Felix Ramli : Meraih Peluang Dari Tingginya Minat Pemain Game

Felix Ramli, Founder & CEO Game Level One (GLO) (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Nilai pasar industri game Indonesia diperkirakan mencapai Rp 24,4 triliun pada tahun 2021. Hal ini membuat para pelaku di industri game (developer) Tanah Air bergairah. Beragam bisnis muncul dari sini, mulai dari pengembang game lokal hingga edukasi mengenai game.

Sesungguhnya pertumbuhan industri game di Tanah Air bisa dilihat dari awal 2000-an, saat pusat permainan daring berbasis komputer bermunculan di Tanah Air. Tempat tersebut berada dalam bentuk warung internet atau warnet.

Peta Ekosistem Industri Game Indonesia menyebut, pada tahun 2015, terdapat 42,8 juta populasi pemain video game dengan pangsa pasar sebesar US$ 321 juta. Angka tersebut naik menjadi US$1,1 miliar (Rp 15,96 triliun) atau naik hampir 350% (Newzoo, 2015, 2019; Statista, 2020). Data terbaru menunjukkan peningkatan terus terjadi.

Rupanya, saat sektor usaha lain lesu, industri game justru tumbuh positif di kala pandemi Covid-19. Pada 2019, berdasarkan data dari Indonesia Esports Premier League (IESPL), terdapat 62,1 juta orang yang aktif bermain game di dalam negeri. Catatan tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat 6 dengan jumlah gamer terbanyak di Asia dan peringkat 16 di dunia. Artinya, minat masyarakat Indonesia terhadap game dapat dikatakan sudah tinggi.

Peluang ini dimanfaatkan oleh Felix Ramli dengan membuka usaha yang mengajarkan berbagai aspek mengenai games untuk anak-anak muda. Usaha bernama Game Level One (GLO) ini dirintis sejak tahun 2012.

“GLO mengajarkan berbagai aspek video games mulai dari logic, matematik, program, penggunaan engine games hingga cara membuat video games,” ucap Felix kepada youngster.id.

Pria kelahiran Jakarta, 3 Agustus 1986 ini mendirikan GLO sebagai jasa konsultasi, service provider (software, games dan ExDev), serta publisher. Menurut Felix, GLO memiliki pustaka lebih dari 150 games.

“Selain pengalaman kami yang lebih 16 tahun dalam bidang video games, kami juga memiliki library lebih dari 150 games yang dapat dipilih oleh client ketika mereka mempunyai waktu dan resource terbatas,” klaimnya.

Saat ini, GLO telah melayani lebih dari 30 klien dan mitra, dengan pengguna mencapai lebih dari 2 juta. “Selain itu, kami juga sedang membuat platform gamification yang dapat digunakan dengan mudah oleh tempat-tempat training dan events agar GLO bisa semakin dikenal oleh masyarakat termasuk perusahaan lainnya,” ucap Felix.

 

Sindrom Startup

Usaha ini, menurut Felix, bermula dari garasi rumahnya. “GLO dibuat dengan tujuan untuk dapat menginspirasikan generasi-generasi mendatang tentang kemungkinan tak terbatas yang dapat dicapai melalui excellence, integrity, dan confidence,” ungkapnya.

Alumni Real-time Interactive Simulation, Digipen Institute of Technology, Redmond, WA,AS, ini mengajarkan berbagai aspek video games mulai dari logic, matematik, pemrograman, dan penggunaan engine games bagi anak-anak, pelajar hingga mahasiswa.

Pengalamannya bekerja di sejumlah perusahaan di bidang industri multimedia membuat usaha ini berkembang. Setahun setelah berdiri GLO berhasil mengembangkan game yang diluncurkan di Playstore dan Appstore.  “Tahun 2016 kami mempublish satu title game Football Clash dengan game developer dari UK untuk market Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia,” ungkapnya.

Felix mengakui, di awal bisnis GLO juga mengalami banyak tantangan. Hal itu, dikarenakan kurangnya pengalaman dalam menjalankan bisnis. “Ketika membuka usaha ini, kami tidak melakukan riset dan kurang pengalaman,” ujarnya.

Menurut Felix, masalah terbesar adalah sindrom startup. “Selain masalah tentang human resource dan permodalan yang dialami oleh setiap perusahaan baru, kami juga mengalami sindrom startup. Kala itu kami ingin melakukan banyak hal, akibatnya kami tidak bisa fokus dalam memprioritaskan hal-hal yang penting,” ungkapnya.

Masalah itu akhirnya terpecahkan berkat dukungan dari mentor. “Mempunyai mentor yang dapat melihat dari sudut yang berbeda sangat membantu kami untuk melihat hal dengan cara yang berbeda, yang pada akhirnya dapat membuat kami semakin fokus,” sambungnya.

Menurut Felix, sejak itu GLO kemudian mengembangkan dua model bisnis. Pertama, menjadikan GLO sebagai “boutique” game developer, dimana client atau perusahaan mempunyai permintaan yang sangat spesifik tentang game yang ingin dibuat, dan GLO akan memfasilitasi itu. Kedua, sebagai katalog, dimana client dapat memilih game dari library GLO yang mempunyai lebih 150 games.

GLO memonetisasi usaha rintisan ini melalui custom game development. Setiap produk yang dimiliki oleh GLO memiliki harga yang cukup luas hingga ratusan juta rupiah. “Setiap produk kami mempunyai price range yang cukup luas, mulai dari ratusan ribu untuk penggunaan game kami dalam acara-acara training dan event-event, sampai ratusan juta untuk custom video game development,” ungkapnya.

GLO bahkan terpilih sebagai salah satu wakil Indonesia mengikuti ajang Game Connection America (GCA) 2019 di San Fransisco, California.

 

Game Level One (GLO)
Didukung 10 karyawan, kini Game Level One (GLO) telah memiliki sekitar 2 juta users (Foto: Istimewa/youngster.id)

 

Naik Level

Felix mengakui bisninya turut terdampak pandemi, termasuk menurunnya klien GLO. Namun bagi Felix kondisi ini malah memberikan GLO waktu untuk beristirahat dan refocus pada beberapa prioritas bisnis yang perlu dikembangkan.

“Kami sangat bersyukur karena di tengah pandemi ini kami tidak perlu melakukan pengurangan karyawan maupun pengurangan gaji karyawan. Di lain pihak, pandemi ini memberikan kami waktu istirahat dan refocus pada beberapa prioritas bisnis yang perlu dikembangkan,” katanya.

Di sisi lain, Felix juga melihat bahwa industri game malah bertumbuh pesat. Kendati begitu, bermunculannya para pemain di bisnis yang sama itu tak membuatnya khawatir.

“Saya tidak khawatir dengan adanya kompetitor. Justru dengan adanya persaingan usaha ini, ditujukan saya malah untuk bisa berkolaborasi dan berbagi project dengan mereka. Mengingat tujuan kami sama, ingin memajukan industri game di Tanah Air. Apalagi, melihat pasarnya di industri masih sangat luas,” tuturnya.

Bahkan, Felix telah menyiapkan beberapa rencana kolaborasi dengan developer lain.”Kami mulai melakukan pengembangan platform gamification yang dapat digunakan perusahaan-perusahaan untuk melakukan customer engagement dan retention,” ungkap Felix.

Salah satunya melalui cara pendekatan sosial dengan menggandeng beberapa komunitas pebisnis, termasuk startup. Juga, melalui cara pendekatan di media sosial agar usahanya ini bisa semakin dikenal oleh khalayak luas.

“Pendekatan sosial melaui social media tentunya memang sangat memiliki peranan penting bagi kelangsungan usaha kami. Untuk itu, cara pendekatan semacam ini aktif kami lakukan bersama tim. Selain itu, cara pendekatan sosial lainya adalah kami selalu berupaya untuk aktif di komunitas pebisnis dan startup karena hal ini juga sangat membantu bagi kelangsungan usaha kami ke depannya,” katanya.

GLO juga terus melebarkan sayap dengan cara pembuatan platform gamification yang dapat digunakan dengan mudah oleh tempat-tempat training dan events. Itu merupakan upaya lain yang dilakukan agar usahanya bisa terus berkembang dan berkelanjutan.

Felix berharap hadirnya usaha rintisan GLO ini turut mendukung program pemerintah, yaitu mendukung para pemilik talenta di indutsri game. Selain itu, ia juga berharap, ke depannya perjalanan bisnis GLO bisa terus sustainable, sehingga bisa bertahan di musim apapun.

“Kami berharap dapat membuat bisnis yang bisa sustainable dan dapat survive pada musim apapun dan perjalanan usaha GLO bisa terus berkembang dan terus berkelanjutan. Paling tidak usaha kami ini bisa membantu program pemerintah untuk mendukung industri game di Tanah Air bisa semakin berkembang lagi ke depannya, dan bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri,” pungkasnya.

 

=====================

Felix Ramli

===================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version