kurasi oleh Anis dan timnya. Tak heran jika Hijab Dept dikenal sebagai toko dengan produk yang terkurasi. Hal itu, menurut Anis, karena Hijab Dept mengedepankan orisinil.
“Sebagai seorang designer, saya juga mengerti bahwa setiap orang itu memiliki keunikannya masing-masing. Maka saya ingin merayakan keunikan-keunikan tersebut dengan memberikan cerita dalam setiap potong pakaian. Dan inilah yang juga selalu kami coba tekankan dalam Hijab Dept,” ungkapnya.
Terpesona Karya Seni
Lulusan Fashion Design dari LaSalle College Jakarta ini mengaku bahwa keputusan untuk meniti karir di industri fesyen dan ritel diawali oleh ketertarikannya pada dunia seni.
“Sebenarnya saya selalu sangat mudah terpesona dengan karya-karya seni, fesyen dan fotografi dalam konteks visual. Meskipun pada awalnya saya tidak memiliki pengetahuan yang mendalam dan teknis terhadap hal-hal tersebut. Saya selalu berpikir bahwa saya setidaknya memiliki taste pada apa yang terlihat bagus dan apa yang tidak. Dari situ, saya pun berpikir bahwa ini adalah sesuatu yang ingin saya tekuni. This is my dream job,” kisah Anis.
Perempuan kelahiran Bandung inipun mengembangkan brand fashion AKA. Tak puas hanya itu, terbersit ide untuk mengumpulkan inspirasi gaya dan tren fesyen hijab terbaru dalam satu wadah. Untuk itu, Anis pun berkolaborasi dengan dua sahabatnya Dian Permata dan Indira Putri, sehingga lahirlah Hijab Dept.
Meski enggan menyebut besaran modal awal, Anis mengaku mengucurkan dana yang tidak sedikit untuk membangun bisnis ini. Bagi dia yang lebih menarik adalah begitu banyak brand yang ingin bergabung.
“Produk-produk pilihan yang tergabung dalam Hijab Dept merupakan produk hasil kreatifitas desainer-desainer lokal yang inovatif dan orisinil,” tegasnya.
Anis menyadari ketatnya persaingan, sehingga harus dihadapi dengan strategi yang tepat. Oleh karena itu, meski industri busana muslim meningkat, Hijab Dept tidak menerima semua merek untuk masuk. Tetapi mereka melakukan seleksi yang cukup ketat.
Anis memaparkan untuk menyeleksi tenant-tenant yang ada di Hijab Dept ini, pihaknya melakukan riset terlebih dahulu. “Kalau toko onlinenya mereka sudah aktif dan memang mereka punya ciri khas yang berbeda dari yang lain serta jelas, kami akan melakukan proses seperti interview,” ungkap Anis.
Menurut Anis, dia dan tim tidak melihat berapa lama toko atau merek tersebut berdiri. Bahkan beberapa brand di Hijab Dept, ada yang baru membuka usahanya awal tahun lalu. “Asalkan dia berniat untuk masuk ke departemen store, lalu bersedia mengikuti proses yang kami minta. Itu tidak masalah sih,” ujarnya.
Offline-online
Maraknya komunitas serta influencers hijab di Indonesia menjadi penyokong kelangsungan modest fashion Tanah Air. Namun hal ini juga diiringi dengan persaingan yang cukup ketat. Untuk itu bisnis fesyen muslim pun harus melakukan inovasi.
Dalam hal ini, Hijab Dept mengusung konsep toko offline to online dan online to offline. Menurut Anis, offline store akan menjadi support system online store Hijabdept.com, sehingga pengalaman berbelanja online dengan kualitas terjamin dapat terus terjaga. Selain itu, versi online ini untuk mengikuti perkembangan terkini.
Hijab Dept e-commerce hadir sebagai upaya mempermudah akses belanja. Dan meningkatkan intimasi serta interaksi dengan para pelanggan sasaran usia 20-40 tahun. Selain itu, menyediakan ruang bagi para wirausaha busana meningkatkan awareness brand mereka.
“Eksistensi Hijab Dept yang sudah dikenal satu tahun sebagai muslim curated department store, menjadikan konsep offline to online dan online to offline store disambut baik para penikmat fesyen. Dimana pembeli dapat melihat langsung produk, merasakan bahan, dan mencoba di offline store Hijab Dept,” ungkap Anis.
Di sisi lain, Anis berharap Hijab Dept juga dapat menjadi wadah komunitas perancang muda busana muslim. “Kami ingin membantu muslim creativepreneur untuk siap menghadapi industri ritel,” ujarnya.
Dia menambahkan, banyak pengusaha busana muslim yang menaruh minat bergabung di Hijab Dept. “Kami ingin memberikan kesempatan kepada fashion entrepreneur lain untuk bisa bergabung di Hijab Dept online. Kalau toko fisik kan terbatas hanya 30 brand. Nah, dengan membuka toko online kami berharap banyak pengusaha busana muslim yang bisa bergabung,” jelasnya.
Selain itu, keberadaan Hijab Dept versi online juga untuk menangkap permintaan pasar di luar Jakarta.
Di toko online, kata Anis, selain memajang aneka busana modest wear, juga akan disertakan inspirasi gaya dan tren fesyen hijab terbaru. “Jadi konsumen akan mendapatkan inspirasi untuk padu padan busana,” ujarnya.
Pengembangan usaha, menurut Anis, adalah untuk bisa mengikuti perkembangan industri fesyen muslim di Tanah Air. Apalagi Hijab Dept berkeinginan membantu para desainer tersebut untuk mengembangkan brand-nya, sekaligus mewadahi mereka agar bisa memiliki toko offline sendiri.
“Banyak dari mereka yang memiliki potensi berkembang karena desainnya unik dan otentik. Nah, pemilik merek bisa bergabung dengan kami dengan memasarkan produknya secara online. Tentu dengan DNA mereka sendiri,” pungkasnya.
======================================
Anis Saffira
• Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 16 Juni 1990
• Nama Usaha : PT Hijab Dept Indonesia
• Mulai Usaha : 2016
• Tenant : 35 brand
=======================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post