Kara Nugroho : Kreatif Melihat Tren Untuk Bangun Merek Sepatu Lokal

Kara Nugroho. Co-founder & Creative Director PVRA (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Kondisi pandemi Covid-19 membuat cara hidup masyarakat berubah. Jika sebelumnya kegiatan banyak orang dilakukan di luar rumah, kini mereka lebih banyak tertahan di dalam rumah. Perubahan ini secara otomatis mempengaruhi konsep fesyen dan cara orang berpakaian.

Hal ini mendorong para entrepreneur lokal untuk berinovasi agar dapat bertahan melalui kondisi yang sulit ini. Salah satunya adalah PVRA (baca: pi-vi-ar-ey), brand sepatu lokal untuk wanita.

Co-founder & Creative Director PVRA Kara Nugroho mengatakan, sebagai pelaku UMKM lokal di negeri ini, inovasi menjadi salah satu cara bisnis agar dapat bertahan di masa sulit seperti ini.

“Di tengah kondisi pandemi yang masih berlangsung, brand dapat bertahan dan berkembang dengan mengoptimalkan digital presence. Selain inovasi, juga harus kreatif melihat tren saat ini. Cara ini terbukti dapat membuat brand PVRA bisa bertahan sampai sekarang,” ungkap Kara, kepada youngster.id baru-baru ini.

Di kalangan pecinta fesyen, PVRA merupakan salah satu merek sepatu buatan lokal yang sedang naik daun. Alas kaki PVRA menjadi unik karena memadukan material kulit asli dengan manik-manik, sehingga dapat dipakai untuk bersantai maupun ke pesta.

Produk sepatu merek PVRA ini dibangun oleh Kara dan sahabatnya Putri Katianda pada tahun 2015. Menurut Kara, mereka memilih terjun ke bisnis fesyen ini karena melihat peluangnya masih sangatlah besar.

“Kami memilih terjun ke bisnis fesyen ini, karena melihat peluangnya masih sangatlah besar. Khususnya dengan hadirnya ekosistem digital dalam bisnis kami,” ujarnya.

Kara mengungkapkan, sejak 3 tahun belakangan ini untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan pengalaman wanita dalam berbelanja, merek PVRA mulai merambah ke pasar offline. Termasuk cara berjualan melalui beberapa e-commerce yang selama ini ada.

“Sejatinya, bisnis kami terlahir di dunia online. Namun setelah 3 tahun berdiri, kami mulai merambah ke pasar offline juga, untuk memberikan pengalaman berbelanja yang semakin lengkap untuk para customer kami. Saat ini, strategi kami adalah untuk lebih menguatkan digital presence kami dengan tidak hanya berjualan di website official kami, namun juga di e-commerce,” ungkap perempuan kelahiran 9 Oktober 1988.

Di sisi lain, Kara menegaskan setiap produk PVRA harus bisa membuat pemakainya terlihat keren dan menjadi percaya diri. Produk PVRA harus nyaman dan enak dipakai. Itu sebabnya PVRA tidak memproduksi stiletto atau sepatu bertumit runcing. High heels mereka juga bertipe block heels yang membuat kaki tetap dapat kokoh menyangga tubuh.

Saat ini, PVRA dapat memproduksi sekitar 1.000 – 2.000 pasang alas kaki dalam sebulan. Dengan harga produk yang berkisar antara Rp 675.000 – Rp 899.000, omzet yang dibukukannya pun mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

 

Cinta dan Bisnis

Motivasi Kara dan Putri membangun usaha ini adalah kecintaan mereka pada produk fesyen. Kara mengaku dia adalah pecinta sepatu, bahkan pernah bekerja part-time di beberapa brand fashion papan atas semasa kuliah. Sedangkan temannya Putri sangat menyukai jewelry.

Setelah lulus dari Universitas Monash, Melbourne Australia mereka memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan membangun bisnis impian dengan brand PVRA pada 2015.

“Usaha ini terinspirasi dari kecintaan kami akan sepatu dan perhiasan sehingga kami putuskan untuk menggabungkan keduanya yaitu sepatu dengan hiasan beadings yang menyerupai perhiasan. Kami juga ingin mewujudkan mimpi dan passion kami untuk menciptakan sebuah produk yang dekat dan lekat dengan perempuan Indonesia,” ucap Kara.

Kara dan Putri pun bersepakat mengucurkan modal awal masing-masing Rp 5 juta. Menurut Kara, awalnya tidak mudah mewujudkan bisnis ini, terutama menemukan pengrajin yang cocok. Namun, setelah ratusan sampel, akhirnya mereka mendapatkan model sepatu yang diinginkan, dan berhasil bertemu dengan seorang pengrajin yang bisa membuat manik-manik yang dibutuhkan.

Modal tersebut dipakai untuk membuat 72 sepatu dan sandal berhiaskan manik-manik koleksi pertama PVRA. Dari menempelkan manik-manik hingga mengemas alas kaki ke dalam kotak mereka kerjakan sendiri di sela waktu luang selepas bekerja di kantor. Sedangkan untuk pemasaran produk dilakukan melalui media sosial Instagram.

Rupanya, produk yang unik dan berbeda ini mendapat antusiasme pasar. Betapa tidak, produk sepatu tersebut laris manis hanya dalam waktu 3 minggu. Melihat respon pasar yang sangat baik, setelah enam bulan berjalan, Putri dan Kara pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan masing-masing di kantor dan fokus menjalankan PVRA.

Popularitas PVRA yang terus menanjak membuat Putri dan Kara mulai kewalahan melayani antusias konsumen. Setiap koleksi baru diluncurkan, bisa ratusan hingga ribuan konsumen yang berminat membelinya. Oleh karena itu, di tahun kedua mereka pun memutuskan membuat website untuk melancarkan transaksi penjualan.

Tak disangka, momen hari pertama peluncuran website menjadi salah satu pengalaman terburuk Putri dan Kara menjalankan PVRA. Saking banyaknya jumlah pengakses, website menjadi crash dan banyak data pembelian yang tertukar. Otomatis, mereka mendapatkan komplen yang bertubi-tubi dari pelanggan. “Akhirnya kami cari satu-satu, konfirmasi lagi siapa yang sudah membayar sambil minta maaf,” cerita Kara

Meski demikian, Kara dan Putri justru memetik pelajaran yang sangat berharga dari pengalaman tersebut. Mereka segera membenahi sistem website demi kepuasan dan kenyamanan berbelanja pelanggan.

Mereka juga melihat bahwa teknologi digital menjadi jalan untuk memperluas jangkauan pasar.  “Kami percaya bahwa di era digital saat ini, terutama di kondisi pandemi yang masih berlangsung, sebuah brand itu dapat bertahan dan berkembang tentunya cara dengan mengoptimalkan melalui digital presence. Jadi cukup disayangkan jika brand yang punya produk unik dan menarik, namun tidak bisa menjangkau masyarakat secara lebih luas karena tidak mengoptimalkan celah di ekosistem digital,” papar anak bungsu dari tiga bersaudara ini.

Menurut Kara, pihaknya mencermati tren di masyarakat, dan ingin memanfaatkan peluang untuk mendirikan bisnis yang mewakili passion mereka. “Zaman terus berubah, begitu pun preferensi orang dalam bertransaksi. Untuk menjangkau pelanggan lebih luas, kami berkolaborasi untuk masuk ke dalam ekosistem digital,” tambahnya.

 

Kara Nugroho dan Putri Katianda
Berkat kerja keras dan usaha cerdas Kara Nugroho dan Putri Katianda dalam mengembangkan usaha rintisannya, kini PVRA menjadi salah satu merek fesyen sepatu lokal yang digemari para wanita (Foto: Dok. Pribadi)

 

Kontribusi Sosial

Kara mengklaim, keunggulan yang dimiliki brand PVRA dapat dilihat dari setiap desain yang unik. Juga, dari penggunaan material yang digunakan dalam setiap produk salah satunya produk alas kaki PVRA.

“Keunggulan kami adalah desain yang unik dan material yang kami gunakan dalam setiap produk alas kaki PVRA,” klaim Kara.

Untuk itu,  tantangan terbesar adalah memastikan quality control berjalan baik dari fase sample hingga produksi akhir.

“Tujuan utama kami adalah membuat pengguna produk PVRA tidak hanya look good, tetapi juga feel good karena kenyamanannya. Dan juga do good, dengan membantu mendukung pengrajin-pengrajin lokal. Dari sini kami pun terpacu untuk selalu berinovasi, dengan selalu memperhatikan tren-tren yang akan datang, dan menerjemahkannya ke produk-produk kami tanpa kehilangan identitas benang merah dari PVRA. Dengan begitu, customer kami akan terus excited dengan produk-produk yang kami buat,” bebernya.

Misalnya, di tengah pandemi saat ini, PVRA berinovasi untuk menciptakan alas kaki yang lebih nyaman untuk digunakan di rumah. “Kami juga mengembangkan produk dengan memproduksi masker, yang tentu saja dengan sentuhan yang identik dengan PVRA,” kata Kara lagi.

Hasil dari kerja dan usaha cerdas yang selama ini dilakukan melalui cara digital pun membuahkan hasil. Jumlah pengguna PVRA mencapai lebih dari 50.000 pengguna.

“Kami bersyukur sekarang pengguna kami sudah banyak sekali, hanya dari website official kami saja, penggunanya sudah lebih dari 50,000 orang, dan terus berkembang,” ucap Kara.

Bahkan, pada tahun 2019 produk PVRA berhasil terlibat di ajang London Fahsion Scout. London Fahsion Scout merupakan bagian dari London Fahsion Week yang menampilkan designer brand dari seluruh dunia.

Di sisi lain, Putri dan Kara pun berniat memberikan dampak positif pada masyarakat melalui PVRA. Mereka bekerja sama dengan sebuah organisasi sosial yang bergerak di bidang crowdfunding untuk membantu pembiayaan pengobatan bagi warga tidak mampu. Sebagian keuntungan setiap penjualan produk PVRA akan disisihkan untuk disumbangkan pada organisasi tersebut.

Tak hanya itu, PVRA juga berupaya berkontribusi meningkatkan kesejahteraan warga di sekitar kantor mereka dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga membantu proses produksi. Putri dan Kara memberikan pelatihan membuat manik-manik dan mengaplikasikannya ke alas kaki bagi para ibu yang berminat. Peserta pelatihan yang serius dan bisa bekerja memenuhi standar kualitas PVRA kemudian direkrut menjadi pegawai.

“Kami percaya PVRA dapat menghadirkan produk lokal dengan kualitas yang sangat bagus. Selain itu, kami berharap PVRA dapat menginspirasi lebih banyak anak muda untuk berani mewujudkan mimpi mereka dan berani memulai bisnis mereka dari nol. Dan tidak kalah penting PVRA percaya bahwa bisnis juga harus memberikan manfaat dan dampak positif,” pungkas Kara.

 

========================

Kara Nugroho

Prestasi :

=======================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version