youngster.id - Urban toys adalah salah satu kategori dunia koleksi mainan yang jarang didengar oleh kebanyakan orang. Berbeda dengan mainan pabrikan pada umumnya, urban toys lebih mengarah kepada karya seni. Toh, kini pasar urban toys juga mulai berkembang di Indonesia.
Belakangan ini pasar bagi urban toys sudah lebih menggairahkan. Mulai banyak orang yang mengerti mengenai genre mainan yang satu ini. Bahkan, cukup banyak seniman dan designer urban toys lokal yang diterima dan diapresiasi oleh publik di kancah internasional.
Salah satunya adalah Bokumi. Urban toys yang satu ini adalah boneka kayu tiga dimensi hasil karya Temi Budi Satrya dan putranya Faiz Sadad. Bentuk Bokumi beraneka ragam mulai dari tokoh pewayangan seperti Gatot Kaca, Hanoman hingga pemain sepakbola David Beckham dan Wayne Rooney. Tidak hanya itu, masih banyak karakter Bokumi lainnya, di antaranya tokoh superhero seperti Batman, Superman hingga robot Transformer.
Nama Bokumi terdengar asing. Menurut Faiz, sesungguhnya Bokumi adalah singkatan dari Boneka Kayu Temi, nama dari sang ayah. Usaha ini dimulai Temi dan Faiz di garasi rumah mereka di kawasan Depok, Jawa Barat.
“Bokumi diciptakan dari kejenuhan karena media gambar yang itu-itu aja. Awalnya untuk nantangin diri sendiri: menggambar di atas media tiga dimensi. Tapi tahun 2012, Bokumi diperkenalkan ke publik dan menjadi bisnis,” urai Faiz kepada Youngsters.id.
Faiz menceritakan bisnis ini bermula dari hobi mereka dalam menggambar. Tidak puas dengan media dua dimensi, mereka mencoba berbagai media, termasuk menggambar di atas media kayu yang dibentuk bulat dan lonjong. Dari sinilah lahir ide boneka kayu Bokumi ini.
Menariknya, media yang mereka gunakan terbuat dari limbah kayu palet yang biasa digunakan untuk pengiriman barang. Limbah ini banyak ditemui di kawasan pabrik peti kemas. Menurut Faiz, cara pengolahannya tidaklah sulit. Limbah kayu ini dibentuk bulat dan lonjong. Kemudian kayu didempul untuk menutup pori-pori dan meratakan permukaannya. Setelah didempul, kayu diamplas untuk menghaluskan permukaannya, sehingga cat bisa menempel sempurna.
Media kayu yang telah dibentuk inilah yang kemudian dilukis dengan berbagai karakter sesuai keinginan perancangnya. Menurut Faiz, bagian yang tersulit dalam melukis karakter manusia Bokumi adalah pada bagian wajah, karena butuh ketelitian khusus dalam menggambar detail, seperti mata dan juga mulutnya.
Setelah cukup lama menjadikan Bokumi sebagai penyaluran hobi semata, akhirnya pada 2015 produk ini dijadikan bisnis. “Saya sekarang yang menangani bisnisnya. Mulai dari tahun 2015, kami mulai serius dengan mempromosikan Bokumi lewat media sosial seperti Instagram, website dan lain-lain,” ungkap Faiz, yang masih kuliah di Universitas Gunadarama.
Aktivitas
Menariknya, sejak ditangani Faiz bisnis ini sekarang tak lagi sekadar urban toys dengan banyak karakter. Tetapi lebih untuk mengenalkan media lukis tiga dimensi kepada masyarakat agar mereka terdorong berkreasi menuangkan imajinasinya melalui lukisan.
“Sesungguhnya bisnis ini lebih menitikberatkan pada aktivitas untuk menumbuhkan semangat kreatif yang tinggi kepada banyak masyarakat di Indonesia,” kata Faiz. Dia mengaku merogoh kocek hingga Rp 40 juta untuk modal usaha ini.
Langkah itu dilakukan dengan sejumlah pertimbangan ketika Bokumi vakum pada 2012-2014. Menurut Faiz, salah satu faktor yang membedakan urban toys dengan mainan pabrikan yang mainstream adalah kuantitas dan produksi. Meski sama-sama diproduksi secara massal, urban toys hanya dibuat dalam kuota yang kecil, kadang hanya 500 atau 1000 unit. Hal tersebut otomatis bertolak belakang dengan mainan pabrikan mainstream yang menciptakan produk yang sama hingga ratusan ribu unit.
“Selain itu pasar mainan semacam ini masih terbatas untuk kolektor atau untuk souvenir dan hadiah. Apalagi nilainya masih terbilang tinggi untuk konsumen di Indonesia,” ungkap mahasiswa berprestasi ini.
Menurut Faiz, lewat kegiatan workshop di sekolah, kampus, komunitas dan pusat hiburan umum dia dapat lebih memperkenalkan Bokumi dan urban toys ke khalayak luas.
“Kini kami lebih menjual medianya saja yaitu Bokumi yang polos belum digambar. Hanya saja, kalau ada permintaan untuk karakter tokoh tertentu tetap akan dikerjakan. Tapi dibatasi, lima karakter per bulan,” ungkapnya.
Dengan perubahan fokus bisnis ini, pemuda kelahiran 12 Agustus 1996 ini yakin produk Bokumi akan lebih diterima masyarakat luas. Ia memaparkan bahwa saat ini Bokumi memiliki tiga varian produk. Pertama, Basic Custom, yaitu Bokumi putih polos dengan ragam bentuk dan ukuran. Bokumi ini siap digambar dan dikreasikan dengan media lainnya.
Kedua, Original, yaitu Bokumi yang sudah digambar dan dikreasi oleh tim Bokumi dengan beragam karakter kartun, komik, animasi, wayang, urban dan banyak lainnya. Dan ketiga, Custom, yaitu Bokumi yang dilukis atau digambar dengan karakter pesanan. Misalnya lukisan wajah dan custum tertentu.
Dari semua itu, titik berat bisnis Bokumi ada pada basic costum. Produk ini menjadi bagian dari workshop yang digelar Faiz. Untuk produk putih polos siap gambar ini ia menetapkan harga mulai dari Rp 65 ribu/buah dengan minimal peserta 50 orang.
Kegiatan ini telah dimulai Faiz sejak 2015, dan hingga kini dia dan timnya tak pernah sepi dengan kegiatan workshop di wilayah Jabodetabek. Bahkan, baru-baru ini peserta workshop-nya mencapai 150 orang. Untuk promosi dia banyak berkolaborasi dengan komunitas seperti graffiti, sketching dan seniman viral lainnya lewat media sosial.
Eksklusive
Meski lebih mengutamakan kegiatan workshop, Faiz tetap menerima pemesanan Bokumi dalam bentuk karakter custom dari para kolektor dan pelanggan. Namun jumlahnya dibatasi paling banyak 5 buah. Pembatasan pemesanan tersebut, menurut Faiz agar Bokumi tetap eksklusif dan hasilnya pun tetap maksimal, karena waktu pengerjaannya bisa 3-6 hari per produk.
“Kalau kami produksi banyak, jadi tidak eksklusif dan hasilnya tak maksimal karena kami lukis pakai tangan sendiri. Jadi hasil yang satu dengan yang lainnya tidak akan sama,” ucap Faiz lagi. Pemesanan ini kebanyakan dengan karakter wajah atau tokoh tertentu untuk dijadikan hadiah dan koleksi. Menurut Faiz, pembeli Bokumi custom paling banyak datang dari Bali.
Lewat bisnis ini, anak pertama dari dua bersaudara ini bisa mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp 7-10 juta per bulan. Di tahun 2017 ini dia berencana akan mengembangkan produk ke bentuk lain yang lebih fungsional. “Sedang kami rancang produk yang tidak sekadar jadi hiasan tetapi juga bisa berfungsi sehari-hari sehingga setelah mereka bisa melukisnya dapat mereka memakainya juga,” kata Faiz penuh harap.
Meski masih berkuliah Faiz mengaku tidak terganggu dengan kegiatan wirausaha yang dilakoninya sekarang ini. Dia bahkan tetap bisa mempertahankan prestasi IPK di atas rata-rata 3. Bagi Faiz, bisnis dan pendidikan akan dapat berjalan seiring dan saling menunjang.”Saya yakin wirausaha adalah pilihan yang tepat dan akan saya kerjakan sungguh-sungguh,” kata Faiz penuh rasa bangga.
===============================================
Faiz Sadad
- Tempat Tanggal Lahir : Depok, 12 Agustus 1997
- Pendidikan : Semester VÂ Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma
- Usaha : Bokumi
- Mulai : 2012
- Harga : Mulai Rp 65 ribu/unit
- Keuntungan : Rp 7- 10Â juta/bulan
==============================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post