youngster.id - Kuliner merupakan salah satu sektor yang sangat berpotensi dalam perekonomian Indonesia. Bisnis ini tak sedara menjual makanan, tetapi juga menjadi gaya hidup masyarakat, terutama di kalangan generasi milenial. Para selebriti pun tak ketinggalan turut meramaikan kancah usaha kuliner. Ikutan tren kah?
Fakta menunjukkan bahwa kuliner menjadi bidang yang sangat mendominasi ekonomi kreatif. Dari 8,2 juta unit industri kreatif, 68% bergerak di sekotr kuliner. Tak heran jika di tahun 2016, dari Rp 922 triliun nilai ekonomi kreatif, sebesar 43% berasal dari sektor kuliner. Angka itu merupakan yang paling tinggi dibanding 16 subsektor lain di Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Peluang bisnis kuliner memang besar, pasalnya semua orang butuh makan. Tak hanya itu, belakangan ini makanan juga telah menjadi bagian dari gaya hidup. Orang tak sekadar makan, tetapi juga menikmati suasana di lokasi tempat makan yang mereka datangi. Tak mengherankan kalangan selebriti pun tertarik terjun di bisnis ini dengan membuka restoran.
Sadar bahwa karier di dunia hiburan tidak memiliki kepastian, bisnis kuliner menjadi lahan peruntungan baru. Seperti yang dilakukan Dion Wiyoko, aktor, model dan presenter ini berbisnis restoran sejak tahun 2016. Kini aktor yang dikenal lewat film Serigala Terakhir bersama sang istri, Fiona Anthony membuka gerai toko kue.
Bagi Dion, usaha di bidang kuliner ini bukan sekadar ikut tren. Dia mengaku melirik kuliner karena bisnis ini telah menjadi kebutuhan masyarakat untuk makan sambil rekreasi bersama keluarga, teman dan rekan bisnis. Oleh karena itu, konsep bisnis kuliner yang dikedepankan Dion adalah lokasi yang strategis, menu yang menarik dan inovasi.
“Ya saya memang tidak hanya terpaku pada satu hal saja. Tapi ingin terus berkreasi dan mengembangkan diri. Karena bisnis kuliner itu menarik, bagaimana kita bisa memberikan kualitas produk dan servis secara bersamaan,” ungkap Dion kepada youngster.id.
Bisnis kuliner diawali pria kelahiran 3 Mei 1984 ini dengan mendirikan restoran bernama O Fish! yang berlokasi di Gading Serpong. Usaha itu telah berjalan sampai sekarang, bahkan telah memiliki omzet hingga ratusan juta setiap bulannya.
Tak berhenti sampai di sana, kini Dion mengembangkan usaha baru yakni bisnis kue dengan label Bakepack.
“Saya buka usaha kuliner, selain buka cabang restoran dua tahun belakangan ini, terus buka toko kue sama istri. Bukan toko kue oleh-oleh kekinian ya, tapi emang bener-bener cake tart. Istri sendiri yang jadi baker-nya sendiri, namanya Bakepack. Bake-nya dari baking, Pack-nya dari traveling,” jelasnya.
Ya, Dion memang gemar traveling. Oleh karena itu, pilihan nama brand kue pun berangkat dari hobi traveling dan fotografinya. “Jadi kebiasaan sampai sekarang kalau ada konten gitu, saya bikinin khusus artikel sendiri. Misalnya kayak lagi jalan ada foto-fotonya. Akhirnya pas pilih nama untuk kue dan memilih untuk samain aja kayak blog juga. Sebab, namanya juga bisa mewakili, kayak bake-nya baking, pack-nya traveling, jadi bisa dikombinasi,” papar Dion sambil tersenyum.
Bukan Kue Kekinian
Menurut Dion, dia memulai bisnis kue tersebut meski tanpa ada manajemen yang mengatur. Karena sebelumnya dia sudah sukses mengelola bisnis restoran yang digelutinya sejak dua tahun lalu.
Untuk restoran, Dion dan lima rekannya menerapkan strategi lokasi, menu dan inovasi. Oleh karena itu, tiap tiga bulan sekali O Fish! menawarkan varian menu baru kepada konsumennya.
Walau menyajikan bahan baku utama ikan, Dion dan rekan bisnisnya sepakat memodifikasi resep agar bisa diterima lidah orang Indonesia. Termasuk memasilitasi menu dengan varian sambel. Selain menghadirkan makanan berat ala timur, O Fish! juga menawarkan varian makanan ala barat, seperti spageti dan burger.
Dengan konsep tersebut, bisnis ini bisa mendapatkan pendapatan sekitar Rp 300 juta setiap bulannya. “Kami memakai semua strategi, seperti mengajak influencer foodies untuk datang dan kami servis sehingga mereka memberikan review terhadap produk kami. Selain itu, kami juga menggelar promosi lewat Zomato dan Instagram,” beber Dion.
Konsep ini juga yang dia terapkan bagi Bakepack. Alhasil dalam empat bulan berjalan usaha ini telah mendapat tanggapan positif. “Persaingan ya pasti ada. Apalagi, sekarang industri makin kreatif dan cepat pergeserannya. Sekarang, ambil positifnya aja gitu. Iya syukur-syukur kami dapat mengikuti apa yang terjadi sekarang ya, apalagi sekarang era digital. Sekarang jualan cake pun kayak base on online gitu. Ternyata impact-nya pun positif karena ada vendor-vendor lain yang mau ambil produk,” tutur Dion.
Dion mengaku bisnis kue ini berawal dari usaha Fiona yang belajar untuk membuat kue. “Saya melihat dia enjoy, dan ini bisa dijadikan bisnis baru. Jadi ya udah saya sekalian seriusin saja. Kebetulan kan restoran kami konsepnya lebih kayak kafe juga, jadi cake-nya bisa supply dari yang dibikin Fiona juga,” ujarnya.
Sebelumnya, Fiona serius mengikuti workshop bake dan akhirnya diaplikasikan. Selama enam bulan mereka menjajal rasa ke orang-orang terdekat, hingga akhirnya menemukan resep yang benar-benar pas. Hasilnya pun menjadi tiga varian cake tart.
“Dia belajar, dan akhirnya mendapatkan beberapa resep yang dikembangkan sendiri. Terus di-develope masalah rasa dan manisnya dan lain-lainnya, akhirnya lebih pas gitu. Terus ada beberapa resep lainnya dia benar-benar created sendiri. Cukup unik, kue putu dibikin cake tart. Ada dua varian lain yaitu, Thai milk tea dan cake coklat,” jelas Dion bersemangat.
Dion mengaku bahwa usaha kue yang kini digelutinya bukan kue oleh-oleh kekinian seperti kebanyakan artis lainnya. “Yang jelas, bukan toko kue oleh-oleh kekinian ya, tapi memang benar-benar cake tart, karena istri saya benar-benar yang jadi baker-nya sendiri,” ujarnya tegas.
Kualitas Rasa
Sesungguhnya, belakangan ini banyak selebriti yang terjun ke bisnis kue kekinian. Namun Dion menepis bahwa langkah bisnis ini ikut tren tersebut. Dion yakin, niatnya membuat bisnis kue ini akan membuat para pelanggan percaya bahwa ia dan Fiona menomorsatukan soal kualitas rasa.
Bahkan, pemain film Cek Toko Sebelah ini juga tak sungkan untuk turun langsung ke dapur mengecek semua proses pembuatannya. “Dalam bisnis kuliner pilih makanan dan minuman yang bisa dinikmati kapan pun, tidak tergantung musim dan modifikasi agar cocok dengan lidah konsumen, supaya ada repeat order,” katanya.
Untuk usaha ini Dion mengaku mengucurkan modal sekitar Rp 100 juta. Tentu, layaknya usaha lain, Bakepack juga menghadapi kendala, terutama dalam hal produksi. Tetapi Dion mengaku sudah membangun sistem bisnis agar bisa dikelola meski dengan sumber daya yang terbatas.
“Kendalanya sama seperti home industry lain, ada pada sumber daya manusia. Kami pun timnya masih sedikit banget, cuma bertiga. Mungkin nanti kalau mau dikembangkan lagi, saya akan menambah SDM lebih banyak. Penjualan dalam sehari masih sangat ke-handle dengan 3 orang ini,” ujarnya menambahkan.
Menurut Dion, dalam berbisnis ia terinspirasi dari filosofi temannya bahwa: kita di dunia ini harus selalu berani mengambil resiko. “Sebab, dengan beraninya mengambil resiko, kita jadi bisa tahu bahwa kita akan sukses. Sebab, dari situ kita bisa tahu bagaimana kesulitan-kesulitan permasalahan pada saat mencoba hal-hal yang baru itu. Kalau kita tak pernah mau mencoba hal yang baru, kita nggak akan pernah sukses,” pungkasnya.
===================================
Dion Wiyoko
- Tempat Tanggal Lahir : Surabaya 3 Mei 1984
- Pendidikan Terakhir : S1 Jurusan Menejemen, Universitas Atmaja
- Mulai Usaha : 2015
- Nama brand : Bakepack dan O Fish!
- Modal Awal : Rp 100 juta
====================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post