youngster.id - Bisnis food and bevarage (F&B) memang tak ada matinya. Kreativitas dan inovasi yang berkembang dari pelaku usaha bidang F&B telah melahirkan berbagai merek termasuk produk lokal. Salah satu merek lokal yang tengah agresif berekspansi adalah Haus!
Jika dilihat dari data, di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus, industri makanan dan minuman justru mengalami pertumbuhan 0,22% atau meningkat sekitar 1,87% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa industri makanan minuman menunjukkan stabilitas signifikan di tengah pandemi.
Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan pada Triwulan I 2020, sektor industri F&B memberikan kontribusi sebesar 36,4% terhadap PDB manufaktur. Pada periode yang sama, pertumbuhan sektor industri ini mencapai 3,9%. Bahkan, sepanjang semester I 2020, industri F&B memberikan devisa yang paling besar melalui capaian nilai ekspor hingga US$ 13,73 miliar. Maka dari itu industri F&B diprediksi akan mencapai pertumbuhan 5% – 7% di tahun 2021.
Kesuksesan bisnis ini menarik perhatian investor. Seperti yang dialami oleh Haus!. Merek minuman lokal yang hadir sejak Juni 2018 baru saja mendapatkan suntikan modal dari BRI Ventures sebesar Rp 30 miliar. Ini menjadikan Haus! naik kelas menjadi startup bernilai tinggi.
“Sebagai startup, inovasi merupakan kunci penting bagi kami. Dukungan strategis dan finansial yang kami dapat ini akan kami gunakan untuk pengembangan dan inovasi bisnis,” ucap Gufron Syarif, Founder & CEO Haus! Indonesia kepada youngster.id baru-baru ini.
Saat ini, Haus! telah memiliki 109 gerai yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung. Menurut Gufron, melalui pendanaan yang baru didapatkan, mereka berencana akan membuka 100 gerai di kota kedua di seluruh Jawa pada 2021. “Dengan slogan ‘Semua Berhak Minum Enak’, kami berkomitmen menyediakan minuman enak yang terjangkau bagi semua orang. Untuk itu, kami punya target hingga 2025 Haus! akan bisa ada di seluruh Indonesia dengan minimal 3.000 outlet,” ungkap Gufron penuh optimis.
Gufron yakin karena telah membuktikan sendiri kesuksesan Haus!. Ketika membuka outlet pertama di Binus Kemanggisan, mereka menargetkan menjual 300 cup sehari. Ternyata di luar dugaan, Haus! bisa menjual hingga 400-an cup dalam sehari.
“Dari sana kami melihat besarnya potensi bisnis minuman dan memutuskan untuk serius menjalaninya,” ujar Gufron.
Celah Pasar
Alumni Universitas Padjajaran Bandung ini bertutur, bisnis gerai minuman ini berawal dari melihat tren minuman kekinian di pasar. Menurut Gufron, mereka melihat tren ini lebih menyasar segmen pasar A dan B dengan berlokasi di sejumlah mall. Selain itu, produk yang dihadirkan adalah impor. “Di sini kami melihat ada celah pasar yang belum dimasuki, yaitu segmen kelas C dan pasar ini 70%. Segmen ini sangat besar,” ujarnya.
Gufron menegaskan, sejak awal memutuskan terjun sebagai wirausaha bukan semata mengejar keuntungan. Kata Gufron, berbisnis F&B merupakan upaya untuk menjadikan Indonesia tuan rumah di negara sendiri. “Kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Salah satunya dengan bisnis,” ujarnya.
Di awal mulai Haus! menawarkan 35 varian minuman fusion kekinian berbahan dasar susu, teh, kopi dan keju. Aneka minuman tersebut dibanderol mulai Rp 5.000 – Rp 20.000.
“Kami tidak ingin brand kami terasosiasi pada satu jenis produk tertentu. Kami tahu ada banyak produk yang terjebak produk lifecycle. Karena itu kami ingin Haus! itu minuman kekinian yang terjangkau seluruh masyarakat Indonesia dengan rasa dan nilai yang bisa diadu dengan brand di mal-mal,” ungkap Gufron.
Hal menarik lain adalah soal pemilihan lokasi. Haus! fokus pada lokasi di area sub urban, perumahan padat penduduk atau dekat kampus dan sekolah. Menurut Gufron karena mereka memang ingin mendekatkan merek ini ke konsumen. “Kami juga menerapkan strategi komunikasi dengan bahasa gaya generasi milenial yang lebih cair, tidak formal. Kami menempatkan konsumen sebagai teman dengan mengkreasikan produk yang up to date sesuai tren,” ucapnya lagi.
Dengan konsep ini, Haus! cepat diterima masyarakat. Dalam kurun waktu satu tahun gerai Haus! sangat pesat menjadi 27 gerai dan kemudian terus bertambah. Untuk menjaga kualitas dan standar, maka semua gerai dikelola sendiri dengan logistik bahan baku dan kemasan terpusat. Ternyata ini menjadi tantangan terberat bagi Gufron.
“Tantangan terbesar adalah operasional, karena semua tolok kami kelola sendiri. Ini berhubugan dengan manusia. Untuk itu sepanjang tahun pertama kami harus membenahi SOP dan kontrol. Karena itu kami membatasi operasional gerai baru di Jabodetabek dan Bandung. Daripada pertumbuhan bisnis tidak diikuti dengan pertumbuhan organisasi,” papar Gufron.
Lagipula, lanjut Gufron, untuk membangun sebuah merek tidak sekadar mengandalkan pada sisi pemasaran. “Untuk membangun brand harus bisa membangun pengalaman customer terhadap produk dan pelayanan. Ini tentu terkait dengan operasional. Jadi kami belum mempercayakan bisnis ini pada pihak lain. Ini butuh komitmen dan pengalaman,” tegas Gufron.
Sedangkan dari sisi pemasaran, Haus! berfokus pada inovasi produk dan menyasar komunitas mode hingga musik. Dengan cara ini, penjualan Haus! bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 7 juta per kios.
“Belanja modal atau capex Rp 420 juta untuk membangun satu gerai itu bisa ditutup dalam setahun. Jadi, cukup cepat untuk mencapai titik impas atau break even point (BEP),” ujar Gufron. Besaran belanja modal itu mencakup keperluan renovasi, peralatan dapur dan furnitur. Biaya sewa tempat bisa mencapai Rp 100 juta.
BEP dan Ekspansi
Berkat konsep harga yang terjangkau, lokasi yang strategis, dan layanan Grab and Go, Haus! cepat meraih sukses. Gufron berani mengklaim, Haus! telah mencapai titik impas dalam waktu relatif singkat.
Agar bisnis bisa lebih berkembang, maka sejak 2019 Haus! mulai melakukan penggalangan dana. Gufron mengungkapkan, untuk membuka satu gerai mereka membutuhkan investasi sekitar Rp 420 juta. Angkat itu untuk peralatan, renovasi dan furniture. Itu di luar dari biaya sewa tempat.
“Kami mempersiapkan pendanaan ini dari setahun lalu. Kami berangkat dari UMKM dengan hanya punya dua pegawai. Bahkan, saya sejak awal terjun langsung ke toko dan mengenal suasana dan market kami. Kami juga menerapkan tertib administrasi, sehingga kami siap dan layak untuk jadi investasi,” ungkapnya.
Gufron mengingatkan buat wirausahawan yang mulai merintis, dengan adanya venture capital ini peluang untuk maju menjadi besar sangat terbuka. “Jadi kita perlu mempersiapkan diri untuk membesarkan usaha dan diri. Jadi ketika mendapat kesempatan kita sudah siap. Jangan pernah menunda tertib administasi dan financial. Jangan juga mencampur uang pribadi dengan perusahaan,” katanya mengingatkan.
Gufron mengaku pandemi memang berdampak pada bisnis F&B. Tetapi berkat strategi dan pengelolaan yang baik Haus! bisa tetap meraih keuntungan. “Kami fokus pada penjualan di online. Jika sebelum pandemi 50:50 yang bedi lewat online dan yang datang ke gerai langsung, di saat pandemic kami 70% online. Kini setelah pelonggaran kami kembali 50:50. Hasilnya di tahun 2020 kami masih profit,” katanya.
Di sisi lain, Gufron juga menerapkan strategi berupa inovasi dengan menambhkan produk roti dan snack. Selain itu, mereka juga masuk ke berbagai komunitas lewat kegiatan musik dan fesyen. “Kami ingin dilihat sebagai brand yang trendy, dan gaul. Dengan masuk ke berbagai komunias kami meningkatkan brand value Haus!,” ujarnya.
Untuk memperluas pasar ke segmen B, Haus! hadir dengan store Haus! 2.0. Menurut Gufron, konsepnya tetap Grab and Go tetapi dengan suasana gerai yang lebih nyaman dan berada di lokasi perkantoran atau apartemen. Untuk konsep ini dia mengaku bisa meraup omzet Rp7 juta per toko per hari.
Dengan keberhasilan itu, maka perusahaan ini berani meningkatkan penetrasi pasar hingga ke pelosok Indonesia. Pada 2021-2023, Gufron mengaku fokus penambahan gerai Haus! di seluruh Jawa dan Bali. Dalam waktu dekat, gerai Haus! akan hadir di Surabaya dan Yogyakarta.
Lalu pada 2024, ekspansi gerai ditargetkan menjangkau Sumatera dan 2025 di sekitar wilayah Kalimantan serta Sulawesi. Adapun pada 2026, perusahaan membuka kemungkinan ekspansi gerai di luar negeri, khususnya Asia Tenggara. “Kalau kami petakan, rata-rata diharapkan bisa 1.000 kedai di Indonesia. Bahkan kami optimistis bisa sampai 3.000 sehingga bisa meluas ke pelosok hingga kabupaten,” pungkas Gufron.
===================
Gufron Syarif
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Maret 1985
- Pendidikan Terakhir : Master of Business IT Degree from Royal Melbourne Institute of Technology, Melbourne, Australia
- Usaha yang dikembangkan : Bisnis F&B minuman kekinian
- Nama usaha : Haus! (PT Inspirasi Bisnis Nusantara)
- Mulai Usaha : 2018
- Jumlah Outlet : 109 gerai
- Jumlah Karyawan : 800 orang
===================
STEVY WIDIA
Discussion about this post