youngster.id - Usaha kuliner merupakan bagian dari ekonomi kreatif yang mendukung ekonomi Indonesia. Meski demikian, tak hanya menu sajian yang menjadi andalan dalam bisnis ini. Dibutuhkan kreativitas dan inovasi yang tak terbatas.
Data dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menunjukkan pada tahun 2016, dari Rp 922 triliun nilai ekonomi kreatif, sebesar 43% berasal dari sektor kuliner. Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan para pelaku bisnis kuliner.
Menariknya, sektor kuliner saat ini tidak sekedar usaha menjual makanan namun berkembang menjadi kebutuhan gaya hidup masyarakat “zaman now”. Oleh karena itu, para pengusaha kuliner pun harus menggali kreativitas dan inovasi agar dapat memberikan sajian makanan yang unik, menarik perhatian dan tentu saja enak.
Salah satu inovasi yang belakangan sedang hits dikalananga anak muda adalah menu dengan balutan telur asin. Salah satu kedai makanan dengan sajian utama salted egg yang terbilang tren dan jadi incaran di kalangan “Kids Zaman Now” adalah kedai makan Eatlah.
Charina Prinandita, salah satu founder Eatlah mengaku bahwa ide makanan ini datang dari menu makanan ketika ia dan teman-temannya tinggal di Singapura. “Ide awalnya berasal dari jajanan street food di Singapura yang sering kami makan. Kebetulan kami memang pernah tinggal di sana, dan hampir tiap hari makan menu yang ada telur asinnya ini, Ini merupakan menu yang comfort food, paling mendekati makanan rumah di Indonesia,” ungkap Charina yang menjabat sebagai Marketing Director Eatlah kepada Youngster.id.
Sepulang ke Indonesia, Charina bersama kedua sahabatnya Riesky Venrandes Putra dan Michael Crisyanto, membuka bisnis kuliner dengan sajian utama telur asin bernama Eatlah. “Kami mulai ini berdasarkan pertemanan dengan visi yang sama. Kami bukanlah koki profesional, tetapi kami ingin berbagi kenikmatan dari makanan favorit yang pernah kami rasakan saat tinggal di luar negeri,” ungkap Charina lagi.
Untuk itu mereka pun resmi membuka gerai pertama Eatlah di Pantai Indah Kapuk, yang dibuka pertama kali pada Mei 2016. Menurut Charina, nama Eatlah diambil dari bahasa “gaul” masyarakat Singapura yang berarti mengajak makan. “Nama itu kami pilih karena catchy, casual dan fun untuk anak muda,” ujarnya.
Dan sesuai dengan keinginan mereka, maka kedai makanan ini awalnya menyajikan konsep siap saji dengan menu yang terbilang sederhana berbahan utama telur asin. Menu andalan di Eatlah yakni Salted Egg Chicken Rice (nasi ayam telur asin), Salted Egg Dori Rice (nasi ikan dori telur asin) dan Sambal Chicken Rice.
“Menu kami sebenarnya sederhana dan cocok untuk dimakan kapan saja. Tentu dengan penyajian yang kekinian dan kualitas yang terjaga,” ujarnya.
Modal Terbatas
Charina mengaku menjadi pengusaha merupakan impian dari mereka bertiga. Oleh karena itu, begitu melihat ada peluang dan kesempatan, dia dan kedua temannya tidak ragu untuk berbisnis. Meski saat itu mereka hanya punya modal usaha ini sangat terbatas.
“Sebagai pebisnis pemula, modal kami sangat terbatas. Namun kami berusaha untuk bisa menjadikan itu optimal dengan memanfaatkan sebaik mungkin peluang-peluang yang ada,” ungkap lulusan Raffles Design Institut itu.
Untuk awal usaha Eatlah, mereka mengumpulkan modal Rp 15 juta, hasil patungan dari tabungan masing-masing founder. Dan, karena keterbatasan modal, mereka bertiga pun terjun langsung dalam proses pembuatan dan pelayanan kepada pelanggan. Riesky yang berlatar belakang pendidikan di bidang makanan pun bertindak sebagai Chef. Sedangkan Charina dan Michael bertanggungjawab pada pemasaran dan pelanggan.
“Awalnya kami sempat kesulitan dalam pemasaran. Pertama karena lokasinya di PIK kan di dalam pasar, ditambah dengan menu yang kami tawarkan belum familiar dengan lidah Indonesia, salted egg chicken. Jadi waktu itu sehari bisa jual 10 atau 20 box itu sudah senang sekali,” ungkap Charina.
Namun upaya dan kerja keras terus mereka lakukan. Mulai dari mempromosikan melaui media sosial hingga menyajikan aneka menu unik. Namun, menurut Charina, langkah itu belum cukup. Pasalnya,lokasi kedai mereka yang terbatas sehingga omzet Eatlah belum seperti yang diharapkan.
Dari sana mereka pun memutar otak bagaimana bisa menaikkan omzet penjualan. Dan peluang itu didapat setelah mereka bekerjasama dengan layanan antar makanan dari Go-Jek, yaitu Go-Food. “Sebagai anak muda kami melihat bahwa kesempatan itu datang dari teknologi. Dengan memanfaatkan teknologi, produk kami dapat tersebar lebih luas dan lebih cepat ke masyarkat. Untuk itu kami pun memilih bekerjasama dengan Go-Food,” ucap gadis asal Malang itu.
Dan keputusan itu sangat tepat. Hasil dari kerjasama dengan Go-Food, omzet Eatlah langsung meningkat drastis. Dari Go-Food, Eatlah bisa mendapat pesanan hingga 500 box per hari.
“Sekarang dalam satu bulan pendapatan Eatlah 90% berasal dari orderan Go-Food. Jadi, sekarang customer yang cari kami,” ujarnya sambil tersenyum. Diakui Charina, kendalanya hanyalah pada cuaca. “Kalau musim hujam omzet kami menurun karena pengemudi Go-Jek juga terhambat hujan,” sambungnya.
Berkat peningkatan omzet itu membuat Charina dan rekan-rekannya pun memutuskan untuk mengembangkan usaha mereka. Kini Eatlah sudah memiliki 11 cabang yang tersebar di seluruh wilayah Jabodetabek dan Bandung. Charina juga telah mempekerjakan 70 karyawan. Omzetnya rata-rata mencapai Rp 20 juta per hari.
Menurut Charina, mereka juga telah melakukan pengembangan produk dengan menu baru seperti Chipslah, yaitu keripik dengan rasa salted egg. Selain itu, mereka juga di beberapa gerai membuat tempat makan yang lebih luas. “Itu untuk menampung para customer kami yang ingin duduk nongkrong lebih lama,” ujarnya.
Di sisi lain, sebagai kedai siap saji maka Eatlah sangat menjaga kualitas makanan. “Kami mengolah saus telur asin mereka di tiap gerai agar fresh dan baik,” ujarnya. Menurut Charina, bumbu saus telur asin dibuat sebanyak 40 porsi dalam satu kali pembuatan dan akan dibuat kembali saat habis.
Kunci Inovasi
Sebagai pengusaha muda, Charina mengaku masih banyak tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan usaha. Di antaranya akses permodalan dan pemasaran yang lebih luas. Namun dia yakin, dengan mengikuti perkembangan teknologi dan inovasi, maka bisnis ini akan sukses.
“Sebagai anak muda yang baru terjun di dunia bisnis kami melihat bahwa teknologi merupakan jalan terbaik dalam mengembangkan usaha. Selain itu, kuncinya yaitu berani berinovasi,” ucapnya.
Menurut Charina, bisnis yang mereka bangun menggambarkan anak muda Indonesia masa kini, yaitu kreatif, modern dan berpikiran luas. Dia juga berharap, usaha kreatif yang diruntis bersama kedua temannya itu dapat memberi aspirasi kepada anak muda Indonesia lainnya. Juga, diharapkan bisa berkontribusi dalam mendukung perekonomian di Indonesia.
Saat ini, lanjut Charina, kontribusi yang telah dilakukan pelan-pelan ingin membangun Eatlah sebagai sebuah karya dari anak Indonesia, dengan harapan bisa menjadi merek makanan cepat saji yang bisa diterima, bukan hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri.
“Itu memotivasi kami sebagai pengusaha kecil untuk terus menjadi maju dan bermimpi lebih baik lagi agar merek kita bukan hanya dikenal di Jakarta atau Indonesia saja, tapi membawa nama sebuah merek Indonesia ke pasar internasional,” ujar Charina bersemangat.
Tak kalah penting, Charina juga menegaskan pihaknya akan terus berinovasi agar makanan yang didominasi rasa telur asin ini dapat diterima semua kalangan. “Kami percaya dengan produk yang kami kembangkan ini dan terus berani mengembangkan usaha. Intinya semua hal yang bisa kami lakukan untuk memperbesar bisnis ini,” ucapnya penuh keyakinan.
Charina berpesan untuk anak muda Indonesia di masa kini, jangan pernah takut dengan kegagalan. “Terus berkarya dengan kemampuan yang dimiliki, seberapa kecil karyamu, itu merupakan kontribusi untuk bangsa ini,’ pungkas Charina.
====================================
Charina Prinandita
- Tempat Tanggal Lahir : 1 Februari 1988
- Pendidikan Terakhir : Raffles Design Institut
- Usaha : Eatlah
- Mulai Usaha : 2016
- Jumlah Cabang : 11 gerai di Jabodetabek dan Bandung
- Jumlah Karyawan : 70 orang
- Modal : Rp 15 juta
- Omzet : rata-rata Rp 20 juta/hari
===================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post