Intan Miranti : Andalkan Kekuatan Medsos Untuk Memasarkan Bisnis F&B-nya

Intan Miranti, Founder & CMO Tepi Bambu Café (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan sektor usaha yang paling terdampak situasi Pandemi Covid-19. Di tengah banyaknya tantangan, kemampuan untuk beradaptasi menjadi kunci bagi bisnis untuk bisa menghadapi perubahan yang ada. Dalam hal ini bisnis makanan dan minuman termasuk yang cepat menyesuaikan.

Di era modern ini, dalam menghadapi tantangan persaingan bisnis di sosial media, pelaku bisnis dituntut untuk selalu inovatif, kreatif, dan adaptif dalam menjalankan usahanya. Semua pebisnis harus terus berinovasi dan menghadirkan ide baru agar tidak tertinggal, hal yang sama juga terjadi di dunia food and beverage (F&B).

Zaman sekarang bisnis F&B sudah semakin inovatif setiap harinya, semakin banyak usaha dan ide fresh yang terus bermunculan. Hal ini didorong oleh perilaku konsumen dari kalangan milenial, terutama, adalah mereka yang gemar memburu pengalaman. Dalam hal ini, mereka gemar berburu suasana baru di tempat nongkrong. Kalangan ini juga senang mencari sensasi baru di produk kuliner

Hal ini ternyata membawa berkah bagi sejumlah pelaku bisnis kuliner. Salah satunya adalah Tepi Bambu Café yang justru merasakan berkah di masa pandemi saat menjalankan usaha rintisan di bidang kuliner.

Intan Miranti, Founder & CMO dari Tepi Bambu Cafe mengatakan, bisnis F&B yang dimulainya pada Agustus 2020 lalu mampu meraup sukses.

“Kami mencoba memanfaatkan peluang bisnis ini, terutama untuk menggaet kaum milenial. Karena kami yakin bisnis F&B masih diminati oleh masyarakat yang memang gemar kumpul dan hang out bersama keluarga atau teman-teman,” kata Intan saat ditemui youngster.id di Tepi Bambu Café yang berlokasi di kawasan Cilangkap, Tapos, Depok, Jawa Barat.

Sejatinya, bagi perempuan muda yang masih bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang travel ini, bisnis kafe juga menjadi pengusir kejenuhan menunggu pandemi berakhir. Apalagi dia lebih banyak bekerja dari rumah dan memiliki waktu luang.

“Dengan bisnis ini saya bisa menyalurkan ide kreatif untuk membangun sesuatu yang dapat dinikmati orang banyak, terutama anak-anak muda. Karena itu kafe ini berkonsep outdoor dengan nuasna alam dari pohon bambu,” ucapnya.

Ketertarikannya terjun ke bisnis F&B juga didukung keterampilan memasak. “Selama ini saya dan keluarga, kalau libur suka jalan cari tempat makan di luar yang enak. Jadi kalau ada makanan enak di tempat tadi, di rumah biasanya makanan itu kami coba praktekan. Dengan kebiasaan hang out tadi dan memiliki hobi memasak,  keterampilan itu akhirnya saya manfaatkan untuk mewujudkan mendirikan usaha Tepi Bambu Cafe ini,” cerita Intan.

 

Kekuatan Instagramable

Menurut Intan, untuk mengembangkan bisnis kafe itu ia mesti menggelontorkan modal sekitar Rp 200 juta. Modal itu di luar dari lokasi kafe, yang kebetulan berada di depan pekarangan rumahnya dengan lahan seluas 150 meter persegi.

“Tadinya nggak pernah kebayang mau buat kafe di daerah ini. Apalagi, tempat ini kalau sudah habis magrib, jarang yang berani lewat  karena memang sepi dan gelap karena banyaknya pohon bambu,” ujarnya.

Namun dengan tangan dingin Intan pun mendesain kafe dengan konsep yang homey dan instagramable. Dia menempatkan penerangan secukupnya, ditambah dengan desain yang catchy tentu menarik perhatian pengunjung. Ditambah suasana kafe yang dikelilingi rumpun bambu yang memberi suasana sejuk dan nyaman.

Diyakini Intan, dengan konsep ini akan disukai dan mampu membawa kafenya masuk ke media sosial. Kekuatan media sosial ini yang tak bisa dipandang sebelah mata. Untuk itu, Intan bersama tim serius memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan bisnis mereka. Terbukti, dalam tiga hari kafenya langsung menjadi bahan perbincangan di kalangan anak muda yang gemar mencari lokasi nongkrong yang menarik.

“Kekuatan media sosial itu sangat membantu saya, terutama memperkenalkan usaha ini. Saya promosi di semua medsos, mulai dari Instagram, Twitter, Facebook dan lain-lain. Dan, tiga hari setelah kami buka, pengunjung yang datang sangat banyak mencapai lebih dari 100 orang,” ungkapnya bersemangat.

Para pengunjung datang tak hanya dari seputar Depok tetapi juga dari Bogor, Jakarta, Bekasi, hingga Tangerang. “Banyak yang datang karena tertarik melihat foto-foto di Instagram dan Facebook. Banyak juga mendapat kabar dari teman-teman mereka dan penasaran untuk melihat langsung,” ujar Intan lagi sambil tersenyum.

Boleh jadi, konsep Tepi Bambu Café cocok bagi mereka yang memang mencari suasana baru. Kafe ini memberikan sejumlah spot untuk pengunjung yang ingin berswafoto, termasuk di atas kitchen berupa kontainer.

Tak hanya itu, aneka menu makanan dan minuman juga disiapkan. Mulai dari Ayam Bakar Nasi, RiceBowl Chiken Katsu, Ricebowl Chiken Wings, Bakso Aci, Tempe Mendoan, hingga Rujak Cireng tersedia. Demikian juga aneka kopi dan teh. Semua disajikan dengan harga yang terjangkau mulai dari Rp 7.000 hingga Rp 30.000.

“Kami berusaha menyajikan menu yang layak untuk dikonsumsi tanpa ada bahan pengawet atau pemanis buatan, serta dengan harga yang terjangkau untuk semua kalangan,” ujarnya.

Untuk mendukung operasional bisnisnya, Intan memperkerajakan 6 orang karyawan. Kini mereka bisa melayani sekiar 100 transaksi setiap hari, dan 200 transaksi di akhir pekan. “Omset kami per bulan bisa mencapai Rp 50 juta sampai Rp 100 juta, dengan jumlah transaksi per hari yang masuk bisa mencapai 100 transaksi dan kalau di weekend itu jumlah transaki bisa mencapai 200 transksi. Ya sebandinglah dengan apa yang kami dapat dan rasakan sekarang,” kata Intan dengan bangga.

 

Intan mendesain kafe dengan konsep yang homey dan instagramable. Dia menempatkan penerangan secukupnya, ditambah dengan desain yang catchy tentu menarik perhatian pengunjung. Ditambah suasana kafe yang dikelilingi rumpun bambu yang memberi suasana sejuk dan nyaman (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Protokol Kesehatan

Bagi perempuan kelahiran Bogor, 7 Juli 1996 ini bisnis rintisan ini membuka rezeki bagi dirinya. Bahkan meski usaha ini hadir di tengah-tengah pandemi, namun dia optimis bisnisnya akan tetap berjalan lancar.

Intan juga menegaskan tetap menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah yang wajib dilakukan olek pemilik F&B. Untuk itu, mengenai jadwal operasional kafe maupun pengunjung yang akan ke tempat ini dipastikan menjalankan kewajiban memenuhi ketentuan prokes seperti 5M yang sudah diberlakukan di kafe ini.

“Kami cukup ketat memberlakukan protokol kesehatan di sini untuk semua pengunjung, terutama untuk hal kesehatan bersama. Selain itu, setiap hari sebelum buka dan tutup tempat ini selalu disemprot dengan disinfektan. Kami juga buka pukul 13.00 dan tutup lebih awal pukul 20 wib,” kata Intan.

Di sisi lain, Intan tidak menyangka pengunjung kafe tetap membludak. “Akhirnya kami siasati agar pengunjung bergantian. Jadi ketika ada tamu yang pulang, pengunjung lain yang menunggu tadi baru bisa masuk, karena kapasitas tamu sekitar 60 orang saja. Kami juga nggak ingin  nantinya dicap sebagai klaster baru, dan pengunjung juga mau mengerti,” ujarnya.

Di tengah usaha yang tengah ramai di media sosial, Intan jug mengaku menerima tanggapan miring. Namun, dengan pendekatan persuasif dan humanis, masalah tersebut dapat diatasinya.

“Kami tahu setiap pengunjung yang datang ke sini mereka selalu men-share di medsos mereka. Dan kami suka mengadakan program di sini, tapi syaratnya pengunjung harus follow Instagram kami, dengan mencatumkan makanan dan minuman favorit mereka. Jadi begitu mereka posting dan banyak follewer-nya mereka yang kami kasih voucher makan dan minum gratis di tempat ini. Tentu tidak semua memuji, ada juga yang komplen. Misal makanan atau minuman terlalu manis,” tuturnya.

Menurut Intan, keluhan dari pelanggan itu sekaligus menjadi masukan bagi dia dan tim untuk terus memperbaikin pelayanan. “Kami juga selalu menjawab komplen dengan pendekatan humanis. Karena dengan begitu, saat semua sudah jelas, si pengunjung yang komplen tadi juga bisa kembali datang ke tempat ini dan malah membawa teman-temannya,” ungkap Intan.

Lebih dari itu, keluhan, kritik dan saran harus disikapi secara bijak. Dan, harus bisa melihat kekuarangan sebagai upaya untuk melangkah maju. “Hal itu akan terus membawa diri kita terus belajar dan jangan pernah cepat puas. Sekarang orang banyak yang datang, tapi ke depan mungkin orang akan bosan dengan kita. Jadi kami harus terus berinovasi,” katanya.

Oleh karena itu, selain terus menambah menu baru mengikuti tren terkini, Intan juga membangun loyalitas pelanggannya. Seperti menghadirkan live music sesuai dengan selera anak muda sekarang. “Jadi tempat kami harus punya ciri khas sehingga engagement dengan customer terjalin. Kami suka follow back mereka, bikin foto, bikin poling tanya jawab. Jadi harus interaktif dengan melibatkan konsumen di medsos. Itu menjadi salah satu kunci biar konsumen nggak pindah. Kalau orang sudah nyaman, berikutnya mereka akan datang lagi kesini,” kata sarjana Sastra Inggris sambil tersenyum.

Intan menyebut keberhasilan yang didapat saat ini akan dipergunakan untuk pengembangan rencana usaha seperti memperluas area parkir dan membuka cabang dengan konsep kafe dan resto.

“Saya ingin bisa membuka peluang dan menghasilkan banyak ide bisnis baru di masa sulit seperti sekarang ini,” pungkasnya.

 

=======================

Intan Miranti

======================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version